♡ Di Dermaga sebelah mana bisa ku jemput ke pulangan kapal ku, sedang ia tengah tersesat di lautan cinta wanita yang lain ♡
Aku masih menatap nanar bingkai foto besar yang berada di depan mata ku. Menatap gambar dua orang insan yang tampak berbahagia. Nyatanya aku hanya bahagia di hari itu. Ya, hari itu. Setelah hari itu berakhir kebahagiaan itu pun ikut berakhir. Aku kurang apa ? Pertanyaan bodoh itu yang selalu ada di kepala ku. Padahal sudah jelas-jelas bahwa dia yang tidak bersyukur dengan keberadaan ku.
Jika aku bukan pilihan, lantas mengapa engkau pilih aku. Sungguh keputusan ku menerima pinangan mu adalah awal dari luka ku. Ku pikir setelah sekian purna penantian sakit karna menunggu mu akan segera sirna, nyatanya aku kembali di pukul realita bahwa kau masih belum bisa melepas cinta pertama. Aku yang bodoh atau kau yang hilang kewarasan, bisa-bisanya engkau masih belum bisa mengikhlaskan dia.
Bahkan kini dia telah berbahagia. Aku yang terlalu berani berjalan ke tengah atau kau yang terlalu tenggelam. Iya, kau tenggelam dalam kenangan-kenangan bersamanya. Ingin rasanya merutuk pada takdir tapi bukan kah ini sudah menjadi suratanya. Aku tak tau lagi harus dengan cara apa menghancurkan balokan es antartika yang bersarang di hati mu.
Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu menyadarkan ku . " Iya sebentar ". Teriak ku
" Assalamu'alaikum. Ini benar rumahnya Den Ardan? ". Ucap wanita paruh baya yang tadi mengetuk pintu rumah ku.
" Wa'alaikumussalam. Benar. Ibu siapa ya,apa ada perlu dengan Mas Ardan ?".
" Panggil Mbok saja non. Jadi begini sata adalah asisten rumah tangga yang di kirim Den Ardan untuk Non Felma ya ?. Kalau saya tidak lupa tadi. Maaf ya Non jika salah ". Ucap ibu itu sembari tersipu kepada ku.
" Tidak salah kok Bu, eh Mbok maksud saya ". Ucapku sembari mempersilahkan masuk.
" Memangnya tadi Mas Ardan bilang apa Mbok ?"
" Den Ardan bilang saya di minta membantu dan menemani Non Felma ".
Aku tidak butuh di temani orang lain Mas, yang aku butuhkan saat ini adalah kamu. Batin ku. " Kalau begitu mari saya tunjukan kamar untuk Mbok bisa istirahat terlebih dahulu ".
" Saya langsung bekerja saja tidak apa-apa Non".
" Mbok istirahat terlebih dahulu saja, pasti lelah dari perjalanan kemari. Mbok bisa mulai bekerja besok ". Ucap ku sembari membuka pintu kamar untuk Mbok Sumi. Oh iya, tadi Mbok sudah memperkenalkan namanya.Setelah menunjukan kamar Mbok Sumi aku kembali ke atas untuk mengambil ponsel ku. Kebetulan kamar ku berada di lantai dua rumah ini. Ponselku berdering menunjukan layar bertuliskan Imam ku.
Aku segera mengangkatnya " Hallo mas, Assalamu'alaikum " Sapa ku
Tanpa menjawab salam ku Mas Ardan langsung ke topik pembicaraanya " Aku nggak bisa telphone lama, sebentar lagi ada meeting penting. Asisten rumah tangganya udah sampaikan ?. Dia salah satu asisten kepercayaan keluarga ku".
" Sudah Mas ". Jawab ku
" Oh iya , aku juga mau bilang kalau kamu nggak perlu menunggu ku . Aku pulang malam hari ini atau bisa juga nggak pulang ".ucapnya dengan tergesa-gesa.
" Tapi Mas--- " Belum sempat aku menyelesaikan ucapan ku Mas Ardan telah lebih dulu mematikan sambungan telephone di sebrang sana, tanpa mengucap salam. Tapi samar-samar bisa ku dengar ada seorang wanita yang memanggilanya. "Siapa wanita itu? . Apa mungkin dia sekertaris baru suami ku ? "
Pikiran ku melayang, mengingat kembali perkataan Karin sahabat ku 7 hari yang lalu." Ma lo tau nggak ? "
" Tau apa "
" Gue denger-denger dari Sam, Ardan punya sekertaris baru. Gara-gara Si Vian resign. Dan lo tau lagi, gue bukanya pengen manas-manasin lo. Tapi kata Sam sekertaris barunya prempuan namanya Vina dan yang lebih parah lagi si Vina itu pakaiannya kalo di kantor kurang bahan gitu. Si Sam aja sampe geleng-geleng Ardan nemu di mana katanya. Dan yang paling parah lagi kata Sam, Vina tu gatel banget minta di garuk. Masa dia mepet Ardan terus. Sam yang sama-sama Cowoknya aja bisa ngomong gitu. Berartikan udah tipe-tipe pelakor tu orang. Lo hati-hati deh Ma, jangan polos-polos amat. Coba deh sekali-kali lo main ke kantornya Ardan".Sejak saat itu aku tidak bisa untuk tidak sekali saja mengingat perkataan Karin.
Apa iya Sekertaris suami ku seganjen itu.
Entahlah kepala ku rasanya telah penuh jika berfikir tentang Mas Ardan. Belum bisa menyelesaikan masalah Mas Ardan dengan masa lalunya sudah muncul lagi godaan wanita lain. Aku harus bagaimana Ya Allah. Dari pada sibuk berfikir yang tudak-tidak lebih baik aku memasak saja.Waktu telah menunjukan pukul 10.00 malam , tapi suami ku masih tak kunjung pulang. Bahkan masakan yang telah ku masak sore tadi sudah dingin, perutku juga sudah sakit karna menahan lapar. Akhirnya aku memutuskan untuk makan terlebih dahulu dan tidak menunggu Mas Ardan. Tadinya aku ingin menunggunya dan makan malam bersamanya, Namun sepertinya keinginan ku telah pupus. Akan ku hangatkan kembali sayurnya jika dia pulang.
Selepas makan pun Mas Ardan belum menunjukan tanda-tanda kepulangannya. Bahkan ia juga tidak mengabari ku sejak tadi siang. Apa dia tidak pulang ?.
Aku memilih menunggunya di sova ruang tamu, dekat dengan pintu. Agar saat dia pulang aku bisa terbangun dan segera membukakan pintu untuknya.
Aku sudah mulai menguap Mas Ardan belum juga pulang. Sampai akhirnya aku ketiduran di Sova.Aku mengerjap ketika mendengar suara mobil masuk ke dalam pelataran rumah ku. Ku lirik jam yang menggantung di dinding, menunjukan pukul 03:15 pagi.
Suami ku baru pulang jam segini. Aku segera membuka pintu ketika mendengar Mas Ardan mengetuk pintu dengan sangat keras. Ku buka pintu dan ku dapati suami ku pulang dengan keadaan mabuk.############################
TBC
Hallo readers kesayangan ku, autor balik lagi nih setekah sekian purna hiatus. Mohon dukungannya biar autor semangat nulisnya dan ngga hiatus-hiatus lagi ya.
Oh ya, selain di wattpad autor juga punya cerita di fizzo novel dan mangaa toon loh.
Akun autorr sama kok @dhuwi_yhuan
IG dan Sosmed lainnya juga sama namaynya. Silakan di cari jika penasaran :)Oktober 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Take me with You to Janah [On Going]
SpiritualSquel => Hijrah Cinta Di Sepertiga Malam. Genre Spiritual ;) [Awas Baper] Lautan cinta ku, ijinkan perahu kayu ku yang begitu rapuh ini mengarungi lautan cinta mu. Meski aku harus tenggelam dalam badai gelombang bersama cinta mu. " Sudahlah Ma tingg...