6. She knows

51 7 0
                                    

Halo gais...

Happy Reading...

***

'Bagaimana aku bisa ragu, sedangkan caramu memperlakukanku begitu candu?'

***

"Akhirnya!" Desah Seulgi begitu tubuh lelahnya sudah terbaring di atas sofa yang nyaman. Matanya tertutup. Mencoba meresapi kenyamanan yang diberikan.

Di sisi lain, Jimin yang melihat aksi kekasihnya itu  hanya bisa tersenyum dan menggeleng kepala pelan. Seolah itu adalah hal biasa yang selalu Seulgi lakukan. "Mandi dulu sana setelah itu kita makan malam."

Seulgi membuka mata kemudian menoleh menatap Jimin tanpa merubah posisi tidurnya. "Kau yang masak?"

Jimin mengangkat alis. "Really?"

Seulgi terkekeh. "I see. Kita delivery saja. Aku ingin nasi goreng. Tolong pesankan itu."

Jimin mengangguk dan mulai mengutak-atik ponselnya. "Jadi menu kita hari ini adalah makanan Indonesia."

Seulgi mengangguk. "Ya. Aku suka sekali makanan Indonesia."

"Tapi kau selalu mengeluh pedas ketika kita memakannya."

"Itu karena aku belum terbiasa dengan rasa pedas pada masakannya."

"Bilang saja kau tak kuat makan pedas, Seul."

"Jim!" seru Seulgi bangun dari tidurnya. Matanya memicing kesal.

"Apa sayang?" goda Jimin yang berhasil membuat Seulgi mengulum senyum dan memalingkan wajahnya. Malu.

Sial!

"Aku mandi dulu." balas Seulgi tergagap kemudian berlari ke arah kamar secepat yang ia bisa.

Dan lepaslah sudah tawa Jimin melihat tingkah Seulgi yang seperti itu. Sangat nenggemaskan.

Dan setelah keduanya selesai membersihkan diri, kini mereka tengah berada di meja makan. Meningkmati hidangan makan malam yang sudah tersusun rapi di atas meja.

"Jim!" panggil Seulgi mencoba memulai pembicaraan.

"Ada apa?" balas Jimin yang masih lahap memakan nasi goreng dihadapannya.

"Ada hal yang menggangguku," adu Seulgi. Memang, sedari tadi ketika mereka latihan, Seulgi mendengar beberapa rumor yang beredar. Sebenarnya itu adalah hal yang biasa. Seulgi cukup sering mendengarnya. Hanya saja, entah kenapa untuk rumor kali ini sedikit membuatnya takut.

"Apa?" tanya Jimin. Kini cowok itu seluruhnya memfokuskan diri untuk menyimak apa yang ingin Seulgi katakan. Apalagi setelah melihat Seulgi yang tak melahap makanannya seperti biasa. Cukup membuat Jimin merasa hal yang ingin disampaikan kekasihnya itu cukup menganggunya.

"Hal biasa sih, ada idol wanita yang menyukai mu."

Jimin menegakkan badannya. Gerakan refleks yang membuat Seulgi menatap curiga ke arah Jimin. "Kau kenapa?"

"Tidak. Hanya sedikit aneh. Biasanya kau tidak mempermasalahkan hal seperti ini."

Seulgi mengangguk setuju. "Aku juga tidak tahu kenapa aku setakut ini. Mungkin karena aku tahu dia teman ku."

Jimin berdehem. Mencoba memperbaiki kerongkongannya yang tercekat. Sial! Siapa yang sudah bergosip tentang hal ini? Benar-benar menyebalkan.

"Tidak usah dipikirkan. Yang terpenting kau tau dan percaya bahwa aku hanya mencintaimu."

Seulgi terkekeh. "Aku sangat percaya kamu Jimin. Tapi tidak dengannya."

"Memang siapa dia?" tanya Jimin pura-pura tidak tahu.

"Jeongyeon Twice."

Damn! Seperti tebakan Jimin.

"Ah, I see. Tak usah terlalu dipikirkan. Mungkin itu hanya sebuah rumor."

Seulgi lagi-lagi mengangguk membenarkan. "Aku harap seperti itu."

Jimin menghela nafas. Tangannya mulai menggenggam tangan Seulgi. Ditatap gadisnya itu dengan dalam seolah semuanya akan baik-baik saja dan yang perlu Seulgi lakukan hanya percaya pada Jimin dan rasa cintanya.

"Everything will be okay. You just have to believe me, Seul."

Seulgi tersenyum, "I do."

Jimin tersenyum. "Sekarang habiskan makanan mu dan setelah itu aku antarkan pulang."

"Kenapa?"

Jimin terkekeh. "Manajermu menghubungiku untuk segera mengantarkanmu pulang."

Seulgi mendesah. "Padahal aku kira kita akan menginap di sini."

To be continued





What If We... - SEULMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang