Hari ini Sungchan berangkat menuju tempat lombanya disalah satu sekolah elit di Seoul. Dia diantar oleh Doyoung, sedangkan Jaehyun ia memilih menemani Yumi seharian.
"Semangat! Kau pasti bisa! Akan ku jemput seusai pengumuman pemenang!" Doyoung memeluk Sungchan sebelum kembali memasuki mobil mewah miliknya.
Sungchan masuk ke dalam gedung besar itu, ia mencari ruangannya agar bisa secepatnya mempersiapkan diri.
"Ruangan tiga B, eummmm," gumam Sungchan sambil melihat papan yang tertera di depan pintu-pintu kelas.
"Ah, ini dia." Sungchan masuk ke dalam ruangan itu lalu mencari tempat duduk dengan namanya.
Sungchan mulai mempersiapkan segala macam alat tulis dan mempersiapkan dirinya sendiri.
30 menit kemudian perlombaan sudah dimulai. Sungchan sangat fokus dalam mengerjakan soal-soal yang ada.
Ia selalu membaca ulang soal dan jawabannya apakah sudah benar atau tidak. Beberapa soal yang sulit akan dikerjakannya nanti.
Keringat sebiji jagung menetes dari pelipis Sungchan. Ia terlihat berfikir keras.
"Aku harus bisa, ini akan menjadi kado terbaik untuk ulang tahun Yumi nunna." Sungchan tersenyum saat mengingat hari ini hari ulang tahun Yumi.
Sungchan langsung mengumpulkan lembar jawabannya kepada panitia penyelenggara. Ia berharap hasilnya akan memuaskan.
Sementara di rumah sakit, Jaehyun tidak beranjak dari samping ranjang Yumi. Ia terus mengajak Yumi berbicara dan menggenggam tangannya.
"Aku merindukan ocehanmu. Cepatlah sadar, aku tidak suka jika Doyi yang memarahiku. Aku ingin kau saja yang mengomel, akan ku dengarkan walaupun tujuh hari tujuh malam." Jaehyun mengusap tangan Yumi.
"Yumi-ya. Aku sangat ingin kembali melihat mata indah itu terbuka. Yumi, kami di sini menunggumu." Jaehyun memejamkan matanya saat sesak itu kembali.
"Je." Doyoung memegang pundak Jaehyun. "Ayo makan siang dan minum obatmu," ajak Doyoung. Jaehyun mengangguk lalu mengikuti langkah Doyoung keluar dari ruang ICU.
"Kau ingin pesan apa?" tanya Doyoung. Jaehyun hanya diam menatap kosong taman rumah sakit.
"Je." Jaehyun tersentak ketika Doyoung menepuk pundaknya. "Ah, iya Doy. Aku ingin ramyeon saja," ujarnya. Doyoung mengangguk lalu pergi ke kantin untuk membeli makan siang.
Tak lama kemudian Doyoung datang membawa dua cup ramyeon dan dua botol air mineral. Ia memberikan satu cup ramyeon itu kepada Jaehyun lalu mereka makan bersama.
"Rindu itu menyakitkan. Kau dan aku sudah sama-sama merasakannya. Aku juga merindukan mendiang appa sama sepertimu yang merindukan kedua orang tuamu. Disaat kau butuh dukungan mereka, tapi mereka tidak ada. Sama Je. Aku juga merasakannya saat itu." Doyoung meminum air mineralnya lalu mengambil botol obat dari balik jaket Jaehyun.
"Minumlah, kau tidak boleh melewatkannya." Doyoung memberikan 2 buah pil dari tabung kecil itu. Jaehyun menerimanya dengan senang hati lalu menelannya dengan air mineral.
"Kau tak apa aku tinggal menjemput Sungchan?" Jaehyun mengangguk. Doyoung menepuk pundak Jaehyun sebelum ia pergi menuju parkiran rumah sakit.
Sedangkan Jaehyun ia memilih berjalan menuju kamar Aeri. Ia ingin bermain bersama gadis itu.
"Aeri-ya!" Jaehyun memeluk Aeri yang ada di ranjangnya. Wajah gadis itu pucat dan matanya sayu.
"Oppa...." Gumaman itu terdengar sedikit serak. Jaehyun mengeratkan pelukannya.
"Aeri harus semangat! Tidak boleh putus asa. Kita sembuh sama-sama!" Jaehyun memberikan semangat untuk gadis itu.
Lengkungan di bibir gadis itu seketika terbit. "Eomma! Aku ingin melakukan kemoterapi agar sembuh dan bisa jalan-jalan sama Jaehyun oppa." Aeri akhirnya mau melakukan kemoterapi. Jaehyun cukup senang karena berhasil membujuk anak itu.
Aeri langsung di bawa menuju ruang kemoterapi ditemani oleh Jaehyun. Jaehyun beranjak dari samping Aeri setelah anak itu mulai terlelap karena bius setelah kemoterapi.
"Bagaimana?" tanya Jaehyun yang menghampiri Sungchan dan Doyoung di depan ruang ICU.
"Ada dua kabar, kabar a dan kabar b. Apa yang kau pilih?" tanya Doyoung. Jaehyun hanya berdecak kesal.
"Aku pilih kabar b," sahut Jaehyun.
"Tada...." Sungchan mengeluarkan piala dari dalam tasnya. Jaehyun menyipitkan matanya saat melihat piala itu. "Juara satu?" Sungchan mengangguk tegas.
Jaehyun langsung memeluk Sungchan erat. "Congratulation's Sungchan!" Jaehyun mengusap kepala Sungchan dengan hati yang bahagia.
"Yumi nunna sudah sadar." Ucapan Sungchan membuat Jaehyun langsung menatap Doyoung. Laki-laki itu mengangguk.
Jaehyun langsung menarik Sungchan masuk ke dalam ruang ICU. Di sana Yumi sudah bangun dan tersenyum ke arah mereka.
"Nunna!! Lihat aku berhasil mendapatkan juara satu!" Sungchan menunjukkan piala yang ia bawa.
"Wah! Adikku sangat pandai! Aku bangga padamu," lirih Yumi. Suaranya masih sangat lemah.
"Ya Tuhan terima kasih telah memberikan kebahagiaan bagi kami," gumam Jaehyun.
"Nunna harus cepat sembuh agar kita bisa minta traktir Jaehyun hyung di restoran dak galbi." Yumi mengangguk semangat. Sedangkan Jaehyun ikut tersenyum melihatnya. Jaehyun pernah berjanji akan membawa Sungchan dan Yumi jika Yumi telah sembuh dari penyakitnya. Maka, mereka akan makan dak galbi sebanyak-banyaknya.
"Jangan lupakan aku," ujar Doyoung lalu tertawa bersama Jung Siblings.
"Aku juga berjanji akan memberitahu kalian tentang penyakit yang aku derita setelah Yumi diperbolehkan pulang," batin Jaehyun.
Tbc
Jangan lupa vote dan komen. Semoga suka!
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Dandelion
FanficSilahkan baca dulu 2 part. Jika suka boleh menetap :) "Yumi bilang aku itu bagaikan bunga Dandelion. Pemberani dan kuat walaupun diterpa angin. Tapi sayangnya aku juga rapuh seperti Dandelion." - Jung Jaehyun "Oppa tau? Kehilangan orang yang aku say...