PART 9
Selamat Membaca
***
Sore itu, ada semburat jingga di sela-sela gedung pencakar langit kota Seoul, jingga yang menyebul dan terpantul dari kaca-kaca gedung ditemani pekikan klakson kendaraan dengan pengendara yang gelisah hatinya.
Senja di sore itu dapat dinikmati Siwon di tengah kemacetan bercampur polusi. Ia memandang langit dihiasi awan kelabu yang tak selalu menandakan akan hujan. Kemudian lampu-lampu menyala menyamarkan semburat jingga sebagai penanda senja.
Dengan setia pria itu menikmati keindahan langit sambil menunggu sosok Yoona di depan pagar sebuah gedung yang belakangan sering ia datangi untuk mengantar lalu menjemput Yoona.
Sebuah gedung universitas swasta di pusat kota Seoul dimana Yoona menyibukkan dirinya demi Siwon dan demi dirinya sendiri.
Ya, andai saja gadis itu sadar. Bahwa perubahan itu sebenarnya untuknya, bukan untuk Siwon.
Usai melepas penat dengan segala urusan kantor, Siwon masih harus menjemput Yoona yang telah menyelesaikan kuliahnya hari ini.
Yoona mulai sibuk dengan urusan kuliah, dan Siwon semakin sibuk sejak ada Yoona dalam hidupnya.
Dengan semua kesibukan itu, perlahan-lahan Yoona mengurangi jatah pesta malamnya. Dia disibukkan dengan banyak tugas ekonomi dan bisnis yang nyaris membuat Yoona gila, kemudian tidak punya banyak waktu untuk bisa clubbing seperti sebelumnya.
Semua hal cukup bermasalah bagi Yoona.
Dari pembelajaran, manajemen waktu hingga pergaulannya.
Dengan keangkuah level akut, Yoona cukup sulit mendapatkan teman.
Bukan karena tidak bisa, tapi gadis itu terlalu menutup diri kepada orang-orang. Terutama ketika orang-orang di sana mengetahui siapa Yoona, dan beberapa cukup tak tahu malu dengan menawarkan pertemanan kepada Yoona, hanya karena gadis itu kaya raya.Sebuah realita hidup yang ironis.
Mereka tak menyukai Yoona, namun melihat dan mengetahui siapa Yoona dan bagaimana kehidupannya, mereka berlomba untuk menjadi temannya.
Apakah nilai uang dan juga kehormatan sudah lebih tinggi dari kenyamanan?
Tapi bukan Yoona namanya jika tidak bisa memilah mana yang tulus atau mana yang sedang menjilat dan mencoba memanfaatkannya.
Dan sejauh ini, hanya Siwon yang ia percaya. Hanya Siwon yang membuatnya lupa bahwa ia seorang Yoona yang angkuh, bahwa ia seorang gadis yang dikejar-kejar banyak lelaki. Bahwa ia seorang gadis yang bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan.
Dengan Siwon, Yoona bisa melihat sisi berbeda dari dirinya. Tentang ada hal yang lebih penting dari uang. Yaitu kepercayaan.
"Ahjussi...."
Yoona bersuara dengan mata yang berbinar melihat Siwon menunggunya di luar mobil. Gadis itu tersenyum saat Siwon melepaskan kaca mata hitamnya dan menyambut kedatangannya dengan senyuman.
"Bagaimana harimu?" Tanya Siwon lembut kemudian menerima tumpukan buku dalam gendongan Yoona.
"Seperti biasa"
"Menyenangkan?"
"Menyebalkan", jawab Yoona kemudian mendapat tatapan tidak senang dari Siwon.
"Dimana semangatmu yang mengatakan bisa menjadi orang yang lebih pintar dariku?" Protes Siwon,
"ini bahkan belum apa-apa, dan kau sudah menyembutnya menyebalkan?" Siwon berdecak kemudian.