Pertemuan

1.8K 1K 221
                                    

"Jeng aku udah di villa mamaku nih,kamu kapan kesininya?udah lama banget kan kita ga ketemu"

Vena, wanita itu sedang terhubung melalui ponsel dengan Amalia sahabat karibnya sejak dibangku SMP, Vena dan Amalia begitu dekat seperti saudara kembar yang tidak pernah terpisahkan hanya saja ketika Vena menikah Vena pindah ke kota bersama suaminya. Vena melahirkan anak pertamanya pada tahun 1999 yang diberi nama Finn Ansel Abraham kemudian empat tahun kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang di beri nama Alana Ivorya Lettice. 

Abangnya Alana tidak ikut tinggal di villa neneknya karena masih menyelesaikan skripsi di Jakarta dan Vena tidak khawatir karena ia yakin putra sulungnya, Ansel adalah anak laki-laki yang mandiri dan tangguh.

"Oiya jeng,jangan lupa bawa si gantengnya ya."

Kalimat yang menjadi penutup telepon itu terdengar ditelinga Alana dan membuatnya penasaran,apa yang dimaksud mama nya dengan 'si ganteng' . Alana membuat kesimpulan sendiri mungkin Amalia akan datang bersama suaminya.

2 jam setelahnya

Alana dan mamanya sudah berhasil menata letak barang benda dan furnitur dengan sangat baik,di gerbang villa terdengar suara klakson mobil dengan semangat Vena berlari menuju suara tersebut,Vena ingin menjadi orang pertama yang menyambut kedatangan sahabatnya itu.

Seperti sahabat yang sudah lama tidak bertemu pada umumnya Vena dan Amalia berpelukan sangat erat seakan tidak mau dipisahkan lagi,bahkan Vena hampir saja menangis,ibu anak dua tersebut mengingat ketika remaja dan seperjuangan dengan Amalia dahulu.

Ditengah pemandangan yang mengharukan itu,terlihat sosok laki-laki yang sebaya dengan Alana, laki-laki itu adalah Viandra,anak dari Amalia. Viandra berperawakan tinggi, kulitnya putih dan memiliki alis yang tebal. Viandra mengenakan kemeja kotak kotak berwarna putih dibalut kaus hitam dan celana jeans selutut serta kacamata hitam anti radiasi cahaya matahari. Alana sempat kagum dengan Viandra saat pertama kali melihatnya,bak sebuah patung Alana menatap Viandra.

"Yaampunnn jengg! ini si ganteng nya? Mama terakhir kali lihat kamu waktu kamu berusia satu tahun loh Vian,makin ganteng aja ih!"

Vena mendeskripsikan dirinya dengan sebutan mama kepada Viandra,dan Viandra pun langsung menjabat tangan Vena.

Amalia dan Viandra dipersilahkan masuk kedalam,dan mereka duduk disebuah sofa cokelat muda sambil menunggu Alana menghidangkan makanan ringan, Vena dan Amalia terus berbicara tanpa ada jeda.

"Nah,Alana betah betah sekolah disini ya sayang, nanti Viandra yang akan menemani kamu sampai kamu terbiasa dengan sekolah yang baru."

Alana yang membawa nampan berisi gelas jus buah dan cookie itu mengangguk,Alana senang karena menjadi siswi baru di sebuah SMA negeri yang terkenal dengan ke-elitanya dan baru saja masuk sudah memiliki teman. 

Sementara itu,Viandra yang tahu nya hanya mengantar bundanya ke rumah teman, terkejut bukan main ,raut wajahnya berubah menjadi tidak enak dalam sekejap.

Viandra pikir untuk apa menemani gadis seperti Alana,toh nanti juga Alana akan terbiasa dengan sendirinya tanpa bantuan Viandra,lagipula Alana kan bukan anak kecil.

"Tante,Lana belum tahu Viandra kelas berapa ya?"

Di dapur hanya ada Alana dan Amalia, mendengar itu, Amalia mengelak ia tidak mau dipanggil dengan sebutan Tante yang terkesan kaku jika mengingat persahabatan nya dengan Vena yang sudah seperti saudara kembar.

"Panggil bunda aja ya sayang".

"Eh iya bunda."

"Nah kan,lebih manis. Alana tanya langsung ke Viandra ya."

"Tapi bunda...Lana...." 

Belum selesai berbicara, Amalia sudah berlalu meninggalkan Alana, Alana sebetulnya ingin bertanya kepada Viandra tapi Alana takut lebih tepatnya takut dibilang sok kenal dan sok dekat. Viandra yang dari awal datang tidak mengeluarkan sepatah kata pun menjadikan Alana dapat menyimpulkan kalau Viandra tipikal pria yang cuek. Tetapi Alana tidak begitu yakin,karena simpulan itu hanya dilihat dari kesan pertama yang ditunjukkan oleh Viandra saja.

Alana menanti sepatah kata yang tersirat dari bibir tipis seorang Viandra tetapi tidak kunjung tiba. Seperti dapat membaca pikiran Alana, Vena menanyakan bagaimana Viandra ketika disekolah dan hal lainnya yang menyangkut sekolah. 

"Best moment banget Tan menurut aku."

Jawab Viandra sambil merapikan rambutnya.

"Lupa ya,panggilnya mama."

"Iyaaa gitu maksud aku ma"

Mendengar pertanyaan Vena,Viandra hanya menjawab seadanya, Viandra juga sebetulnya canggung bila harus memanggil Vena dengan sebutan mama karena Viandra baru mengenal Vena lebih jauh hari ini,biasanya Viandra hanya mendengar cerita tentang Vena dari bundanya.

Alana yang menanti Viandra untuk berbicara akhirnya tertawa kecil Alana senang karena sekarang sudah tahu bagaimana Viandra ketika berbicara dan rasa takutnya kepada Viandra bisa berkurang setengahnya.

Detik demi detik berlalu,hingga pukul lima sore Amalia masih berada di rumah Vena,karena bosan hanya duduk dan berdiam diri akhirnya Viandra memutuskan untuk beralih ke taman belakang villa disana terdapat banyak bunga anggrek dan Viandra menyukai pemandangan seperti ini.

"Kamu suka bunga Anggrek juga ya?"

"Ga"

Alana membuat Viandra terkejut dengan kehadiran nya yang diam diam karena Alana membuntuti Viandra sejak Viandra beranjak dari duduknya. Sebetulnya Viandra malas untuk menjawab pertanyaan Alana yang menurutnya tidak berguna sama sekali.

"Oooh gituu..Vian nanti kita berangkat ke sekolahnya bareng kan?naik motor kamu?"

"Gatau"

"Kamu jemput nya gaboleh kesiangan ya Vian,aku gapernah telat datang ke sekolah loh".

"Lo pikir gue ojek?"

"Vian hahaa maksud aku ga gitu".

Viandra tidak menyukai basa basi dan menurut Viandra pertanyaan-pertanyaan Alana ituu benar-benar membosankan. Viandra pun langsung pergi meninggalkan Alana ditaman itu sendirian. Alana berpikir bahwa Viandra menunjukkan kalau ia sedang marah dan itu sangat lucu bukannya takut,Alana justru senang akhirnya mendapatkan respon Viandra meskipun respon nya tidak sesuai dengan ekspektasi Alana yang terlalu besar.

Viandra dan bundanya pulang sekitar jam sembilan malam, itupun terasa belum memuaskan Vena dan Amalia karena bagi mereka pertemuan itu sangat singkat. Vena dan Amalia berpelukan lagi dan Amalia bilang kalau ia akan kesini lagi besok mendengar itu Viandra menarik panjang nafasnya yang berat Alana tertawa melihat tingkah Viandra yang menurutnya kekanak-kanakan. 

Ketika Viandra akan menginjak gas mobilnya, dibalik kacamata hitam terdapat mata Viandra yang sedang menatap Alana dengan sangat lekat. Alana tidak mampu mengartikan tatapan Viandra yang jelas jantung Alana berdebar tidak karuan saat itu.






Terimakasih sudah membaca Part 1 dari ceritaku!

Kalau kalian menikmati ceritanya jangan lupa untuk dilike dan komentari ya🤗❤️biar aku tambah semangat bikin kelanjutannya:3

Alana & ViandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang