Hanafi termenung untuk waktu yang cukup lama. Kepalanya sibuk mencerna pernyataan demi pernyataan yang baru saja didengarnya. Beberapa kali juga, air mata Hanafi terjatuh di tengah cerita laki-laki yang mengaku bernama Reza itu. Hanafi merasa udara saat itu seolah menjauh darinya.
Dalam ceritanya, Reza mengaku bahwa saat itu dirinya sedang mabuk. Reza juga mengatakan bila dia baru saja diputuskan pacarnya dan Reza tidak terima. Makanya, dalam keadaan frustasi ditambah lagi terpengaruhi alkohol, Reza sampai berhalusinasi dengan mengira Syafira adalah kekasihnya.
Beribu kali kata maaf meluncur dari mulut Reza. Namun tidak semudah itu bagi Hanafi. Jika saja Reza tidak melakukan itu, mungkin Hanafi tak akan salah paham pada Syafira dan Syafira tak akan terbaring di rumah sakit seperti ini.
“Tinggalkan saya sekarang juga,” dingin Hanafi, masih tak berekspresi. Dia masih tidak sudi melihat laki-laki yang sudah menghancurkan rumah tangganya itu. Hanafi juga tidak mau dirinya kelepasan lagi seperti waktu itu.
Selang beberapa menit setelah kepergian Reza, Hanafi yang tengah hanyut dengan penyesalannya itu harus mendongak ketika sebuah buku tiba-tiba tersodor di hadapannya dari tangan seorang wanita. Dan wanita itu adalah Safiya, sang kakak ipar.
“Kakak nggak sengaja menemukan ini di kamar Syafira. Ini buku harian Syafira. Dan setelah Kakak lihat isinya, Kakak rasa kamu juga harus tahu ini.”
Dengan nanar, Hanafi meraih buku tersebut.
“Kalau begitu Kakak ke dalam dulu.”
Safiya berlenggang pergi, meninggalkan Hanafi kembali seorang diri yang kini mulai membuka buku harian Syafira tersebut. Halaman awal-awal mungkin cukup klise, barulah di beberapa halaman berikutnya, Hanafi tertegun ketika mendapati sebaris nama dirinya tertulis di sana. Syafira menuangkan seputar kekagumannya pada Hanafi lewat bait-bait puisi yang indah.
Lalu, yang membuat Hanafi kini gemetar, Syafira mengungkapkan betapa hancurnya dia saat menerima kenyataan bahwa Hanafi akan menikah dengan Zulfa. Dan Hanafi tidak kuasa lagi menahan air matanya ketika membaca tulisan Syafira yang mengatakan bila wanita itu memutuskan untuk mencintai Hanafi dalam ikhlasnya.
Ya Allah, ternyata selama ini, ada seseorang yang diam-diam mencintainya setulus itu.
Hati Hanafi terasa nyeri. Membayangkan bagaimana Syafira yang selalu tersenyum sekalipun dia mengacuhkannya, bagaimana perhatian-perhatian Syafira yang seringkali dia abaikan, dan bagaimana dia yang kadang tak segan-segan menyakiti Syafira dengan setiap perkataannya yang tanpa pernah bisa dia jaga.
Untuk sesaat, Hanafi merasa dirinya adalah laki-laki paling jahat yang pernah ada.
Yang membuat Hanafi tidak menyangka, bagaimana bisa Syafira sekuat itu menahan perasaannya pada Hanafi selama bertahun-tahun ini? Hanafi juga tidak habis pikir, bagaimana bisa Syafira terlihat baik-baik saja di saat hatinya terluka melihat Hanafi yang melamar Zulfa dulu bahkan di depan mata wanita itu sendiri? Hingga sekarang setelah mereka menikah, bagaimana bisa Syafira bertahan menghadapi sikap Hanafi yang bahkan belum selesai dengan bayang-bayang masa lalunya?
Hanafi tak pernah menangis sehebat ini dalam hidupnya. Saking hebatnya tangisan Hanafi saat itu, suaranya sampai tidak mau keluar hingga dia terlihat seperti menangis dalam keheningan. Namun tersadar dirinya di mana, Hanafi kemudian berlenggang dari sana karena tidak mau menjadi pusat perhatian orang-orang. Dia pergi menuju toilet.
Hanafi langsung melampiaskan emosinya berkali-kali pada tembok. Tidak peduli dengan tangannya yang mulai memerah bahkan timbul lebam sekalipun. Rasa sakit itu tak sebanding dengan rasa penyesalannya yang menggunung tak berujung. Hatinya kacau, dadanya sesak, pikirannya penuh oleh rasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahid Cinta [New Version]
RomanceTentang cinta sejati, ketulusan hati, dan sebuah ikhlas tanpa tepi.