BAB II Bagian 3

4 2 0
                                    

Peraturan Sesungguhnya

Setibanya kami di kantin, seluruh meja ternyata sudah penuh dan tak menyisakan tempat untuk kami lagi untuk beristirahat.

"Penuh." kataku

"Ya udah. Ambil roti aja terus makan dikelas. Gapapa?" tanya Andre.

"It's okay."

"Okelah."

Kami pun memesan 2 bungkus roti perorang dan berjalan kembali ke kelas. Dalam perjalanan Andre menanyaiku beberapa hal.

"Va. Kau tadi pagi ke ruang kepala sekolah, kan?" tanyanya.

"Iya. Ngobrol bentar sama kepala sekolah terus dikasih arahan sedikit tentang sekolah." jawabku.

"Apa aja yang Kepsek kasih tau?"

"Kepsek apaan?"

"Kepala sekolah."

"Ouh..."

Aku pun menceritakan kepadanya apa yang kuingat kepadanya. Tentang Alm. Pak Habibie, sampai bakat-bakat yang masih tak kumengerti.

"Ohh... secara garis besar sih udah semua dikasih tau. Tapi masih ada beberapa yang kurang." katanya setelah mendengar ceritaku.

"Yang kurang?" tanyaku penasaran.

"Sip sudah sampai. Lanjut di dalam kelas aja."

Kami pun masuk ke dalam kelas dan melanjutkan pembicaraan kami tadi selagi memakan roti yang telah kami pesan di kantin.

"Ada beberapa hal yang harus kau tau di sekolah ini." katanya.

"Hal yang harus diingat?" tanyaku.

"Sekolah ini bukan kayak sekolah pada umumnya. Sekolah ini berbeda dari sekolah yang kau tahu."

"Ya... kan Bu Kepsek udah kasih tau kalo beda."

"Tunggu jangan potong dulu."

"Oke. Lanjut lah."

"Kayak yang udah dikasih tau. Sekolah kita ini beda. Bukan cuma itu. Tau kenapa setiap kelas ada hurufnya? Itu sistem peringkat. Sama seperti nilai-nilai. Semakin tinggi hurufnya. Semakin pintar kelasnya."

"Terus?"

"Kok kau gak kaget sih?"

"Soalnya sebelum masuk ke kelas tadi pagi aku udah kepikiran sama palang nama kelas yang ada di atas pintu."

"Nice. Bagus juga pengamatanmu."

"Ya ya. Lanjut lah. Pasti bukan Cuma itu kan yang mau kasih tau."

"Of course. Kelasnya juga beda. Cara guru mengajar dan kedudukan."

"Tunggu. Jelaskan lebih spesifik dong."

"Bentar. Minum dulu."

Haah... sialan. Sempat-sempatnya dia minum.

Dia mengambil botol air minumnya dan mulai meminumnya. Aku yang melihatnya langsung merasa kehausan juga. Sial. Aku juga langsung minum. Setelah itu dia mulai melanjutkan perkataannya.

"Cara guru mengajarnya beda. Semakin rendah peringkat kelas, semakin buruk cara guru mengajar. Kelas kita, yang paling rendah, kelas 2-E dari 5 kelas, menerima pengajaran yang kurang dari guru. Bukan kurang juga sih. Tapi cara kelas ini memahaminya juga tidak terlalu baik. Jadi, pengajaran guru kurang, pemahaman siswa kurang. Itulah kelas 2-E."

"Jadi maksudnya?"

"Haah... masa kau masih gak ngerti sih. Kelas kita kelas yang tertinggal. Memang benar pengajaran guru masih terbilang cukup normal. Tapi beda kayak di kelas lain. Mereka menerima pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan dan bakat mereka. Sedangkan kita, para siswa yang berada di kelas bawah, sekolah hanya memandang kita sebagai manusia tanpa bakat. Mereka berpikir bahwa kita semua tidak perlu diberikan pelajaran tinggi-tinggi karena tidak ada yang mereka harapkan dari kita. Paham?"

Aku yang tidak dapat berkata-kata hanya dapat menggangguk. Tapi masih ada satu hal yang belum dia beritahu. Aku pun bertanya kepadanya.

"Terus kedudukan yang kau bilang tadi apaan?" tanyaku kepadanya.

"Bentar. Buang dulu bungkus roti. Nitip buangkan. Tempat sampah di samping pintu.'

"Buang sendirilah."

"Gak kulanjutin nih?"

Kurang ajar. Mengancam lagi nih anak.

Aku pun mengambil bungkus roti yang dia berikan kepadaku lalu membuangnya ke tempat sampah. Setelah itu aku kembali ke tempat duduk dan dia melanjutkan perkataannya.

"Kedudukan yah. Yakin mau dengar?" tanyanya.

"Kau bilang itu penting jadi haruslah kudengar." jawabku tanpa ragu.

Saat dia mau mulai berbicara, bel sekolah berbunyi tanda pelajaran akan segera dimulai.

Kring...

"Yah. Seperti yang kau dengar. Kita lanjut nanti." katanya.

Ahhhh... kukira hal kek gini cuma ada di film-film. Sial sial. Well done bell. Well done.

Pelajaran selanjutnya pun dimulai dan aku masih kepikiran dengan apa yang dikatakan oleh Andre dan apa yang akan dikatakan selanjutnya.

Sialan.

Bisakah Aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang