Chapter 03

20.2K 4.6K 5.6K
                                    

Wuuu emak kambek lagi. Ditunggu vote dan komennya...

Random question:

1. Jam berapa kamu dapat notif RigelAurora?

2. Karakter dicerita RigelAurora yang pengin banget kalian temuin di rl siapa?

3. Tim anak Toxic atau Tim anak The Dark?

Jangan lupa share cerita RigelAurora ya. Ss chapter favorit kamu, tag IG emak dan pemain Rigel.

Sekian terima Jimin rl

~Happy reading~

"Aurora."

Aurora menoleh, tersenyum lebar ketika melihat Bunga datang memasuki kamarnya. Tak seperti biasanya, Aurora kini jauh lebih semangat. Tidak ada lagi Aurora berwajah murung menampilkan kesedihan, kini hanya ada Aurora berwajah cerah menampilkan senyum keceriaan.

Perubahan Aurora membuat Bunga menjadi heran. Meletakan nampan makanan yang dibawanya, wanita itu menghampiri putrinya, duduk di sampingnya mengusap surai ikal panjang Aurora.

"Anak mama kayaknya lagi seneng nih. Dari pulang sekolah senyam-senyum terus, hayooo ada apa?" goda Bunga mencolek hidung Aurora diselingi tatapan jahil.

Pipi Aurora memerah, ia menggaruk dahinya salah tingkah. Kendati ucapan Bunga ada benarnya, namun Aurora enggan mengakui jika ia sedang dilanda demam cinta.

Bagaimana tidak, kejadian di gudang belakang sekolah tadi berhasil memporak porandakan hati Aurora. Ciuman itu bahkan masih terasa sangat nyata, setiap kecupan yang Rigel berikan membuat dada Aurora berdesir halus. Tak menyangka, apa yang Aurora anggap mimpi ternyata memanglah hal yang nyata.

"Lama-lama mama jadi takut. Cerita dong, kamu kenapa?" tanya Bunga penasaran.

Aurora menunduk seraya menggigit bibir bawah, ia menggeleng malu-malu.

Bunga tertawa geli, ada apa dengan putri semata wayangnya ini?

"Mama tebak..." Bunga memicingkan mata sambil mengetuk-ngetuk dagunya dengan mata mengawang ke atas. "Kamu dapat teman baru, ya?"

"Nggak."

Bunga menjetikan jari, ekspresi wajahnya berubah semangat. "Atau jangan-jangan, kamu baru jadian sama Sangga, ya?!" serunya antusias.

Aurora terkejut, ia menggeleng cepat. Tidak masuk akal, itu adalah hal yang sangat mustahil. Baik Aurora dan Sangga menjalin hubungan tak lebih dari seorang sahabat.

"Bohong, nggak perlu kamu tutup-tutupi sayang. Mama senang kalau kamu bisa jalin hubungan lebih sama Sangga." Bunga tersenyum tipis, merangkul bahu Aurora. "Waktu pertama kali liat Sangga, jujur aja mama langsung suka. Kepribadian Sangga baik, sopan, meskipun pendiam tapi mama yakin Sangga orang yang bisa dipercaya."

"Tapi ma, Aurora sama Sangga—"

"Nggak papa kalau kamu malu ngakuin," sela Bunga terkekeh. "Kapan-kapan ajak Sangga ke rumah, ya. Kita makan malam bareng."

Aurora menghembuskan napas lemah. Kenapa jadi salah paham begini? Padahal alasan Aurora senang bukan karena berpacaran dengan Sangga, melainkan karena Rigel. Untuk mengatakan hal yang sebenarnya pun Aurora tak bisa. Karena Aurora sudah berjanji untuk tidak membocorkan keberadaan Rigel sebelum Rigel sendiri yang muncul di hadapan semua orang.

RigelAuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang