4. Kukang yang Ingin Tidur Siang
Matanya nan sayu menatap cewek berseragam olahraga yang saat ini berdiri di hadapannya.
Sial! Terperanjat sedikit dengan wajah yang melukiskan ketidaksukaan, mata Samuel sedikit berkerut. Padahal hari ini dirinya sudah berdoa sepanjang pagi supaya tidak diganggu. Sayangnya, kurang manjur!
"Muka kamu aneh." Cewek itu tertawa, melihat raut yang kini dipasang Samuel.
Salah siapa coba? Samuel berkali-kali menampilkan mimik kesal yang kelihatannya tidak bisa dipahami Havana. Cewek itu cuma cengar-cengir melihat muka Samuel yang menurutnya lucu sekaligus aneh.
"Hei, hei, apa kamu tau? Bella lagi ...."
"Enggak, aku enggak mau tau." Tanpa basa-basi Samuel langsung memotong ucapan Havana dengan suara malasnya yang khas–mirip orang setengah sadar. Tak lupa pula dia menguap setelahnya.
"Aku belum selesai ngomong!" Havana merengut, bibir bawahnya terangkat sedikit. Ia langsung membuang muka setelah tadi melotot.
Samuel hanya bisa menghembuskan napasnya, lagi dan lagi. Dia lelah menghadapi tipe cewek seperti Havana. Sebenarnya dia memang tidak terlalu pandai berurusan dengan lawan jenis.
Alasannya? Tentu saja karena dia hanya malas berinteraksi dengan manusia lainnya.
"Kamu bisa ngomong sama orang lain."
Jadi jangan ganggu aku! Itulah yang Samuel sampaikan. Kasihannya, Havana termasuk orang yang tak suka berpikir sehingga ia sama sekali tidak mengerti maksud cowok yang kini tengah diganggunya.
"Aku kan mau omongin soal Bella ke kamu. Mana mau aku omongin sama orang lain."
"Enggak peduli, bukan urusanku."
Berkali-kali Havana menegaskan kalau ia hanya mau membicarakan tentang Sibella kepada Samuel. Hanya saja cowok itu tak acuh, sepanjang jalan dia terus mengabaikannya.
Sampai akhirnya mereka telah tiba di ujung koridor. Kelas mereka berbeda, tentu saja ini adalah hal yang paling disyukuri oleh Samuel. Akhirnya dia bisa terbebas dari radio rusak yang terus mengulang kata-kata yang menyebalkan menurutnya.
"Kamu istirahat ada di kelas, 'kan? Aku mau lanjutin ngobrolin soal Sibella lagi, ya? Bye-bye."
Kalimat barusan membuat bulu kuduk Samuel merinding. Apakah dia juga harus merelakan waktu istirahat yang berharga karena Havana akan datang dan terus mengoceh padanya?
Tidak-tidak, dia memikirkan tempat paling tenang saat waktu itu tiba. Melarikan diri dari Havana akan menjadi tantangan besar yang harus Samuel hadapi saat bel istirahat mulai berbunyi.
Dalam setiap langkahnya menuju kelas, mulut Samuel terus komat-kamit– memanjatkan doa–agar pelariannya lancar. Kekhawatirannya hanya satu, tapi itulah yang paling berbahaya ....
Waktu berlalu dengan cepat, tanpa terasa bagi Samuel. Seperti baru lewat beberapa menit sejak bel pelajaran pertama berbunyi, sekarang sudah terdengar suara pertanda waktu istirahat.
Tentu saja tidak terasa! Mana mungkin dia bisa tahu kalau sudah hampir 3 jam berlalu kalau waktunya di kelas cuma dihabiskan dengan tidur di bangku belakang.
Samuel meregangkan tubuhnya sebentar, khas seperti putri yang baru saja bangun dari tidur panjangnya.
"Muel, kamu disuruh datang lagi ke ruangan Bu Dina." Elo yang merupakan sahabatnya datang menghampiri.
"Hah, masa tiap hari aku selalu dipanggil." Samuel menguap sambil mengucek-ngucek matanya, tidur masih kurang untuknya menghilangkan rasa kantuk.
"Kalau gitu jangan tiap mapel kamu tidur mulu!" Elo meninggikan suaranya beberapa oktaf sambil memegangi kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Anak Kucing dan Kukang Pemalas
Novela JuvenilSibella, si jenius matematika. Lebih mengedepankan logika dibandingkan perasaannya. Berjanji akan mengatakan siapa yang dia sukai kalau memang ada pada dua sahabatnya. Havana, pelari atletis. Gadis yang berpikiran pendek dan gampang terbawa arus. Me...