Classic 0502

43 9 2
                                    

Pagi 07.34

  "Arrghh..!!".
Suara itu membuat kami semua terbangun pagi ini, walau sebetulnya kami semua sudah bangun saat subuh, namun tertidur kembali.

  Suara itu tak lain tak bukan berasal dari Bang Zidan yang mengeluh karena pinggang nya keram saat tidur.

Bang Zidan : "Hey..! berhenti ketawa, bantu aku bangun" Bentaknya ketika kami tak henti hentinya tertawa karena celotehan Fachrul sebelum nya, yang meledek kalau itu terjadi akibat faktor U.

  Tidak lama kemudian suasana menjadi sepi kembali, bukan karena semua nya lanjut tidur, namun karena sibuk dengan smartphone masing masing.

"Kkrukk...!!".

Aku : "Hey Christ kau lapar ? Hehe" Aku cukup terkikik karena suara perutnya sangat besar.

Christ : "Hehe iya nih.. Sarapan yok!!".

Bang Zidan : "Ya sudah kita ke si-.." Ucapan nya terhenti karena menyadari kalau Fikri sedang memelototi nya.

Fikri : "Tidak ada yang nama nya makan diluar, habiskan dulu apa yang kalian beli kemarin atau tidak makan sama sekali".

  "Eh i..iya".

  Kami ber-enam menjawab hampir bersamaan, terus terang selama ini kita baru tahu kalau seorang Fikri mempunyai sisi galak tersendiri.

Arakha : "Kalian tahu.. Fikri kalau sedang marah seperti itu macam Hyena ketika anak nya hendak diambil" Dia berkata sambil mengendikkan bahu, membuat aku dan Fachrul tertawa.

  Saat ini kami ber-tiga sedang ada di dapur untuk menyiapkan sarapan, dan kesempatan ini tak di sia sia kan untuk mulai menghibah hehe.

Fachrul : "Lagian si Abang juga ngapain sih beli daging banyak banyak, jadi bingung ini mau masak apa ?" Sambil menggerutu tanpa sadar ia mengacak pinggang layak nya perempuan ketika masak*.

  Karena seingatku, biasanya kalau sedang banyak daging dirumah, dengan artian sehabis Idhul Adha* pasti Mamah akan membuat olahan selain sate paling  tidak gulai, atau kalau sedang benar benar malas membuat santen, paling ujung ujungnya membuat sayur rawon*.

Aku : "Gimana kalau kita bikin rawon aja, kan kemaren Chris beli labuh ?".

Fachrul : "Rawon palelu..!, Buat ngitemin nya gimana cuk.. kagak ada kluwek pake areng hah!?" Aku hanya mengangguk angguk saja.

Arakha : "Njay.. lu ada bener nya Rul, kita pake areng aja buat itemin nya, kaga ada rasa ini kan areng" Dengan cepat ia menarik turunkan alis.

Aku : "Lah.. areng dari mana ?".

Arakha : "Odol Charcoal nya Christ".

  Sontak saja otot rahang diriku dan Fachrul mengendur kebawah, bisa bisanya dia sepolos  memikirkan hal nihil seperti itu.

Fachrul : "Eh.. eh.. tapi ada benarnya sih, siapa yang mau ambil nih ?".

Aku : "Gue kagak mau ya !, Gile aja gue gak mau di gaplok ama si Chris.. yang ngajuin yang jalan lah.." diriku langsung melirik lirik Arakha yang sepertinya sudah siap lahir batin.

  Dengan cepat anak itu mengacungkan "OK" dengan jarinya, lalu pergi mengendap ngendap ke arah kamar mandi.

  Sembari menunggu diriku mulai mempresto daging yang sudah di potong potong, sedangkan Fahcrul mengulek bumbu sesuai resep.

  "Uuwaaaahhh...!!".

  Teriakan itu mengiringi sampai nya Arakha yang sudah tersengal sengal, rambut berantakan dan tangan menggenggam bungkus pasta gigi.

SAMUEL - Long Distance Friendzone [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang