Jaehyun duduk di ranjangnya sambil disuapi oleh Sungchan. Jaehyun tidak ingin makan, perutnya tidak enak dan dadanya sesak. Tapi Sungchan terus memohon dan berakhir Jaehyun menyetujuinya.
"Cukup."
"Ini baru lima suap, hyung! Ayo lagi sedikit. Satu kali lagi," ujar Sungchan merayu Jaehyun. Si sulung menghela nafasnya. Ia berbaring lalu membelakangi Sungchan membuat infusnya sedikit tertarik. Sungchan sedikit meringis melihatnya.
"Yak dasar keras kepala!" Yumi yang sedari tadi diam akhirnya buka suara.
"Aku kenyang." Singkat, padat, dan jelas. Yumi dan Sungchan menghela nafasnya kasar. Sangat sulit membujuk si keras kepala ini.
Sungchan memilih memainkan rambut Jaehyun yang semakin panjang. Itu membuat Jaehyun merasa nyaman.
"Potonglah rambutmu. Ini cukup panjang," lirih Sungchan. Jaehyun hanya berdehem. Sebenarnya bukan kenyang tapi dada Jaehyun sedikit sesak sekarang.
"Uhukk...."
Sial! Jaehyun tidak dapat menahan sesak itu.
"Hyung! Kenapa?" ujar Sungchan lalu menarik bahu Jaehyun hingga ia terlentang.
"Hanya sedikit sesak," ucap Jaehyun lalu tersenyum. Sungchan langsung memencet tombol merah di samping ranjang. Yumi ikut mendekat dan mengusap dada Jaehyun lembut.
"Aku tidak apa-apa." Jaehyun mencoba meyakinkan adik-adiknya. Tak lama kemudian Doyoung datang tergesa-gesa.
Ia menaikan bed Jaehyun sedikit agar posisi kepalanya lebih tinggi. Doyoung juga meletakkan bantal kecil di bawah lutut Jaehyun. Sementara kedua adik Jaehyun memilih keluar.
"Bernafas perlahan," perintah Doyoung sambil menyuntikkan cairan ke dalam infus Jaehyun lalu memasangkan masker oksigen yang ada.
Keringat sebiji jagung menetes dari pelipis Jaehyun. Ini sangat sakit tapi ia menahannya di hadapan kedua adiknya.
"Arghhh." Jaehyun menepis tangan Doyoung dan melepaskan masker oksigennya. Ia memukul dadanya kuat. Doyoung menarik tangan Jaehyun lalu mengusap dadanya pelan.
"Tarik nafas, buang perlahan." Instruksi dari Doyoung perlahan dilakukan oleh Jaehyun.
Doyoung mengambil nassal canula yang ada lalu memasangkannya di hidung mancung Jaehyun.
"Ya Tuhan aku tidak kuat," lirih Jaehyun lalu menggenggam tangan Doyoung erat.
"Je, ayo lawan rasa sakitnya! Ayo pasti bisa perlahan, inhale, exhale." Jaehyun mengikuti kembali instruksi dari Doyoung. Dadanya sedikit lega.
"Bagaimana keadaannya? Apakah ada yang serius?" tanya Yumi yang masuk tiba-tiba ia sudah tidak tahan lagi.
"Jaehyun tidak apa-apa. Dia hanya panik karena dadanya sesak." Doyoung tersenyum lalu membungkukkan badannya.
Sebelum tubuh Doyoung keluar dari ruangan itu Jaehyun lebih dahulu berucap, "Terima kasih atas bantuannya."
Doyoung mengangguk, "Nanti malam aku akan kembali memeriksa kondisimu. Kalau membaik, besok pagi kau sudah boleh pulang. Asalkan tidak terlalu lelah," ucap Doyoung lalu kembali membungkukkan badannya dan pergi keluar dari ruang rawat inap Jaehyun.
"Kau benar-benar sudah baik-baik saja?" tanya Yumi. Jaehyun mengangguk lalu memejamkan matanya. Yumi duduk di sampingnya lalu mengusap surai Jaehyun.
"Aku tau semuanya, oppa."
"Maaf sudah membuatmu khawatir. Jangan banyak pikiran. Aku harap sebulan lagi kau akan melakukan operasi itu. Uangnya sudah hampir cukup," ucap Jaehyun pelan.
"Terima kasih, yang terpenting sekarang kau sehat dulu. Aku tidak suka melihat orang yang aku sayang kesakitan." Yumi mengusap keringat yang ada di dahi Jaehyun. Iya, Jaehyun masih berusaha menetralkan nafasnya yang masih sesak.
"Bernafas perlahan, tarik nafas lalu buang lewat mulut. Itu yang aku ketahui dari internet," lanjut Yumi. Jaehyun tersenyum. Ia ingin menanggapi ucapan Yumi tapi matanya terlalu berat. Mungkin efek obat yang disuntikkan Doyoung tadi.
Yumi mengusap kepala Jaehyun, tapi ia teringat sesuatu. Di mana Sungchan?
Dengan perlahan Yumi bangkit lalu keluar dari ruangan Jaehyun. Ia melihat Sungchan duduk di kursi yang ada. Matanya merah dan bengkak. Sedikit isakan masih terdengar.
"Hey, jangan menangis, Jaehyun oppa pasti tidak suka melihat air matamu," ucap Yumi yang berjongkok di hadapan Sungchan. Ia menghapus air mata yang masih mengalir deras di pipi Sungchan.
"Sungchan mau berjanji?" Anak laki-laki 15 tahun itu mengangguk.
"Berjanjilah untuk terus belajar dengan rajin agar semua usaha Jaehyun oppa tidak sia-sia. Berjanjilah jangan menangis di hadapan dia. Dia benci air matamu, Sungchan." Sungchan terdiam lalu mengangguk kaku. Yumi kemudian memeluk erat adiknya.
Jika boleh jujur sekarang kepala Yumi benar-benar sakit. Penglihatannya mulai memburam dan cahaya yang ia lihat mulai redup berganti dengan kegelapan.
"Nunna!" Sungchan panik saat beban tubuh Yumi sepenuhnya bertumpu padanya. Ia langsung melihat wajah Yumi, pucat dan hidungnya mengeluarkan darah.
Sungchan langsung menggendong tubuh Yumi yang lebih besar menuju unit gawat darurat. Ia menunggu sambil kembali menangis. Ia takut sangat takut, kedua kakaknya sedang sakit sekarang.
"Eomma appa Sungchan takut," lirihnya lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Sttt... Jangan menangis." Seorang laki-laki memeluk Sungchan. Seketika tangis itu semakin kencang dan terdengar memilukan.
Tbc. Jangan lupa voment ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Dandelion
FanficSilahkan baca dulu 2 part. Jika suka boleh menetap :) "Yumi bilang aku itu bagaikan bunga Dandelion. Pemberani dan kuat walaupun diterpa angin. Tapi sayangnya aku juga rapuh seperti Dandelion." - Jung Jaehyun "Oppa tau? Kehilangan orang yang aku say...