"Kebahagian gak selalu dengan keluarga, pasti ada aja."
🍁🍁🍁🍁
"Ra nanti sore-kan lo udah balik, sebelum balik mampir ke rumah gue dulu yaa," pinta Ziva.
"Oke, angkut makanan lo semua atau lo nggak boleh ke rumah gue!" Setahu Saira rumah Ziva kaya akan cemilan, rumahnya juga sih.
Ziva mengangguk, ia menelfon pembantunya untuk menyiapkan cemilan juga baju yang akan ia bawa, sangat tak sabar!
🍁🍁🍁
"Bii! Koperku dimana?" tanya Ziva sesampainya di rumah.
"Ohh, ini-ini, ini koper baju-bajunya, ini cemilannya."
Saira membulatkan bola matanya, "Cemilannya segini banyak?"
Ziva mengangguk, banyak juga ternyata, "Iyaa, nanti kita mampir ke Indomaret dulu yaa, buat nambahin cemilan, takut kurang oke?"
Saira segera menuruti permintaan sahabatnya itu. Memang benar dirinya dan Ziva suka makan cemilan, apalagi ketika nonton drakor, beuhh mantab kali! Tapi-tapi, cemilan di rumah Saira juga sudah sangat banyak, tak apalah.
"Ra, bawain koper gue yang ini dong!"
"Astagaa, makannya jangan bawa banyak-banyak repot kan, huh!" keluh Saira, ia juga yang kena!
"Minta bawa cemilan, giliran dibawain ngeluh kebanyakan, dasar siapa sih?! Temen Zi yang geblek lahh!" Saira menyengir, benar juga.
🍁🍁🍁
Sudah lama juga ia tak memasuki ruangan ini, sangat rindu! Apalagi dengan gadisnya. Mengapa gadisnya sangat sulit untuk di genggam? Seluruh tenaganya sudah ia korbankan pada gadis itu! Apa dirinya perlu bertindak lebih lanjut kembali?
Nada-nada yang ia mainkan mengalun sangat merdu. Sekelibat kenangan indah dengan gadis itu kembali hadir dengan tak sopannya. Mengapa selalu yang itu?
Setengah lagu sudah ia mainkan dengan bagus. Kenangan indah itu tak kunjung pergi, mengapa semakin rindu? Ahh dirinya tak sabar memiliki gadis itu seutuhnya. Ia akan melakukan hal nekat itu, tunggu saja.
'kamu hentikan atau papa musnahkan gadis milikmu?!'
Ucapan Papanya berhasil menghentikan permainan pianonya. Sial!
"Arrrghhh," ia berteriak sangat kencang.
Matanya memandang dengan kilatan amarah, hatinya mengucapkan sumpah serapahnya. Papa sialan! Ia bergumam dengan sangat marah.
🍁🍁🍁
"Ayo Ra! Keburu telat liat trailernya, gue gamau ya telat gegara lo lama jalannya."
Saira berdecak, sahabatnya ini sangat tak sabaran, "Hoamm, gue ngantuk, jam berapa sih?"
"Jam sembilan kurang 5 menit, masa udah ngantuk si, biasanya juga begadang drakor sampe pagi, ayo!" jawab Ziva menarik tangan Saira agar lebih cepat berjalan, sangat lambat!
Ziva lari sambil menarik tangan Saira. Saira mendengus kesal, emangnya dia kambing apa?! Temannya ini sangat bar-bar! Tapi Saira sayang, eh.
"Ra udah mulai trailernya, buruan, cemilan gue cemilan gue mana?!" heboh Ziva. Drakor yang ia tunggu-tunggu sejak sebulan lalu akhirnya muncul trailer, bahagianya!
Saira melemparkan beberapa ciki-ciki pada Ziva. Ia ikut duduk menonton di sampingnya. Mereka berdua mulai menonton trailer itu.
🍁🍁🍁
"Zi! Zi bangun!" Teriak Saira.
"Kenapa sih Ra? Hoamm," ucapnya sambil menguap.
Saira nampak menghela nafasnya, ia kesiangan! "Woyyy bangun kampret, udah jam setengah tujuh, lo mau telat?!"
Ziva mengucek matanya, mengumpulkan nyawanya, boom! "Kok engga bangunin gue sihh?! Gue yang mandi duluan!"
Saira segera menggelengkan kepalanya dan menyelonong, "Eitss tidak bisa, Ziva harus duluan," teriak Ziva lari mendahului Saira. Saira hanya pasrah menunggu Ziva selesai mandi. Ia memilih memainkan ponselnya.
"Bhahhhaahhaha," Saira meledakkan tawanya. Ia baru sadar jika hari ini hari Minggu, sampai terguling-guling ia tertawa!
"Buruan mandi Ra! Lo mau telat? Malah guling-guling di bawah ngapain coba?!"
"Zi, ini lucu banget, maafin gue yaa! Hari ini hari Minggu, jadi libur!" ucap Saira segera berlari ke kamar mandi, ia tahu sebentar lagi sahabatnya itu pasti mengamuk!
"SAIRA KUTU KUPRETT, TAU GITU TADI GUE TIDUR LAGI!" balas Ziva menendang pintu kamar mandi.
🍁🍁🍁
Pemecahan masalah?
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL DEATH (END)
Fiksi RemajaWARNING! CERITA INI MENGANDUNG DOSA YANG AKAN MEMBUAT KALIAN BERPRASANGKA BURUK DAN SUUDZON! "Setiap melody itu mengingatkanku pada dia!" Satu kesalahan yang dibalas dengan kejam. Orang tak bersalah harus direnggut nyawanya dengan paksa. Membuat luk...