(17) - Sebenarnya tidak pergi / End

57 10 6
                                    

"Yogi, kembali ke markas sekarang. Mereka semua sudah membawa Hana pergi." Terdengar suara Rosa dari balik benda kecil menyumpal ruang telinga. Yogi langsung putar balik walau sejujurnya dia sudah kehilangan jejak sejak tadi.

"Kenapa putar balik? Gimana sama Hana?" Apakah ikatan saudara sepupu sekuat ini? Yogi heran kenapa Hani begitu khawatir sampai daritadi terus panik menanyai hal-hal tidak penting tentang Hana.

"Rosa bilang mereka sudah bawa Hana pergi, kita harus ke markas dulu." Hani mengangguk lesu, semangat nya sungguh hilang karena Hana juga adiknya diculik saat dia malah menyibukkan diri sendiri.

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi antara keduanya, hanya angin menjadi saksi bisu bahwa kedua insan lawan jenis ini sibuk pada kegiatan mereka. Satu jejaka menetapkan fokus pada jalanan raya, sedangkan sang dara memikirkan hal yang terus berputar sejak tadi.

Perjalanan memang panjang, ditambah lagi ini malam hari. Suasana dingin semakin menjadi, untung keduanya memakai pakaian tebal agar terhindar dari penyakit sejenis flu.

"Kalian sudah hubungi Yogi dan Hani?" Berjalan kesana kemari, sibuk mendata dan melihat banyak hal dari balik layar monitor. Memantau situasi agar selalu ditangkap dalam penglihatan.

"Sudah Erlan, tidak lama lagi mereka akan sampai." Erlan mengangguk, barang kali rencana nya sudah berjalan sedikit mulus walau tersalip sedikit karena adiknya.

"Wira sudah periksa sidik jari dan informasi nya?" Sekarang ia berjalan ke arah Wira yang jarinya sibuk menari diatas keyboard, memasukkan beberapa kode hack supaya cepat tau siapa pembunuh suruhan Raina.

Sebelum datang kerumah lama Hana, Erlan sengaja mampir pulang, mengambil beberapa bukti tersimpan selama 7 tahun terakhir. Namun hatinya tergerak berjalan menuju rumah Raina, menerobos garis polisi tanpa melepaskan nya. Erlan jadi teringat pesan dari dokter, mencari lebih dalam bagian sudut rumah hingga sampai pada TKP langsung.

Kalian tau apa yang dia temukan tapi tidak ditemukan polisi? Jawaban nya adalah senjata membunuh Raina. Erlan hanya berjalan ke dapur, lalu memandang rak berisi pisau, nampak biasa tapi diantara 10 pisau, 1 pisau berbeda dari bentuk dan hiasan nya.

Tidak pikir panjang, Erlan mengambil sapu tangan dan memasukkan nya sebagai barang bukti, kini barang bukti sedang di eskusi oleh Wira selaku ahli forensik menelisik jejak tertinggal pada pisau.

"Ini aneh, nggak ada satu pun sidik jari dari kita yang cocok. Tapi saya yakin kalau sidik jari ini bukan punya Raina." Erlan pun tertarik melihat hasilnya, benar jika semua orang disini tidak cocok pada tesnya.

"Lalu siapa?" Pertanyaan yang diajukan, membuat dua orang itu berpikir kembali, tersangka yang mungkin saja pelaku.

"Siapa yang nyuruh kamu buat meriksa TKP lagi?" Keduanya saling tatap, bak tersalur pikiran satu sama lain. Wah Erlan paham sekarang.

"Jadi rencana kita selanjutnya apa?" Hani datang menyerbu, meloloskan satu pertanyaan yang membuat semua disana berpikir keras.

"Kalau dipantau, mereka dirumah Aldo. Hana dan ketiga adiknya sekarang lagi tidur atau pengaruh obat? Intinya mereka berada di satu ruangan yang memiliki kasur." Rosa menjelaskan sembari menunjukkan satu per satu sistem yang berhasil dia retas dari rumah keluarga Kataraya.

"Aldo nggak akan bisa berkutik kalau kita bawa semua bukti ini ke kantor polisi dan pengadilan. Besok Erlan juga bakal nemuin dokter Saraswita untuk memastikan siapa pembunuh Raina, sedangkan Hani dan Yogi siapkan peralatan takut jika mereka menyerang secara tiba-tiba. Untuk Jena sendiri, berangkat ke California bareng Jeffrey besok, disana aman untuk menjaga Raisa juga kalian selesaikan urusan perusahaan keluarga Cakrawala milik Hani." Rosa mengkoordinir semua, dia sedikit berbalik merasa pegal mengontrol jarinya terus menerus berkutik diatas keyboard.

Tajam Tuk Jaga ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang