"Jika cinta hanya didasarkan pada materi dan reputasi, apakah perilaku dan hati nurani tak ada artinya lagi?"
Author
- 02
"Sayang." panggilnya kepada lelaki kurus tinggi yang tengah membuat secangkir kopi di bar.
"Kamu udah pulang?"
"Iya, udah. Kamu tadi gak ada jam kuliah ya?" tanyanya lagi.
"Ada, cuma sebentar. Jadi langsung kesini."
"Fian kemana?"
"Katanya gak enak badan."
"Oo, gitu. Kamu sendirian dong jaga cafe?"
"Orang rame gini."
"Ya maksudnya gak gitu,"
"Vanilla latte?" tawar Bintang.
"Boleh, kayak biasa ya."
"Tunggu,"
"Ini pesanannya mbak." ucap Bintang dengan meletakkan secangkir vanilla latte yang telah dibuatnya tadi kepada Bulan.
"Apaan si kok mbak? Masa aku disamain sama customer kamu!"
"Emang customer aku, customer special."
"Bisa aja ih kamu,"
Bulan menyerutup vanilla latte itu ke dalam tenggorokannya, terasa segar karena terdapat beberapa balok es di dalamnya.
"Oh iya, besok kamu udah siap kan ketemu Ayah?"
"Aku akan siap demi kamu."
"Bagus kalo gitu, besok kamu kerumah aku jam 10 pagi."
🍁
"Dandan cantik banget mau kemana neng?" tanya mbok Minah, pembantu keluarga Abraham.
"Eh, mbok. Ngagetin aja deh!"
"Hari ini pacar aku akan temuin Ayah mbok, do'ain ya biar Ayah suka sama pacar aku."
"Oalah, pacar nya neng Bulan toh? Ya pasti mbok do'a in,"
"Iya, makasih ya mbok."
Ting Tong...
Bel rumah keluarga Abraham berbunyi, Bulan bergegas turun memberitahu Ayah dan Kakaknya untuk menyambut kedatangan Bintang. Sedangkan Bundanya masih berada dirumah sakit karena bekerja sebagai seorang dokter.
"Ayo langsung masuk."
Dengan penuh percaya diri, ia genggam tangan Bintang lalu ia persilahkan untuk duduk di sofa, sudah hadir Pak Abraham dan Gala di ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE (✓)
Historia CortaKau Bulan dan aku Bintang. Meski di langit yang sama, kita takkan pernah bisa bersatu. 📝 A story written by: iressabelle