[Pagi hari 05.24]
Pagi ini aku terbangun karena teriakan Fathia dari luar kamarku.
Dia berteriak macam orang gila itu bukan tanpa sebab, karena hari ini kami berdua ada jadwal untung kegiatan komunitas Taekwondo yang diikuti.
Sebetulnya diriku sendiri cukup santai saja karena termasuk pelatih jadi bisa datang kapan saja, berbeda dengan adikku itu, ia masih menjabat menjadi murid dan harus berkumpul pagi pagi sekali.
Adik : "Ayolah Abang !! Cepat kita disuruh berkumpul pukul 11.00" Ia berteriak pada diriku yang berjalan santai ke mobil sambil memutar-mutar kunci di jari jariku.
Tidak seperti Fikri yang sudah mempunya SIM saat baru berumur 15 tahun, diriku masih mengikuti ajaran legal yaitu seminggu setelah berulang tahun ke 17 tahun kemarin aku langsung membuat KTP berikut SIM pula.
Diperjalanan kami berdua tidak banyak bicara, bukan karena aku sibuk memperhatikan jalan tetapi gara gara Fathia tidak henti hentinya memoleskan sunscreen pada kulit nya.
Aku : "Oh ayolah dek... kita kegiatan berada di tempat teduh kok, walau area outbond nya dekat pantai tak mungkin peserta di jemur, bisa repot panitia kalau banyak peserta kena sengatan matahari" Ucapku muak melihat sudah hampir 20, menit ia masih terus mengoleskan lotion agar kulit tidak hitam itu.
Adik : "Bang kau itu memang seorang blasteran jadi tidak mudah terbakar kulit nya, lagi pula aku sudah besar jadi wajar kalau menjaga penampilan".
Sekedar info, Fathia itu bukanlah adik kandungku tetapi ia anak dari sepupu jauh Mamah yang kebetulan sudah berpulang, jadi keluarga kami memutuskan untuk mengadopsi dirinya.
Adik : "Oh iya Bang... Semalem A'a Fikri bilang kalau ia minta bareng, soalnya kata dia mobil lagi di bengkel".
Sebetulnya diriku tak niat untuk menjawab, karena kemarin sore saat ia mengantar diriku pulang dirinya meminta izin untuk lebih dekat dengan Fathia, dan benar saja di balik ucapannya pada adikku itu ada modus nya.
"Drrtth... Drrtthh...!!".
Terdengar suara telphone dari handphone milikku, aku meng-code dengan gerakan pada Fathia agar dia saja yang mengangkat nya karena panggilan itu dari kontak Fikri.
Adik : "Assalamu'alaikum... Iya A'a".
"...".
Adik : "Uhmm ok kaya kita udah dikit lagi lewatin, sampai nanti bye..".
Setelah menaruh handphone milikku ke dashboard, dia bilang kalau Fikri minta jemput di pintu masuk Tol Sentul, Bogor.
Dan benar saja tidak lama kita memasuki area Sentul City, dapat terlihat lelaki keturunan Betawi - Padang itu melambaikan tangan kearah mobil kami dari salah satu ujung trotoar.
Fikri : "Untung saja aku bukan dirimu Sam... Hehe kalau itu kau menunggu dari mulainya terbit matahari bukan bersin saja dirimu, pasti sudah beribu sumpah serapah sudah dirimu sebut" Ucapnya saat mobil merapat.
Aku : "Masuklah... Setidaknya di sebelahku tetap baik ?" Diriku berbicara sambil mengedipkan sebelah mata dan dengan cepat ia menurutinya.
Mungkin jika dari kalian ada yang mengerti maksud perlakuan diriku, jadi lebih jelasnya adalah dapat dikatakan kalau aku memang merestui hubungan Adiku itu bersama, namun dengan syarat tidak boleh terlalu dekat karena bisa jadi ada hal negatif.
Seperti contoh kali ini aku tidak memperbolehkan mereka berdua duduk berdua di belakang, kan bisa aja ada apa apa ketika aku tak melihat, yak.. aku akui kalau hal ini sedikit posesif tapi mau bagaimana keduanya orang terdekatku dan sama sama di bawah umur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUEL - Long Distance Friendzone [Revisi]
Random[Slow Update] [Non Baku] Tak jujur, penuh kode, stalker. Tiga kata itu dapat menggambarkan secara jelas apa yang akan cerita ini. Samuel, cowok blasteran Indonesia - Belanda yang terkenal playboy, cool dan tukang tebar pesona tiba - tiba saja...