Ini masih pagi, mungkin bisa di bilang baru memasuki pukul sembilan, namun otak hyunjin sudah di landa dengan banyak pemikiran. Di atas ranjang nya, ia sedang melamun, tatapan nya kosong melihat ke arah depan nya, seperti melihat angin
Hyunjin hanya memikirkan perjalanan nya dengan jisung kemarin, entah mengapa seperti ada yang mengganggu pikiran nya, seperti ada yang mengganjal. Kemarin, sebelum hyunjin dan jisung pergi menjauh dari area danau, mata hyunjin sempat melirik bangunan tua yang tidak jauh dari danau, seperti sebuah kuil yang di tinggalkan
Disaat itu, kaki hyunjin seperti memaksa diri nya agar berjalan masuk ke dalam kuil, namun yang aneh nya, belum juga ia melangkah namun jisung sudah menahan tangan nya dan melarang diri nya masuk ke dalam sana, bahkan hyunjin sendiri belum sempat meminta izin kepada jisung
"Padahal gue cuma kepo aja sih, tapi kenapa jisung keliatan kaya panik gitu?" Monolog hyunjin
Benar, tatapan jisung seperti tatapan orang yang gelisah, namun jisung seperti membuat diri nya agar terlihat tenang di hadapan hyunjin. Bagaimana hyunjin tidak merasa semakin aneh? Tatapan dan gerak gerik jisung, membuat curiga hyunjin
Lamunan itu seketika buyar ketika terdengar suara decit dari pintu kamar hyunjin yang terbuka. Hyunjin menoleh ke arah pintu kamar nya, mata nya menangkap sosok teman nya yang sedang berdiri sambil memegang sebuah piring berisi makan, itu lee felix
Tanpa permisi, felix mendekati ranjang hyunjin, lalu duduk di tepi ranjang hyunjin. seperti rumah nya sendiri, felix melakukan apapun tanpa kata permisi
"Sejak kapan lo dateng?" Tanya hyunjin
"Barusan, btw tadi kakak lo nitip sarapan buat lo nih, gue jadi kaya pembantu yang nganterin makanan buat tuan" sindir felix
"Kalo gak ikhlas gak usah bawain kali"
"Gue disuruh anjir, lagian kata kakak lo, lo gak keluar dari kamar, lo baru bangun ya?"
"Nggak, gue sebenernya udah bangun dari jam enam pagi, kaya nya sih"
"Tumben? Biasa nya lo bangun pas udah siang bolong, lagi kenapa lo?"
Mulut nya berhenti mengunyah sarapan nya sejenak, Sebenarnya, hyunjin bangun sepagi itu karena pikiran nya yang terganggu, membuat tidur nya tidak terlalu tenang, karena pemikiran nya yang berpikir ada sesuatu yang janggal kemarin
"Gue juga.. gak tau.." jawab hyunjin
"Lo keliatan nya lesu banget hari ini, kaya nya lo butuh sesuatu biar semangat" ucap felix
"Yaudah, lo coba bikin gue semangat lix"
"Pinjem hp lo sini, gue pengen telpon om jisung buat nemenin lo disini"
"E-eh jangan!"
Alis nya bertaut akibat kening yang mengerut heran, felix bingung, bukankah orang yang kita sukai bisa menjadi penyemangat?
"Kaya nya lo lebih banyak bengong hari ini? Lo kenapa sih? Lagi ada masalah sama jisung ya?" Tanya felix
"Nggak, gue cuma.. kepikiran aja sama kata kata nya semalem pas gue sama dia lagi di mobil" jawab hyunjin
"Lo kemarin abis jalan sama jisung?"
"Ya.. gitu deh"
"Emang dia ngomong apa sampe lo keliatan kepikiran banget?"
Satu hela nafas terdengar di telinga felix. Hyunjin ragu apa teman nya itu akan mengerti apa yang di bicarakan diri nya dan jisung semalam
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine tailed [hyunsung]
Fanfiction[Pending] Meski lelah ia menunggu, meski rindu ia tahan, meski sulit ia hadapi, sebab akhir bahagia butuh usaha Han jisung si lelaki rubah yang di selimuti rindu teramat pada sang terkasih, sang terkasih yang sudah lama tiada. Halusinasi selalu iku...