(04) - Kembali

56 13 15
                                    

"Jeff, datang ke rumahku sekarang bersama yang lain." Setelah memberi titahan melalui telepon Hana menatap adiknya dari layar komputer, terdapat jelas ketiga adiknya sedang menjenguk Sagita namun sedari pukul empat sore tadi tak kunjung pulang kerumah.

Sedangkan arloji menunjukkan pukul delapan malam, dia harus bergegas menjemput adiknya namun sayangnya mereka tak mau jujur sampai mematikan telepon masing-masing, bahkan sopirnya bekerja untuk adiknya, sampai berani tak mengabari keadaan.

Ting tong

Kelima teman nya datang memasuki ruangan rahasia sekaligus tempat kerja nya sendiri, mendudukkan diri pada sofa di ruangan itu. Hana membelakangi teman nya memutar kursi menjadi menghadap semua teman nya.

"Jena berikan laporan kesehatan Sagita." Jena langsung menempatkan sebuah berkas berupa catatan medis di atas meja.

Semua orang membaca nya begitu Hana memindahkan catatan tersebut ke layar proyektor. "Aku pikir ornithophobia nya tidak separah itu, apa dia sedang berpura-pura tidur sekarang?"

"Tepat sekali. Saat aku melemparnya dia langsung pingsan bukan mati." Sarkas Yogi menyahuti Rosa, karena muak melihat drama Sagita dalam layar komputer Hana, dia terlihat beberapa kali membuka mata ketika orang di ruangan nya sedang sibuk sendiri.

"Jadi Hana kau akan menjemput mereka? Lalu air mineral di mobil untuk apa?" Saat menelepon Jeffrey memang Hana meminta untuk dibelikan satu galon air mineral.

"Tentu aku akan menjemputnya, kalian akan menemani bukan? Air itu untuk menghentikan drama nya." Penyatuan kedua telapak tangan Hana menjadi kode tersendiri untuk dipahami.

"Wira dan aku akan masuk duluan nanti, Jeffrey bersama Yogi tolong bawakan galon ketika aku sudah berikan kode. Teruntuk Jena juga Rosa kalian awasi Bara dan sekitar jika terlihat mencurigakan."

Semuanya segera berdiri begitupun dengan Hana, kini semua berjalan ke luar dari rumah Hana dan memasuki mobil sendiri secara bersamaan.

Taman belakang tempat terjadinya tragedi pelemparan burung merpati berlumuran darah di datangi kembali oleh Bara, di kursi yang jadi penopang Bara dan Sagita siang tadi sudah bersih tidak ada bekas darah, pikirnya petugas kebersihan sudah datang u...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taman belakang tempat terjadinya tragedi pelemparan burung merpati berlumuran darah di datangi kembali oleh Bara, di kursi yang jadi penopang Bara dan Sagita siang tadi sudah bersih tidak ada bekas darah, pikirnya petugas kebersihan sudah datang untuk membereskan namun karena itu dia kehilangan jejak.

Bara datang dengan berlari. Rambut acak-acakan, baju kusut, dan bekas tanah maupun darah merpati tercetak jelas dibeberapa bagian, sungguh sebuah kejutan untuk Hana melihat adiknya begini.

Ia memutuskan mengitari tempat kejadian dan menemukan arloji mewah yang ia yakini milik orang tak bertanggung jawab. Dia memasukkan nya kedalam kantong celana, merasa lega karena menemukan sebuah petunjuk.

Namun jauh disana ada kedua wanita mengamatinya. "Jen, itu arloji nya si Yogi gimana?"

"Mati kita mati, eh tunggu dia keluar nanti kita tabrak aja dia. Jalan kerumah sakit ada perempatan terus dia bakal nyebrang nanti langsung tabrak." Rosa mengangguk paham namun terlihat bingung akan rencana Jena.

Tajam Tuk Jaga ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang