First Sight

773 134 10
                                    

Malam harinya.

Setelah selesai membersihkan diri dan mengerjakan tugas-tugasnya, Jessica langsung mengambil handphone dan mengirim pesan kepada Alex di twitter

Jessica : Hello!

Alexander : ?

Jessica : Jutek bgt

Alexander : .

Jessica : Kak gue pgn ngmong

Alexander : Apa?

Jessica : Temen lo yg namanya Niko gak ngmong apa-apa kan?

Alexander : Emang knp?

'Dih kok ni orang nanya balik sih?!' , batin Jessica.

Jessica : Hmm gpp

Satu menit. Lima menit. Dua puluh menit. Setengah jam. Satu jam. Tidak ada balasan.

Jessica membanting hp nya di kasur.

"Rese banget sih!"

***

Jessica POV

"Selamat Pagi Jejesku yang cantik. Tumben lo kalem! Hahaha." , sapa Rossi saat mendapati sahabatnya itu sedang duduk terdiam di kursinya.

"Anjir. Emang selama ini gue gak kalem?"

"Just kidding darl! By the way tuh muka lecek amat yak, macam baju belom disetrika."

"Gue bete. Sama si Alex."

Rossi sempat diam sejenak, "Alex siapa ya?"

"Si jangkung itu namanya Alex. Alexander Nicholas."

"WOW! Finally! Ketemu juga namanya!" , seraya memberikan tepuk tangan. Oke ini lebay.

"Eh Jes hari ini ada pelajarannya Pak Muhtar ya?"

"Iya."

"Lo udah fotocopy buku paketnya belom?"

"Oh iyaa! Aduh gimana nih?"

"Pinjem kakak kelas aja gimana? Siapa tau mereka ada pelajarannya."

"Pinjem siapa? Yakali kelas dua belas masih pake buku kelas sebelas."

"Udah coba aja yuk!" , Rossi menarik tanganku paksa.

Dan apa kalian tau Rossi membawaku ke kelas mana?

Ya. Tepat sekali. Kelas XII IPA 1. Kelasnya si Alex yang rese itu!

"Lo aja yang pinjem ah! Males gue."

"Dih, yang butuh kan elu Jes masa gue yang pinjem?"

"Yaudah kalo enggak lu yang panggil deh, ntar gue yang bilang." , kataku pasrah.

Akhirnya Rossi yang mengetuk pintu.

Tokk!! Tokk!! Tokk!!

"Cari siapa ya dek?"

Saat pintu ruang kelas itu terbuka, Rossi malah bengong.

Aku bingung tapi detik selanjutnya langsung mengerti. Dasar Rossi emang gak bisa liat sikon.

Tidak sabar menunggu Rossi buka mulut, terpaksa aku menyikut lengannya.

"Eh... Ehm... Iy... Iya... Ng... Kit... Kita... Mau pin... Pinj--"

"Kita mau pinjem buku paket mat yang kelas sebelas kak." , cerocosku tidak sabar.

"Oh. Sebentar ya." , "WOY!!! ADA YANG BAWA BUKU PAKET MAT KELAS SEBELAS GAK???" , teriak Niko.

Feel the Same (Finish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang