-Selamat Membaca-
Sekarang Yoona kembali pada tempatnya. Bahwa alasan apapun tidak akan pernah bisa berhasil membuatnya membenci Siwon.
Akhirnya Yoona menekan tombol power untuk memadamkan kembali ponsel di tangannya. Menaruhnya di atas ranjang yang kemudian menggigit bibirnya dilema.
"Apa yang harus kulakukan?"
Tidak elok rasanya untuk Yoona sendiri mengacuhkan Siwon saat dimana Siwon secara tidak langsung sudah menyelamatkannya malam ini.
Dan jika harus jujur, sebenarnya rindu itu sudah sangat menyiksa Yoona. Mereka bertemu beberapa saat lalu, namun harus berujung pertengkaran karena egonya yang cenderung menyalahkan Siwon karena pria itu tidak bisa membalas mencintainya.
10 hari ini, beberapa jam ini sudah sangat menyiksa dengan mengabaikan Siwon. Haruskah Yoona masih menyakiti diri sendiri bertindak kekanak-kanakan dengan menghindari Siwon terus menerus?
"Tidak! Aku tidak bisa seperti ini terus. Aku bisa mati", tukas Yoona mengakui betapa menderitanya menahan rindu atas Siwon karena egoisnya sendiri selama ini.
"Dia selalu baik. Dia pantas mendapatkan perlakukan yang lebih baik"
Yoona menyibak selimut di kakinya. Turun dari ranjang dan menciptakan langkah untuk meninggalkan kamar.
Gadis itu berjalan ke sudut ruangan yang lain. Ke arah ruangan yang ia tahu sebagai kamar tidur Siwon.
Berulang kali Yoona menarik ulur napas, berdoa dalam hati agar Siwon sudah tertidur dan dengan itu Yoona bisa dengan puas memandangi wajahnya tanpa harus bertengkar seperti biasa jika mereka sama-sama sadar.
Didorong Yoona pelan pintu kamar Siwon. Sangat berhati-hati dalam langkahnya menuju ranjang. Dan Yoona beruntung, Siwon sudah tertidur lelap karena lelahnya bekerja seharian, kemudian harus menggunakan beberapa jam waktu tidurnya untuk menunggui Yoona di dalam club.
Yoona membuang napasnya pelan melihat bagaimana tenangnya Siwon dalam mimpi indahnya. Sambil duduk di atas ranjang Siwon, Yoona tidak henti-hentinya berdecak kagum dengan ciptaan Tuhan di depannya.
"Tidur saja kau setampan ini", bisik Yoona sambil tersenyum.
Perlahan-lahan digunakan Yoona tangan kanannya menyentuh puncak kepala Siwon. Mengusap rambut itu sangat pelan.
"Kenapa kau baik padaku?" Tanya Yoona tanpa mengharapkan jawaban.
Jemarinya turun dari rambut Siwon ke permukaan kulit wajahnya. Kemudian ibu jari itu menari indah di wajah Siwon, dan mengelus lembut wajah itu.
"Apakah di matamu aku akan selalu menjadi gadis kecilmu? Sekali saja, tidak bisakah kau melihatku sebagai seorang wanita?"
Terlihat jelas kesedihan di mata Yoona. Namun untuk memandang Siwon sangat tenang seperti sebuah bayaran yang pas untuk kesedihan itu.
"Maafkan aku untuk sikap menyebalkanku beberapa hari ini", ujar Yoona pada akhirnya. Menghela napasnya saat meraih tangan kanan Siwon dan gadis itu memilih bersandar pada headboard ranjang. Tidak ingin melewatkan menatap wajah Siwon sepuasnya, sebelum pagi dan mungkin mereka akan bertengkar lagi.
Ibu jarinya tidak pernah berhenti, mengelus naik turun permukaan kulit punggung tangan Siwon. Bergerak teratur dan tak sadar justru mengantar Yoona pada kantuk yang memberatkan matanya.
Ingin tidur, namun tak ingin Siwon mendapatinya di sana. Atau pria itu akan berpikir Yoona sedang berusaha merayu atau bahkan bertingkah mesum di sana.
Tidak lama, sampai Yoona melupakan bahwa sebenarnya ia sudah melewatkan terlalu lama waktu. Hingga gadis itu tak sadar bahwa ini telah pagi. Hanya matahari saja yang belum terbit.