19

197 27 46
                                    

"Andaikan bintang di langit bisa terjamah tangan ini, akan ku petik dan ku berikan kepadamu."

Bintang Wonwoo Alaska
- 19

Bintang Wonwoo Alaska- 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Keluarga Abraham sekarang ini seperti kehilangan cahaya di istananya. Bulan, putri mereka satu-satunya telah meninggalkan keluarganya sendiri tepat satu tahun dua bulan yang lalu.

Ibu Abraham terbaring lemah semenjak Bulan pergi, ia depresi dan stress hingga mempengaruhi kesehatan mental dan fisiknya.

Apalagi Gala, kini ia semakin liar dan tak bisa diatur.

"Gala, apa-apaan kamu!" tegur Ayahnya saat mendapati Gala tengah berpesta minuman di salah satu club.

"Ayah.." balasnya.

"Ternyata benar apa yang dikatakan Bulan, kamu lelaki yang buruk! Kamu ini putra Keluarga Abraham, bagaimana bisa kamu mempermalukan keluarga kita seperti ini?? Adik kamu sudah pergi entah kemana, bukannya meneruskan perjuangan Ayah tapi kamu malah menjadi putra yang tak tahu diuntung!!"

"Sekarang Ayah salahin Gala? Ayah merasa paling bener disini?"

Pak Abraham terkejut dengan perkataan putranya sendiri. Bisa-bisa ia melawan Ayahnya.

"Sekarang Gala tanya, siapa yang menghancurkan keluarga kita? Siapa yang ngebuat Bulan sampai kabur dari rumah? Itu Ayah!! Ayah sendiri! Karena keegoisan Ayah keluarga kita hancur!"

"Kurang ajar kamu!"


Plakk..

Satu tamparan keras mendarat di pipi Gala.

"Ayo tampar lagi, tampar aku Ayah! Satu anak Ayah udah pergi, buat lagi satu anak ini pergi. Supaya Ayah tahu betapa menyakitkannya hidup tanpa kebahagiaan punya anak!"

"Cukup!"

Gala pergi meninggalkan Ayahnya.

Sungguh miris sekali keadaan keluarga ini sekarang, akibat dari keegoisan Pak Abraham semua jadi berantakan.

Bukan hanya itu, perusahaan Abraham pun mulai kehilangan masa jayanya. Bahkan bisa dibilang sekarang ini berada di titik terendah, karyawan sudah malas bekerja dengan hanya digaji kecil, sedangkan Pak Abraham sendiri stress karena ini.


🍁


08.00 pm, Korea.

"Pagi.." sapa Bintang kepada istrinya yang baru bangun itu.

"Pagi, tumben kamu udah bangun sepagi ini."

"Iya, kamu mau sarapan dikamar atau di bawah?"

"Dibawah aja, aku mau cuci muka sama gosok gigi dulu."

"Aku tunggu dibawah."

Bintang telah menjadi suami siaga sekarang, ia merawat Bulan dengan begitu baik. Semua kebutuhan Bulan ia penuhi. Hingga saat ia berada di kantor dan Bulan memintanya untuk pulang, ia langsung pulang.

"Ini semua kamu masak sendiri?" tanya Bulan saat suaminya menghidangkan banyak sekali makanan untuknya.

"Iya." jawab Bintang santai.

"Ini banyak banget loh sayang, kita cuma berdua."

"Siapa bilang cuma berdua? Kita bertiga." ia menekuk lututnya di depan Bulan lalu mengelus perut yang semakin membesar itu.

"Berat gak bawa ini?"

"Ya pasti berat lah, tapi ini namanya perjuangan seorang ibu. Dan aku bahagia."

Bulan tersenyum, begitu pula dengan Bintang.

"Sayang, baik-baik ya disana. Tunggu dua bulan lagi, kamu akan melihat indahnya dunia ini. Kamu akan lihat Papa, Mama, dan orang-orang baik yang sayang sama kamu. Setelah kamu lahir dan bisa melihat Mama, kamu akan tahu betapa cantiknya ia. Papa dan Mama sangat menantikan kamu. Papa janji akan memberikan begitu banyak kebahagiaan untuk kamu, Papa akan menyayangi kamu sama seperti Papa menyayangi Mama. Papa gak sabar mau liat kamu."

Perlahan Bulan menitikan airmatanya. Begitu bersyukurnya ia memiliki lelaki seperti Bintang di dunia ini. Bintang begitu menyayanginya lebih dari apapun.

"Loh, kok nangis? Kenapa?"

"Ehm, enggak."

Bintang beralih mengambil kedua tangan Bulan lalu ia satukan di genggaman tangannya.

"Sayang.." panggilnya.

"Hmm?" jawab Bulan.

"Aku bahagia kamu telah terlahir di dunia ini. Kamu luar biasa lebih dari yang aku kira. Aku bersyukur kamu ada dari sekian banyaknya manusia di dunia ini dan aku yang menemukan kamu sekaligus memiliki kamu. Andaikan bintang di langit bisa terjamah tangan ini, aku akan petik dan kasih ke kamu."

"Aku gak butuh Bintang di langit, disini ada Bintang yang lebih sempurna dari itu. Yang bisa aku lihat jelas dengan mata telanjang, yang bisa aku sentuh dengan penuh kehangatan, yang bisa aku peluk selama yang aku mau, yang bisa aku jadiin tempat berlindung dari segala bahaya. Bintang itu juga selalu jadi tempat berteduh disaat hujan. Bintang itu selalu ada untuk mengukir kebahagiaan di hidup aku. Bintang itu selalu ada untuk hapus airmata aku. Bintang itu lebih berharga dari apapun."

Bintang tertunduk, jika ada kata yang lebih kuat daripada cinta, akan ia ungkapkan itu hanya untuk Bulan. Tak tahu lagi bagaimana bersyukurnya ia memiliki seorang wanita yang luar biasa.

"Sayang kok jadi kamu yang nangis?" tanya Bulan.

"Aku sayang kamu untuk saat ini dan selamanya." jawabnya lalu memeluk erat istrinya.


🍁


Satu bulan kemudian..

"Sayang aku beliin kamu makanan."

"Bulan.."

"Kamu dimana?"

Bintang mencari keberadaan Bulan sampai akhirnya ia menemukannya tengah mencuci piring di dapur.

Bintang mendekati istrinya itu, namun sepertinya ada yang aneh.

"Sayang.." panggilnya.

Bulan langsung menghapus airmatanya saat itu juga, namun sayangnya Bintang telah melihatnya menangis.

"Kenapa?"

"Maaf aku gak denger kamu pulang." jawabnya masih bisa tersenyum dengan mata yang berair.

"Aku tanya kamu kenapa?"

"Oh, itu tadi kena sabun cuci piring"

Bintang diam menatap wanitanya serius.

"Aku gakpapa sayang, kamu bawa makanan ya, sini aku siapin."

Saat Bulan akan melangkah mengambil bungkus makanan di atas meja makan, Bintang menahan tangannya.

"Ada apa?" tanya Bintang pelan.

Bulan melihat suaminya dengan penuh rasa melas, seketika ia memeluk suaminya itu dan menangis sekeras yang ia bisa di pelukan suaminya.

Tangisan itu terdengar sangat pilu dan menyakitkan. Bintang pun tak tahu apa yang terjadi dengan istrinya.




tbc ah biar penasaran :)

tbc

Akhirnya aku datang membawa update-an, hai semua apa kabar? 🤗

Don't forget to vote & comment..

SPACE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang