2 hari kemudian
Sungchan pov
Pagi ini aku berangkat sekolah sangat awal. Aku berjalan dari rumah sendirian. Jaehyun hyung masih menjaga Yumi nunna di rumah sakit.
Aku mampir sebentar ke mini market lalu membeli kimbap untuk sarapan. Aku duduk sambil menikmati kimbap dengan lahap.
"Sungchan-ah, jangan lupa siang ini kau harus bekerja," ujar seorang laki-laki yang berada di balik meja kasir.
"Tenanglah Chen hyung aku pasti datang." Chen hyung tersenyum padaku.
Aku langsung bangkit lalu berjalan menuju sekolahku. Aku tidak punya banyak teman, hanya Jisung temanku.
"Jisung-ah annyeong!" sapaku pada laki-laki tinggi yang berdiri di depan motor sport miliknya.
"Sungchan-ah!" Ia langsung menghampiriku lalu merangkulku masuk ke dalam gedung sekolah.
Author pov
Sungchan dan Jisung tidak sekelas, namun kelasnya bersebelahan. Jisung masuk terlebih dahulu ke kelasnya, sedangkan Sungchan menuju kantor guru untuk membicarakan sesuatu.
Tok...tok...tok...
"Sungchan? Masuklah!" ujar Jessica, sang kepala sekolah.
"Ada apa Sungchan-ah?" tanyanya.
"Ini, uang untuk kelas tambahan. Maaf jika aku telat membayarnya, ssaem." Sungchan menyerahkan amplop berwarna cokelat itu kepada Jessica.
"Ah, tidak apa-apa Sungchan. Semoga kau nyaman dengan kelas tambahannya." Sungchan mengangguk.
"Baiklah, terima kasih ssaem," ucap Sungchan lalu membungkukkan tubuhnya lalu pergi dari kantor guru. Ia langsung menuju kelasnya dan belajar seperti biasanya.
Pukul 14.00 Sungchan sudah pulang sekolah, ia langsung menuju mini market milik Chen.
"Maaf aku sedikit terlambat," ujar Sungchan lalu membungkukkan badannya.
"Tak apa, aku akan pergi dulu. Selamat bekerja," ucap Chen lalu pergi dari sana.
Sungchan langsung mengganti pakaiannya lalu berjaga di kasir.
Mini market cukup ramai hingga Sungchan tidak sadar kalau ada Jaehyun dan Doyoung masuk ke dalam mini market itu.
Saat Jaehyun dan Doyoung ingin membayar Jaehyun membulatkan matanya kaget.
"Yak! Jung Sungchan?!" Jaehyun menatap Sungchan tajam.
"H-hyung...."
"Kau bekerja di sini? Apakah uang dariku kurang?" tanya Jaehyun. Suaranya naik satu oktaf.
"Je," ujar Doyoung mengusap bahu Jaehyun.
"Mana pemilik mini market ini?!" Jaehyun mencari ke sekelilingnya. Syukur hanya ada mereka di sini jadi tidak menggangu pembeli yang lain.
"Ada apa? Aku pemilik mini market ini." Chen masuk bersama istrinya.
"Kau bodoh atau apa?! Kau memperkerjakan anak di bawah umur!" Jaehyun benar-benar emosi.
"Aku sudah menolaknya tapi ia memaksa." Jaehyun langsung berbalik menatap Sungchan.
"Kau benar-benar tidak menghargai ku! Seharusnya kau bilang jika butuh uang! Aku akan berikan berapapun itu!" Jaehyun berteriak di hadapan Sungchan. Urat lehernya tercetak jelas dan wajahnya memerah padam.
"Jaehyun, kau terlalu kasar," ujar Doyoung. Jaehyun mengepalkan tangannya kuat.
"Kau, kenapa? Aku hanya ingin mandiri! Kenapa? Salah?! Apa aku salah?! Aku bekerja agar bisa mendapatkan kelas tambahan! Agar aku bisa mengikuti lomba! Agar aku bisa membuatmu bangga!" Sungchan berteriak tepat di depan wajah Jaehyun.
"Aku tidak ingin menambah beban mu. Apakah itu salah?!" Sungchan menatap Jaehyun kecewa.
"Seharusnya kau bilang Sungchan! Aku akan membiayainya. Aku bisa Sungchan, kau adikku. Kau tanggung jawabku!" Jaehyun merasakan sakit di dadanya. Ia terlalu emosi.
Jaehyun memejamkan matanya. Ia berjalan mundur dan menabrak Doyoung.
"Jeje!" Doyoung langsung menangkap tubuh Jaehyun yang melemas.
"Hei! Bertahanlah! Tarik nafasmu perlahan!" Doyoung membuka ikat pinggang Jaehyun dan melepaskan kancing kemejanya.
Jaehyun masih berusaha menormalkan pernapasannya. Wajahnya sangat merah dengan bibir pucat hampir membiru.
Napas Jaehyun terdengar mengi dan ia terbatuk kuat dengan darah yang keluar dari mulutnya. Setelah itu kesadarannya terenggut paksa.
"Jaehyun!" Doyoung langsung memeriksa denyut nadi dan detak jantung Jaehyun.
"Sial!" Doyoung mengumpat lalu membaringkan tubuh Jaehyun di lantai.
"Hubungi ambulans cepat!" Doyoung mendongkakan kepala Jaehyun lalu memeriksa jalur nafasnya. Sedangkan Chen langsung menelpon ambulans.
"Je, bertahanlah!" Doyoung langsung memompa dada Jaehyun dengan tangannya. Sungchan menangis dan terduduk di balik meja kasir.
Doyoung juga memberikan Jaehyun napas buatan. Namun, tidak ada respon apapun dari Jaehyun. Doyoung menjadi panik sendiri, ia baru pertama kali sepanik ini dalam menghadapi pasien.
Tak lama petugas medis datang dan langsung membantu Doyoung.
"Dokter Kim," gumam salah satu petugas.
"Intubasi," ujar Doyoung. Petugas itu langsung memberikan alat yang Doyoung butuhkan.
Doyoung segera melakukan proses intubasi. Ia memompa kantong kecil yang tersambung dengan selang yang berbeda di mulut Jaehyun. Selang itu langsung terhubung menuju paru-paru.
Setelah itu Doyoung langsung mengangkat tubuh Jaehyun menuju bankar lalu masuk ke dalam ambulans.
"Hubungi dokter Lee Jeno dan Park Chanyeol. Aku akan menyusul ke rumah sakit nanti," ujar Doyoung lalu menutup pintu ambulans.
Doyoung kembali masuk ke dalam mini market lalu memeluk Sungchan yang menangis.
"Tidak apa-apa. Jaehyun pasti kuat. Sebagai pelajaran, emosi tidak bisa dilawan dengan emosi pula." Doyoung mengusap punggung Sungchan yang bergetar.
"Ayo kita pergi. Jaehyun membutuhkan adiknya." Doyoung membantu Sungchan bangkit lalu menuju ke mobilnya.
"Maaf hyung. Aku tak bermaksud membuatmu kambuh," batin Sungchan
Tbc. Ga ngefeel? Biasalah. Bhay...
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Dandelion
Fiksi PenggemarSilahkan baca dulu 2 part. Jika suka boleh menetap :) "Yumi bilang aku itu bagaikan bunga Dandelion. Pemberani dan kuat walaupun diterpa angin. Tapi sayangnya aku juga rapuh seperti Dandelion." - Jung Jaehyun "Oppa tau? Kehilangan orang yang aku say...