"Bagaimana keadaan oma Fay?" Andin melangkah menghampiriku dengan sorot khawatirnya. Sementara aku masih menormalkan degub jantungku yang menggila, lelaki itu sudah beranjak pergi setelah aku melepas rengkuhannya, tatapannya benar-benar tajam tak ada lagi binar kelembutan, segitu menjijikkannya diriku, hingga ia memilih cepat berlalu.
"Fay... lo kenapa? oma baik-baik saja kan?"
"Bentar Ndin?" Aku melihat notif hp yang masuk lima belas menit lalu, ternyata mama mengabarkan keadaan oma sudah stabil, akhirnya beban di rongga dadaku sedikit berkurang.
"Keadaan oma Sudah stabil Ndin, Alhamdulillah."
"Syukurlah, lo nggak nemenin nyokab lo?"
"Sudah ada Tante Virna dan om Rio. "
"Pasti Lo hindari Medusa kan?"
"Males berantem Ndin."
"Tapi sekali - kali dia itu harus diberi pelajaran, biar mulutnya nggak asal mangap aja."
"Sudahlah Ndin, yang penting oma baik-baik saja, bay the way Agil mana? bukanya dia kesini sama lo?"
"Ada janji sama temannya. Lagian lo sih, ngapain nyuruh gue nunggu di lobby, mana lo lama lagi!"
"Jiwa tempramen lo kan sebelas dua belas sama gue, kalau lo ketemu shela gue yakin kalian berantem."
"Iya pastilah, gue comot mulutnya."
"Ngopi dulu yuk Ndin, ntar kalau Medusa udah pulang, balik lagi kesini, kasian tekanan darah kita, bawaannya naik terus kalau ketemu dia."
Andin tertawa setuju,"Dimana? di kafetaria atau di kafe depan?" tanya Andin.
"Kafe depan aja Ndin."
Selain karena tidak suka berkeliaran dirumah sakit, aku juga malas bertemu dengannya lagi, tentu saja karena tidak baik untuk kesehatan jantungku.
"Lo... kenapa sih? kelihatan gelisah gitu?" tanya Andin saat kami meninggalkan area rumah sakit.
"Carisa kerja rumah sakit ini Ndin."
"Ow.... tunangan Revan? dokter juga dia. Cocoklah dokter sama dokter, couple goals dong."
"Ndin... mulut lo ya benar-benar," desisku, memang mereka pasangan serasi, tapi haruskah Andin memperjelasnya didepanku, akh... Efek gagal move on.
Andin tertawa,"Jangan-jangan lo nggak hanya ketemu Carisa tapi Revan juga?" tebak Andin.
"Sialnya iya," jawabku mengambil duduk dekat jendela.
Aku baru pertama kali datang ke caffe ini, sejak tadi masuk view dekat jendela terlihat menarik, mungkin karena langsung berhadapan dengan taman, hal yang menakjubkan dari taman ini ditanami bunga matahari yang tertata rapi, memang tidak luas tapi tetap saja memukau.
"Mata lho... berasa di manja banget ya? Harusnya ini bisa masuk list caffe favorit lho dong. Jarang-jarang ada caffe view-nya dikelilingi kebun bunga matahari, dari luar nggak kelihatan ya, mungkin karena pagarnya tinggi," celoteh Andin, sambil melihat buku menu yang disodorkan waiters. Seperti biasa Andin memesan capuccino, sementara aku milkshake strawberry, untuk camilan kami sama-sama memesan chocolate muffin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bring My Heart (TAMAT)
Romance( CERITA LENGKAP) SEGERA BACA SEBELUM DIHAPUS. JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA GUYS, AND FOLLOW AKUN PENULIS. Jangan lupa follow Ig Penulis @Titin Yunilestari "Aku tidak tahu seperti apa bentuk pertemuanku dengannya Setelah hubungan kita berakhir...