Jaehyun duduk di pinggir sungai han. Ia menatap pantulan langit sore dari sungai yang membeku itu.
"Aku tidak bisa. Sudah lima tahun, tapi rasanya aku gagal mendidik adikku sendiri," lirih Jaehyun.
"Eomma, appa bahkan aku tidak bisa menangis saat ini. Rasanya sangat sakit tapi kenapa air mata ini tidak pernah keluar," lanjutnya lagi.
Jaehyun memukul dadanya kuat agar rasa sesak itu berkurang. "Aku merindukan kalian," ucapnya.
Puk
Jaehyun terkejut saat ada yang menepuk pundaknya. Itu Yumi, adiknya.
"Eoh? Kenapa kau di sini? Ini sangat dingin. Kembalilah ke rumah aku akan menyusul." Bukannya menurut Yumi malah duduk di samping Jaehyun. Ia mengeratkan mantelnya.
"Bodoh! Kau memang bodoh!" ujar Yumi lalu memukul kepala Jaehyun cukup kuat.
"Yak! Beraninya kau memukul ku Jung Yu--"
"Pakailah! Aku tidak mau kau membeku disuhu -1 ini." Yumi melempar mantel yang ia bawa ke wajah Jaehyun. Kemudian ia bangkit dan berjalan untuk pulang.
Jaehyun menatap adiknya itu, hatinya menghangat. Tapi itu tak bertahan lama saat tubuh Yumi meluruh di tanah.
Jaehyun berlari menghampiri adiknya itu. "Yumi, kau tidak apa-apa?" tanyanya khawatir.
Yumi mengangguk lalu merapatkan mantel yang dipakai Jaehyun. "Kaki ku hanya mati rasa."
Jaehyun yang paham langsung menggendong adiknya itu di punggungnya. Di saat yang bersamaan salju turun cukup deras.
"Pegangan yang benar, aku akan berlari," ujar Jaehyun. Yumi langsung mengeratkan pelukannya di leher Jaehyun.
Jaehyun langsung berlari sekuat tenaga menerobos salju yang turun, suhu sekarang sepertinya semakin dingin hanya dalam hitungan menit.
"Aku menyedihkan," lirih Yumi pelan sangat pelan. Namun, Jaehyun bisa mendengarnya.
Setelah sampai di rumah, Jaehyun langsung mengganti pakaiannya dengan yang lebih hangat, begitupun dengan Yumi yang berganti pakaian dibantu oleh Sungchan.
"Sungchan!" Jaehyun memanggil adik bungsunya itu sedikit berteriak. Sungchan menghampiri Jaehyun yang ada di ruang tamu.
Jaehyun mengambil kapas dan alkohol, lalu ia mulai membersihkan luka Sungchan perlahan. Sesekali adiknya itu meringis karena Jaehyun menekan lukanya.
Flashback
"Pelan-pelan eomma! Aku manusia bukan boneka," ujar Jaehyun.
"Yak! Siapa yang menyuruhmu berkelahi? Aishh Jaehyun kau ini hobinya mencari masalah! Jadilah contoh yang baik untuk kedua adikmu," ucap Taeyeon.
"Ah iya iya maaf," sahut Jaehyun yang sudah cemberut.
"Lain kali jangan berkelahi. Wajah tampan mu akan hancur Jaehyun. Dan juga kurangi merokok!" Jaehyun mengangguk saja.
"Jaehyun, jaga adik-adikmu. Didiklah mereka. Tapi jangan kau ajari Sungchan merokok! Aku akan menebas lehermu jika Sungchan merokok sepertimu! Kalau saja umurku dan appa mu tidak panjang, maka kau yang harus menjaga kedua adikmu."
"Iya eomma...." Jaehyun lalu bangkit menuju kamarnya. Taeyeon hanya menghela nafas dengan kelakuan si sulung.
Flashback off
"Hyung! Kau tak apa?!" Jaehyun terkejut ketika Sungchan memegang bahunya. Astaga Jaehyun melamun.
"Ah tak apa," ucap Jaehyun. Ia membereskan kotak obat itu lalu masuk ke dalam kamar Yumi.
Jaehyun memang selalu berdiam diri di kamar Yumi saat ada masalah.
"Oppa! Kau ada masalah?" tanyanya. Jaehyun tersenyum kemudian menggeleng.
"Aku ingin bunga Dandelion," ucap Yumi tiba-tiba. Jaehyun langsung menatap jendela kamar Yumi.
Dandelion yang ia belikan seminggu yang lalu sudah hilang karena berterbangan keluar jendela.
"Besok akan ku belikan saat pulang bekerja," sahut Jaehyun. Yumi hanya mengangguk.
"Kau itu seperti Dandelion. Kuat, pemberani. Dan oppa juga memiliki arti mendalam dihidupku," ujar Yumi membuat Jaehyun tersenyum.
"Tapi aku rapuh, dan bisa pergi kapan saja," lirih Jaehyun sangat pelan. Bahkan Yumi tidak mendengarnya.
Jaehyun mendekati Yumi lalu berbaring di pangkuan Yumi. Sesekali Jaehyun memainkannya rambut panjang milik adiknya.
"Kau mengantuk?" Jaehyun mengangguk. Kebiasaan jika ia sedang ada masalah, Jaehyun akan tidur di pangkuan Yumi sambil memain-mainkan rambut adiknya.
"Tidurlah, jika aku penat akan ku bangunkan," lanjut Yumi. Jaehyun mulai memejamkan matanya.
Tidak butuh waktu lama Jaehyun sudah tertutup. Yumi merapikan rambut Jaehyun yang sudah mulai panjang. Wajah lelah itu sudah ia lihat sejak kepergian kedua orang tuanya.
Yumi menatap batang Dandelion itu lekat. Ia menyukai Dandelion setelah kepergian orang tuanya, dan Jaehyun selalu membelikannya.
"Uhukk...uhukk...."
Yumi terkejut saat mendengar Jaehyun batuk, kakaknya itu langsung duduk dan menutup mulutnya.
"Uhukk...arghh...."
"Oppa kau kenapa?" tanya Yumi. Jaehyun masih mencoba meredakan batuknya yang membuat dadanya semakin sesak.
"Sungchan! Bawakan air hangat cepat!" Yumi berteriak. Tak lama Sungchan datang dengan segelas air putih hangat.
"Minum dahulu," ujar Yumi lalu membantu Jaehyun minum. Jaehyun mengepalkan tangan kirinya.
"Hyung ada apa?" tanya Sungchan. "Tidak apa-apa, mungkin aku tersedak," sahut Jaehyun lalu bangkit membawa gelas itu ke dapur. Yumi dan Sungchan masih terdiam.
Jaehyun mencuci gelas yang ia pakai tadi sekaligus mencuci bercak darah yang ada di tangan kirinya.
"Mungkin ada masalah dengan pencernaanku makanya jadi batuk darah," batin Jaehyun.
Ia sedikit menekan perutnya karena perih, ia hanya makan tadi pagi dan sekarang sudah sore.
Tbc.
Jangan lupa voment ya! Terima kasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Dandelion
Hayran KurguSilahkan baca dulu 2 part. Jika suka boleh menetap :) "Yumi bilang aku itu bagaikan bunga Dandelion. Pemberani dan kuat walaupun diterpa angin. Tapi sayangnya aku juga rapuh seperti Dandelion." - Jung Jaehyun "Oppa tau? Kehilangan orang yang aku say...