Chapter 09

2.9K 508 283
                                        

Tandai kalo ada typo...

Tinggalkan jejaknya, vote dan komen kalian aku tunggu

Happy reading ❤️

"Ini penghianaan!"

Dirga menggebrak meja, kemudian menendang bangku membabi buta meluapkan semua emosinya.

Kekalahannya saat melawan Sangga menjadi aib terbesar sepanjang sejarah geng The Dark. Perjanjian yang sudah dibuat antar Toxic dan The Dark pun harus dilakukan.

Meminta maaf kepada geng Toxic? Bahkan Dirga tidak sudi untuk melakukan itu. Namun jika Dirga melanggar perjanjian, maka anak Toxic akan mengecap dirinya sebagai pecundang.

Dirga pikir Sangga lemah, tapi ternyata Sangga tidak bisa ia remehkan. Bahkan dalam segi bertarung Dirga akui Sangga lebih unggul dari pada Rigel.

"Terima kekalahan," ujar Gada tersenyum miring.

"Gue nggak sudi minta maaf ke mereka. Sampai kapanpun The Dark nggak boleh merendahkan diri di depan geng lain, apalagi ini Toxic."

Gada tertawa. "Terserah lo, sih. Palingan habis ini geng kita bakalan dicap pengecut karena udah langgar kesepakatan."

Dirga menatap Gada tajam. "Tutup mulut lo."

Gada mengatupkan mulutnya berusaha menahan tawa. Saat di Toxic dulu, Rigel bahkan tak segan menjatuhkan harga dirinya demi nama Toxic dan juga teman-temannya. Tetapi di The Dark, Dirga hanya mementingkan dirinya sendiri.

Egois dan angkuh, selalu mencari masalah. Pantas saja Toxic selalu menjadi bahan incaran geng lain, karena memang pemimpin mereka tidak ada yang sehebat pemimpin Toxic.

Apalagi saat ini Sangga yang menjadi ketua, Gada tahu betul bagaimana hebatnya Sangga dalam mengendalikan situasi.

"Dimana Rigel?"

"Gue nggak tau," ujar Sekka.

Pintu berderit, semua orang sontak menolehkan kepala ke belakang. Rigel datang, dia sedikit kebingungan.

Mengapa semua orang menatapnya seperti itu? Jika Dirga tak memintanya ke markas, Rigel enggan bersama satu ruangan dengan para pecundang.

"Dari mana lo?" tanya Dirga tanpa basa-basi.

Alis Rigel menukik. "Perlu banget lo tau? Kayaknya bukan urusan lo."

Dirga menggeram, ia menggebrak meja lalu menunjuk Rigel dengan ekspresi marah. "Gue minta lo masuk ke geng ini supaya lo bisa bantu gue buat jatuhin Toxic. Kenapa lo nggak lakuin apapun?!"

"Banyak geng lain, kenapa lo cuma ambisius mau jatuhin Toxic?" Rigel bergerak maju, berdiri tepat di depan Dirga. "Makanya jadi ketua itu minimal jago berantem, punya nyali gede. Bukan cuma modal bacot doang."

"Maksud lo apa?!" Dirga mendorong Rigel tak terima. Perkataan Rigel terkesan menghinanya.

"Ya apa? Emang fakta," balas Rigel santai.

Dirga menerjang Rigel, emosinya tak lagi bisa ia tahan. Suasana semakin kacau, Gada dan Sekka menahan Dirga untuk tidak memukuli Rigel. Sumpah serapah Dirga ucapkan tertuju pada Rigel.

Sementara Rigel hanya tersenyum miring, seolah-olah tak menanggapi serius aksi Dirga yang ingin menghajarnya membabi buta.

"Udah bangsat. Ini bukan waktunya kita buat berantem!"   sentak Gada.

"Lo juga, Gel. Nggak usah cari masalah," ujar Galih.

"Lepasin gue!" Dirga menyentak tangan Gada dan Sekka, kemudian merapikan jas almamater-nya yang kusut.

RigelAuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang