PART 3

210 36 3
                                    

PART 3

Selamat membaca

*****

"Kau tidak kedinginan?"

Suara bas dan berat itu berhasil mengangkat kepala Yoona dan mendongkak. Melihat pemilik suara yang menyindirnya sekaligus sedang melepaskan jas biru di tubuhnya.

"Kenapa kau tidak telanjang saja sekalian?" Tukas pria itu lagi sambil menyerahkan jasnya ke arah Yoona yang mulai menarik sudut bibirnya.
Sudah dikatakannya bukan, bahwa tidak seorangpun bisa menolaknya.

Termasuk Siwon!

Yoona menatap sambil tersenyum simpul ke arah jas di tangan Siwon dan wajah pria itu secara bergantian.
Sudah jelas?

Siwon memang baik dan menarik untuk standart pria yang pantas diajak serius.

**To The Moon And Never Back**

Pagi itu gerimis datang tak sendiri. Bersama sepi ia singgah di reranting dan menitipkan dingin yang menusuk.

Pagi itu Siwon mendengar gerimis berdenting, menguarkan aroma sepi dan menyapu debu-debu musim kering.

Pagi menguarkan aroma basah tanah, tentang hijau dedaun yang tersaput embun, di situlah segala rasa rindu yang tertimbun dan menemani gelas kopi hitam Siwon yang nyaris tandas di atas meja makannya.

Tubuh Siwon yang telah dipeluk oleh kemeja putih dengan dasi berwarna hitam dan kemudian dipadukannya dengan jas biru tua.

Ia siap untuk mengulangi aktifitas yang sama seperti hari yang lalu. Bekerja dan kemudian membuat dirinya sibuk demi membantu pikirannya tersingkir dari segala bentuk kegalauan yang berusaha untuk selalu ditutupinya kepada siapapun.

Namun gigil rindu pagi ini menyekapnya dengan hangat, membawa Siwon kepada angan saat embun selalu setia memberi pelukan demi ketabahan yang tak terperikan.
Dari sepi kembali ke sepi. Begitulah embun lesap di antara kerinduan Siwon beralaskan kecewa.

Di jenggala kenangan kian memasung Siwon dalam mentari yang kian meninggi dan dalam bening embun yang menetes di lembar dedaunan, di sanalah Siwon menitip luka agar lesap di kedalaman sunyi tanpa bekas.
Tentang rindu di setiap sudut ruang yang ia tinggali.

Setiap benda mengingatkan segala jenis rasa bernama bahagia yang pernah terbingkai indah di sana. Tentang rindu yang kembali ketika jemarinya membolak balik cincin di sisi gelas kopinya.

Bukan miliknya.

Pernah diberikannya kepada seseorang, kemudian seseorang itu mengembalikan kepada Siwon.

Rindu selalu berkunjung dalam kediamannya, semua tentang kenangan saat jarak mencederai kebersamaan yang mereka diami. Di antara sayap cahaya di langit pagi, Siwon menemukan sejuta rindu serupa luka yang terlahir dari jarak dan juga ego.

Tuhan... Siwon sangat merindukannya.

Ya, pria itu merindukan sosok penghangat relungnya. Tidak ada jeda dalam paginya tanpa diam merenung seperti ini, lalu alam akan membawanya kembali pada masa paling bahagianya dulu, dan kini hilang bersama jarak.

To The Moon And Never BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang