Warning...
Part ini mengandung dosis emosi yang tinggi....
Jika tidak kuat,dikuat-kuatkan...Sekian terima Jin rl
Komentar setiap baris. Vote dan komen dikencangkan, biar emak tambah semangat nulis...
~Happy reading~
"Dia kan Rigel?"
"Bukannya udah meninggal?"
"Kok bisa masuk sekolah ini. Dia anak Toxic, kenapa bisa gabung sama anak The Dark?"
"Gue curiga dia lagi susun strategi buat hancurin sekolah kita."
Bisikan demi bisikan memenuhi pendengaran Rigel. Bukannya marah atau tersinggung, Rigel malah nampak tak acuh. Baru saja ia memasuki kelasnya yang baru, kelas XI IPS 3.
Tentu saja suasananya berbeda dengan Nusantara. Hari pertama masuk saja Rigel sudah disuguhi dengan berbagai macam reaksi. Tak peduli banyak anak Gelatik menatapnya aneh, Rigel berusaha tak mempedulikan siapapun orang didekatnya saat ini.
Terdengar gila, sempat diberitakan meninggal kini Rigel malah nampak jauh terlihat baik-baik saja. Ceritanya panjang, semua ini adalah ide Detra.
Mengikuti saran Detra bukanlah ide yang buruk. Kini Rigel hidup di dalam lingkungan baru. Jauh dari keluarga bahkan teman terdekat. Semuanya masih terasa asing, tapi pelan-pelan Rigel akan membiasakan diri sampai nanti ia siap memunculkan diri di depan banyak orang. Terutama anak Toxic.
"Nggak pernah liat orang ganteng ya?" seloroh Rigel membuat dua orang siswi yang tengah memperhatikannya menjadi salah tingkah.
"N-nggak kok. Geer, lagian siap yng liatin lo?" ketus salah satu dari mereka.
"Lo tau apa yang bikin gue marah?" tanya Rigel sambil bertopang dagu.
"Nggak."
Rigel berdehem, duduk tegap seraya melipat tangannya di depan dada. "Lo berdua suka liat muka gue, lo berdua muji ketampanan gue meskipun secara nggak langsung, dan setelah itu lo berdua sok munafik gak ngakuin, bilang gue kegeeran." Rigel menaikan kedua kakinya ke atas meja berlagak seperti bos.
"Gue masih hidup. Lo nggak liat hidung gue kembang kempis nyedot udara. Pergi sono, orang julit dilarang dekat-dekat sama gue," usir Rigel mengibas tangannya angkuh.
Kedua siswi itu nampak malu, lantas berlalu pergi meninggalkan Rigel berkumpul bersama dengan yang lainnya dipojokan kelas.
Kelas XI IPS 3, diisi dengan sekumpulan siswa sedikit berotak minim. Untung saja Rigel bukan masuk di kelas unggulan, dia pasti tidak bisa sebebas sekarang. Disaat kelas lain sedang dilakukan sistem belajar mengajar, kelas Rigel tidak nampak ada guru yang akan masuk.
Membosankan, Rigel berpikir ingin memilih keluar dari kelas. Mungkin membolos di jam sekolah dengan pergi ke kantin tak masalah.
Menjadi murid baru bukan harus membuat Rigel taat pada peraturan. Rigel tetap Rigel, mau ditempat baru atau lama tetap saja jiwa bar-barnya tak pernah bisa hilang.
"Eh Jamet!" seru Rigel menimpuk gadis di sebelahnya menggunakan tutup pena miliknya.
Gadis itu menoleh, menatap Rigel garang. Membalas melempar Rigel dengan tutup pena sebelumnya.
"Nama gue Janet bukan Jamet!" hardiknya tak terima.
"Abisnya lo make lipstik kaya orang habis makan orok. Gue mau cabut, kalau ada guru masuk bilang aja gue nggak ada di kelas lagi cari janda kembang sekolah sebelah kiw," kelakarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RigelAurora
Teen FictionKehadirannya hanya membuat banyak kebingungan. Masih menjadi misteri, kenapa Rigel memilih menjadi pengkhianat? Berpihak kepada The Dark, dan memusuhi teman baiknya sendiri. Dari sini cerita Rigel baru dimulai.