Ketika aku di dekatmu, spesial adalah kata yang sesuai dengan sanubariku. Ya, kamu memperlakukanku layaknya Tuan Putri. Ah, jangan lupa 'kan kamu; Pangeran yang baik hati. Dan entah mengapa, perasaan ini semakin melambung tinggi.
Ketika aku di dekatmu, spesial adalah kata yang selaras dengan sanubariku. Ya, kamu memperlakukanku berbeda dari teman-temanmu. Anehnya, dengan percaya dirinya aku menyatakan ini adalah perhatian kecilmu yang membuatku berpikir kamu jua mencintaiku.
Candu. Kamu. Rindu. Ketiga hal ini adalah perihalmu. Namun, kini aku jadi mempertanyakan semua itu. Ya, ketika kamu dekat dengan puan--selain aku--apakah diriku berhak untuk cemburu? Ingin rasanya mengintrogasimu mengenai betapa tidak sukanya aku ketika ada sosok yang masuk ke dalam hatimu, selain aku.
Ah, sudah tahu berharap manusia ujungnya patah. Kenapa masih saja diriku menjadi bodoh? Hm, tidak-tidak. Perasaan ini saja yang kelewat baper, tidak terkontrol dengan baik. Lagipula, kebanyakan dari perempuan lumrahnya memakai perasaan, bukan logika ketika jatuh cinta. Aku, adalah bukti dari sekian banyaknya.
Sepihak. Inilah kata yang sesuai dengan kacau balaunya duniaku. Hatiku remuk. Berkeping-keping. Hancur. Ternyata aku saja yang mencintaimu, menyayangimu dan berharap kamu mempunyai perasaan yang sama denganku.
Nyatanya? Tidak sama sekali, halu yang ada. Ya, aku memilikimu hanya sebatas mimpi belaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilau Kalbu [On Going]
Подростковая литература[Senandikaku Tentangmu ➝ Pilau Kalbu] Kala berlayar dengan perahu, banyak hal yang ingin aku ceritakan perihalmu. Seraya menikmati alam dan memeluk kenangan, ingat baik-baik sebelum endingnya ..., tidak, tidak secepat itu. Tunggu dulu. Baiklah, rasa...