(02) - Tentang Kita

99 18 15
                                    

Hari senin sudah menyapa setelah lalui minggu santai kemarin, kini aktivitas kembali seperti semula. Sekolah dan kerja akan tetap terlaksana sebelum waktunya nanti untuk libur lebih lama selain di penghujung minggu.

Pagi di keluarga Cakrawala sangat tenang, perdebatan tidak pernah di izinkan di atas meja makan walau sekadar lontaran candaan satu sama lain. Hana melarang keras para adiknya melakukan sikap tak sopan seperti itu, menurutnya berbicara saat makan melanggar etika. Hana benar duplikat dari mendiang ibunya, berkelas dan menjunjung tinggi sopan santun.

"Binar sudah selesai makan. Binar mau siap-siap dulu ya, kalau ada Jengga nanti tolong panggilkan Binar ya." Binar hendak beranjak meninggalkan meja makan, namun Hana segera menyuruh nya duduk kembali.

"Saya biarkan kalian pacaran bukan berarti kalian bebas di antar jemput oleh pacar, ataupun bebas keluar dengan mereka. Ada batas tertentu untuk itu, kalian hanya bisa keluar satu minggu sekali. Kalian harap mengerti ini." Hana berucap tegas, mulai sekarang perhatian nya akan lebih lagi terhadap ketiganya.

"Oh iya satu lagi, jika Jengga datang. Suruh dia berangkat dengan kamu, Aska, dan Bara diantar sopir kita." Wajah Binar tak bersahabat lagi, keceriaan nya lenyap begitu saja. Rencana pacaran yang dirancang hilang tak temukan dimana.

Hana sudah berlalu dari meja makan, tentu dia segera pergi ke kantornya. Pekerjaan nya mungkin sedang menumpuk sembari menunggunya, dia memang memiliki dua sekretaris tapi memberatkan pekerjaan miliknya kepada orang lain itu bukan minatnya seorang Hana.

Sedangkan ketiga saudara tersebut masih diam ditempat, merutuki perarturan baru dari sang kakak, selera makan pun tak selahap tadi sebelum dikeluarkan perarturan yang menghilangkan rasa lapar dan mengganti menjadi rasa kenyang.

"Kenapa kak Hana segitunya banget sama kita ya, kita ada salah sama kak Hana?" Binar hampir menangis mengingat masa mudanya selalu iri terhadap orang-orang berpacaran terlihat sangat mesra nan manis.

Bara memeluk pundak adiknya dari samping, menyalurkan ketenangan agar tak berlarut dalam kesedihan mendalam. "Tidak Binar, kita semua tidak ada salah apapun dengan Kak Hana. Kak Hana hanya sayang dengan kita, makanya dia sangat menjaga kita."

Helaan nafas terdengar dari Aska, kembaran Binar tersebut kemudian membayangkan apa yang di rasa sang adik. "Semangat dek, Kak Hana begitu karena sayang kok."

"Maaf nona dan tuan muda, di depan sudah ada lelaki mencari non Binar, katanya pacar non Binar. Kalau begitu saya pamit ya." Bi Ira mengabarkan seseorang didepan saat ia sedang menyiram tanaman.

"Iya, makasih bi Ira. Tuh si Jengga udah nungguin, ayo berangkat sekarang." Aska membantu mengambil tas Binar dikamar nya, berlari cepat untuk turun supaya tak memakan waktu lama.

"Binar ayo berangkat." Jengga menarik tangan Binar begitu terlihat Binar dihadapan nya, namun sayang tarikan itu cepat dilepaskan oleh Bara. Jengga menuntut penjelasan melalui kening mengkerut menandakan kebingungan.

"Lu berangkat bareng kita juga. Kalau lu naik mobil kesini, mobilnya titipin aja, ini perintah langsung dari Kak Hana. Maaf banget kita baru ngasih tau lu." Aska angkat bicara lagi, mewakilkan Bara dan Binar.

"Oh ya udah kagak ngapa, jadi gue ikut mobil lu pada kan?" Anggukan diterima sebagai persetujuan.

Semuanya masuk ke mobil, segera berangkat menuju kampus yang kebetulan satu universitas namun beda fakultas.

Ternyata Hana masih belum berangkat, dia masih di pekarangan rumah menatap mobil yang ditumpangi adiknya walau sudah melaju pergi.

"Sangat tidak sopan." Hana menekan gas mobilnya dengan santai namun kecepatan tinggi melesat sangat cepat, beruntung Hana sudah ahli dalam hal ini, jadi jangan takut dia mengalami kecelakaan.

Tajam Tuk Jaga ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang