Part 3 : Membeli Sebuah Butik

268 35 1
                                    

"Ini, Nona!" jawab Ember dan segera menyerahkan kertas dan pena sesuai keinginan Caverline.

°
°
°
°
°
°

Pagi hari menyapa dengan senyumnya. Burung-burung berkicau ria di halaman kediaman Zeinnan.

"Nona, ayo bangun dan sarapan," ujar Ember berusaha membangunkan Caverline. Caverline mengangguk dan mulai perlahan membuka matanya.

"Bagaimana? Apakah kau sudah mengantarkan suratku untuk Klein?" tanya Caverline dengan nada serak khas bangun tidur. Ember mengangguk dan tersenyum.

"Saya sudah mengirimkannya, Nona. Anda jangan khawatir, mungkin besok kita akan mendapatkan balasan," jawab Ember dan dibalas anggukan oleh Caverline.

Caverline mengusap matanya dengan perlahan. Lalu ia merentangkan kedua tangannya ke arah samping masing-masing.

"Hoam ... Aku akan mandi, kau tunggu diluar saja, Ember."

"Baik, Nona," jawab Ember patuh. Ia mulai melangkah keluar dari kamar Caverline.

Sementara Caverline, ia tersenyum senang atas rencana yang dibuatnya tadi malam. "Aku akan membeli sebuah butik dan mengoperasikannya! Ah, ini impian keduaku selain menjadi seorang penulis terkenal, aku senang bisa mewujudkannya di sini," gumam Caverline bermonolog. Tidak mau membuat waktu lama, Caverline segera bergegas ke kamar mandi dan melaksanakan ritual paginya.

Setelah selesai bersiap Ember datang dan mendandani Caverline.

"Nona, Anda akan pergi kemana hari ini?" tanya Ember memecah suasana sunyi.

Caverline menggembungkan mulutnya dan menatap Ember dari pantulan cermin besar didepannya.

"Aku ingin berjalan di pasar, aku akan meminta izin kepada Daddy. Dan, Ember kau harus ikut, ya! Ini sebuah perintah, hehe," ucapnya dengan gelak tawa di akhir kalimat. Ember menggeleng pelan dan tersenyum.

"Tentu saja saya harus ikut dengan Anda. Nanti kalau Anda tersesat bisa-bisa leher saya dipenggal oleh tuan Duke," ujar Ember sambil memperagakan mencekik lehernya sendiri. Caverline yang melihatnya akhirnya tertawa.

"Ember, kau sangat lucu. Hahaha." Caverline tertawa dengan lucunya. Pipi yang masih tersisa lemak bayi didalamnya tampak bergoyang saat Caverline tertawa.

Ember tersenyum dan memasang wajah malu. "Hehehe, saya jadi malu, Nona," ucapnya pelan. Caverline menepuk bahu Ember pelan.

"Tidak apa-apa, jadilah diri sendiri. Lagipula tingkah apapun asalkan bukan penghianatan atau perkelahian, aku akan selalu menyukainya, Ember," balas Caverline sembari memeluk tubuh Ember yang lebih tinggi.

Ember tersenyum dan mengusap kepala Caverline. "Nona memang kesayangan saya," ujarnya dengan nada tegas dan lembut dalam bersamaan.

Di ruang makan.

"Daddy," panggil Caverline pelan. Ia mendongakkan kepala kearah Duke Zein yang menatapnya penasaran.

"Ada apa, sayang?" tanya Duke Zein dengan wajah lembut. Caverline tersenyum dan mendekati Duke Zein.

"Dad, saya ingin pergi ke pasar. Em, dan saya ingin membeli sebuah butik. Apakah tidak masalah?" ucapnya pelan hampir seperti cicitan tikus. Duke Zein terkejut.

"Eh! Mampus. Kenapa Daddy menatapku begitu? Apakah tidak boleh? Ah, sial!"

"Jika tidak boleh saya ...." belum sempat Caverline melanjutkan ucapannya. Duke Zein sudah memotongnya.

"Tentu saja boleh, tapi untuk apa kau membeli butik, putriku?" tanya Duke Zein penasaran. Sebab, Caverline biasanya hanya meminta ikut ke istana atau dibelikan hewan lucu.

Im The Criminal VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang