Senar gitar yang dimainkan jari-jari Jefano terus mengalungkan intro bernada tak asing, menambah suasana hangat dalam rumah Mahen saat ini semakin menarik.
Heksa lantas menarik senyum melirik seseorang disampingnya.Peka akan tatapan itu, Nathan segera menyumbangkan suara merdunya, tidak bisa dipungkiri jika cowok itu memiliki suara khas yang indah jika dialunkan bersama dengan alat musik. “Betapa bahagianya hatiku, saat ku duduk berdua denganmu. Berjalan bersamamu. Menarilah denganku.”
Heksa berdehem lantas melanjutkan, “Namun bila hari ini adalah yang terakhir, namun ku tetap bahagia. Selalu ku syukuri. Begitulah adanya.”
“Namun bila kau ingin sendiri, cepat cepatlah sampaikan kepadaku.”
Rajendra terkekeh sebelum akhirnya membuka suara. “Agar ku tak berharap, dan buat kau bersedih.”
Larut dalam alunan nada, usai melemparkan pandangan mengkode kelimanya kompak menyumbangkan suara, Jefano yang memetik gitar pun turut ikut berpartisipasi, menyanyi sesuai irama. Malam ini akan mereka sampaikan pesan penuh makna melalui sebuah lagu, berharap bisa mendapat balasan pada si pemikat hati masing-masing.
“Bila nanti saatnya telah tiba, kuingin kau menjadi istriku, berjalan bersamamu dalam terik dan hujan. Berlarian kesana kemari dan tertawa.”
Suara berat dan indah milik Mahen mendominasi lirik tersebut, dengan senyum malu sebab bayangan wajah Athena tiba-tiba hadir ia tetap melantunkan lirik mengikuti yang lain.
“Namun bila saat berpisah telah tiba, izinkanku menjaga dirimu. Berdua menikmati pelukan diujung waktu, sudilah kau temani diriku.”
Jefano menyelesaikan petikan pada gitar milik Mahen kemudian meletakkan disamping kursinya, sudah cukup ia tidak hapal lagi kunci nada selanjutnya.
“Anjas suara aing bagus euy!” pekik Heksa bangga. Percaya dirinya tinggi sekali melebihi kadar diabetes! Emang kapan Heksa insecure? Apa yang ada padanya selalu dibanggakan. Sombong? Ya, iyalah. Masih untung dikasih nyawa sama oksigen, itu kalo beli atau disuruh bayar mahal tau.
Rajendra melempari wajah tengil Heksa dengan kulit kacang, karena terlalu menjengkelkan. “Lebay lo bangsat.” sementara Heksa mulai memancarkan tatapan permusuhan.
“Bagusan juga suara gue,” ujar Jefano, percaya diri sambil menyugar rambutnya kebelakang.
“Dih, pede lo selangit!”
Jefano mengangkat bahu acuh, “Cuma lo doang yang gak menyetujui omongan gue barusan, yang lain aja pada mengakui.” katanya.“Emang. Pendapat orang beda-beda.”
“Lagian kemana-mana juga pasti lebih unggul gue,” ujar Heksa lagi.
Well, Jefano mampu menempati jejeran cowok tampan di sekolahnya tanpa perlu repot-repot tebar pesona seperti Heksa. Tapi, laki-laki itu tetap rendah hati. Tidak seperti temannya yang satu itu, kepercayaan dirinya sungguh luar biasa tinggi.
“Heh! Ngapa dah lo senyum-senyum begitu,” kata Nathan, menendang tulang kering Mahen yang kebetulan berpindah tempat dihadapannya.
Mahen menggeram. “Gak sopan, Nat!”
“Lah, lo abisnya ngapain senyum-senyum sendiri hah!? Bobogohan bae sia.”
Mahen mendelik tak senang. “Diem jomlo!”
Nathan melotot tak terima, tersenyum miring kemudian. “Dih, pacar lo kan pacar gue juga. Join kita.”“Jangan ngaku-ngaku lo setan.” melempar keripik kentang pada Nathan yang menampilkan wajah melas.
Heksa puas menertawainya sekarang. Laki-laki itu bahkan sampai terguling-guling di karpet. “Mampus lo dugong!”
Nathan berdecak, meminum minuman miliknya dengan perasaan sebal.
“Apa ini Heksa!” pekik Rajendra heboh, yang lain menatap penasaran. Rajendra mengintip sesuatu dibalik layar ponsel Heksa, terlihat jelas poto seorang perempuan berbando biru. Cantik, Heksa mana mungkin salah pilih sih.
“Apaan dah?” yang lain menyimak sebentar namun, kembali pada kesibukan masing-masing.
Rajendra menatap Heksa, kedua alisnya naik turun menggoda. “Pacar baru lagi, Sa?” ia lontarkan pertanyaan iseng.
Heksa menggeleng tegas, “Astagfirullah! Jangan suudzon lo ya.”
Senyum manis Rajendra mengembang, menggeleng-gelengkan kepala bermaksud tidak mengerti dengan tujuan Heksa mendekati cewek-cewek cantik. “Ganti-ganti mulu ya, Sa. Kayak sempak bapak lo.”
“Ya, Allah! Jangan tolol ah.” Heksa menggerutu.
Rajendra bersedekap sekaligus mendengus, Heksa yang diintai tatapan Rajendra berdecih kemudian balas menatap dingin. Ucapan Rajendra berikutnya sukses membuat satu botol air melayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance (REVISI)
Jugendliteratur[TAHAP REVISI] [BACANYA NANTI AJA] fake love. ; Bilingual ; Non Standard Language ; Fiction © salsabila, 202201 #4 in abuabu #6 in abuabu #8 in abuabu #9 in abuabu #11 in abuabu #18 in abuabu