Chapter 05

10.7K 2.8K 1.8K
                                    

Hai vote dan komennya jangan lupa ya...

Yang kangen Rigel angkat tangan cunggg...

Spam komentar nya jangan lupa ya, pemanasan jari dulu Sabi lah ini. Tekan bintang nya juga. Gak boleh pelit

Teror mau di up kapan lagi nih? Sini komen sini...

Tandain kalo ada typo ya

~Happy reading~

Rigel berjalan pelan menghampiri kamar Ankaa. Dibukanya pintu bercat putih itu pelan seolah tak ingin menimbulkan suara. Dari balik pintu, Rigel melihat Ankaa tengah duduk menyendiri di depan balkon seraya bertopang dagu.

Bocah lelaki itu hanya duduk tenang, sesekali sesenggukan seraya mengusap wajahnya. Setelan jas pesta masih terpasang di tubuh Ankaa.

Cengkraman tangan Rigel pada knop pintu semakin mengerat. Menarik napas pendek, Rigel mencoba mendekati Ankaa. Kehadiran Rigel sontak menyita perhatian Ankaa. Terlihat raut terkejut yang ditampilkan Ankaa menunjukkan jika bocah itu masih tak menyangka jika orang yang selama ini ia rindukan kini benar-benar di hadapannya.

"A-abang," Isak Ankaa tersenyum lebar. Air matanya jatuh semakin deras.

"Hai, sini," pinta Rigel merentangkan tangannya. Ia berdiri di depan pintu balkon.

Ankaa beranjak dari tempatnya, ia tertawa senang ingin cepat-cepat memeluk Rigel. Tinggal beberapa meter jaraknya dengan Rigel, Ankaa menghentikan langkahnya.

Rigel mengerutkan dahi tak mengerti. Mengapa ekspresi Ankaa berubah menjadi ketakutan seperti itu. "Kenapa? Ini Abang," ujar Rigel.

"BUKAN!" teriak Ankaa kencang. Tangisnya terdengar memilukan.

"Ini abang, abang udah pulang. Ankaa gak kangen Abang?" lirih Rigel berjalan mendekati Ankaa namun Ankaa semakin menjauhi Rigel.

"KAMU BUKAN BANG EL! BANG EL BAIK! BANG EL GAK JAHAT KAYAK KAMU!" teriak Ankaa semakin menjadi hingga mengundang kedatangan semua orang.

Ankaa menatap tajam Rigel. Meskipun kedua bola mata anak itu dipenuhi buliran cairan bening, namun tatapan penuh amarah itu tak bisa disembunyikan.

"Ankaa, kenapa sayang? Gak boleh ngomong kayak gitu ke Abang. Ankaa sering nangisin Abang kan? Ankaa kangen Abang kan? Sekarang bang El udah pulang," tutur Aleta lembut.

Isakan tangis Ankaa semakin terdengar keras. Bahkan suara sesenggukan yang keluar dari bibir Ankaa membuat dada Rigel berdenyut nyeri. Penyebab Ankaa kini menjauhinya, pasti karena Ankaa melihat kejadian ketika ia memukuli Sangga.

"Dia bukan Abang, mam!" Ankaa terus mendebat. "Abang El gak jahat. Dia teman baik bang sangga, dia pasti gak bakalan mukulin bang Sangga. Abang El bukan pejahat, dia penjahat!"

Detra segera menghampiri Ankaa. Memeluk putra keduanya itu dengan penuh sayang, lalu menggendongnya. Detra mengusap punggung Ankaa mencoba menenangkan.

"Gak baik ngomong kayak gitu. Lihat, dia masih bang El yang sama," ujar Detra.

Ankaa menggeleng kuat,menepis kenyataan jika di depannya saat ini adalah Abang El yang selama ini membuat dirinya hampir menangis setiap hari hanya karena menahan rindu.

Ankaa tak bisa menerima jika tadi Sangga dibuat babak belur di depan matanya. Teriakan dari para pengunjung pesta masih terdengar keras di telinga Ankaa, apalagi melihat muka berdarah Sangga juga kepergian Rigel seolah tanpa bersalah semakin mematik amarah pada diri Ankaa.

RigelAuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang