BAB III Bagian 4

2 2 0
                                    

Rahasia Andre

Setelah itu Andre, Sinta dan Denia mulai menjelaskan secara detai semua hal yang berhubungan dengan peraturan-peraturan sekolah.

"Jadi gitulah penjelasannya. Apa ada yang gak kau ngerti kah?" tanya Andre kepadaku.

"Aku mo nanya, Dre. Kenapa kau mau begitu keras bela-belain kelas ini padahal kau punya kesempatan untuk yang lebih tinggi?"

"Varo, cukup. Jangan tanyain itu."desak Sinta kepadaku untuk menarik kembali pertanyaan yang baru saja kuberikan.

Saat aku memperhatikan wajah Andre, ekspresinya menunjukan wajah sedih bercampur marah.

Aku ngomong hal yang salah kah?

"Gak. Gapapa, Sin. Lebih baik dia tau kenapa aku begini." kata Andre.

"Tapi, Dre. Itu hal yang harusnya kau gak kasih tau ke sembarang orang." Sinta melarang.

"Dia bukan sembarang orang, Sin. Dia Varo. Temanku. Wakilku. Dia berhak tau." bentak Andre.

"Terserahmu lah, Dre." balas Sinta lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.

Aku yang tidak paham dengan hal ini melihat ke arah Denia. Denia hanya mengangguk kepadaku. Entah apa maksudnya.

Mungkin dia setuju sama Sinta? Tapi kok mereka bertiga terlihat kayak dekat yah? Tanya nanti lah.

"Alasan kenapa aku kayak gini, Va, karena kakak perempuanku. Dia dulu pernah sekolah disini. Sampai 4 tahun lalu." jelas Andre lalu berhenti dan mengambil nafas.

"4 tahun yang lalu. Waktu dia kelas 3 SMA. Dia juga sama kayak kita. Dia di kelas E waktu kelas 1. Terus mereka sempat naik ke kelas D lalu ke kelas C bahkan hampir B. Kakakku salah satu dari mereka yang jadi pendorong untuk kelasnya. Tapi kelas 2 mereka dihajar habis-habisan oleh kelas lain. Sampai akhirnya mereka kembali ke kelas E. Mulai dari situ kelas mereka mengalami titik balik." Andre mengambil nafas lagi.

Setelah itu Andre ingin melanjutkan tapi sepertinya dia sudah tidak kuat. Sinta lalu memegang tangan Andre.

"Dre, keluar dulu deh. Cari udara segar. Biar aku yang lanjutin sama Denia. Oke?"

Aku mulai mempertanyakan hubungan kedua makhluk yang ada di depanku ini. Tapi kuurungkan niat itu untuk saat ini.

"Ya. Makasih, Sin. Makasih, De."ucap Andre kemudian keluar dari kelas untuk mencari udara segar.

"Aku lanjutin yah cerita Andre tadi." kata Sinta.

"Ya."

"Kelas mereka mengalami titik balik. Kelas lain mulai membuli mereka. Mulai dari mengganggu, mencoret meja, merobek baju, memukul, memeras, dan hal-hal lainnya. Kakak Andre tidak terima sama perlakuan kelas lain jadi dia laporin ke pihak guru. Seperti yang kau tahu, guru hanya menutup mata akan itu. Kelas lain ternyata tahu kalau kakaknya Andre laporin ke guru. Jadi mereka mulai menargetkan pembulian mereka ke 1 orang saja. Kakak Andre." jelas Sinta.

"Kelas-kelas lain mulai mengerjainya. Seperti pembulian yang kau ketahui. Menyiram air kotor saat di kamar mandi, barang-barangnya di curi, bahkan yang lebih parah, mereka pernah melecehkan kakaknya." sambung Denia.

Sial... keknya aku nginjak ranjau. Masalahnya lebih berat dari yang kupikirkan.

"Setelah itu, keluarga Andre gak terima sama perlakuan sekolah. Jadi mereka lapor ke polisi. Tapi semua sia-sia. Entah gak ada bukti lah, tidak cukup umurlah, laporan palsu lah, dan banyak alasannya. Bahkan polisi pun dapat dibungkam." jelas Denia.

"Terus gimana sekarang kabar kakaknya Andre?" tanyaku.

"Gak ada. Kakak Andre bunuh diri 2 bulan setelah laporan ke polisi. Dia nulis di buku catatannya kalau dia udah gak kuat buat nahan semuanya. Stress. Trauma. Semua dialaminya."

"Terus pihak sekolah gimana?"

"Setelah kakaknya Andre meninggal, sekolah baru mengeluarkan tuntutan secara terpaksa. Akhirnya orang-orang yang membuli kakaknya Andre ditahan. Tapi, karena polisi pun udah dipengaruhi, mereka cuma ditahan beberapa bulan saja lalu disekolahkan ke luar negeri untuk menghilangkan jejaknya."

Well...this is not a simple problem. Semua ini masalah yang besar. Tapi...

"Tapi kenapa Andre mau sekolah di sini? Orangtuanya gak larangkah?"

Sinta dan Denia saling tatap menatap lalu membulatkan tekad mereka dan memberitahuku kebenarannya.

Bisakah Aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang