Part 3

13 6 4
                                    

Keesokan harinya, Senja sudah melewati kuis Farmakognosi dengan lancar, tidak ada kendala sedikitpun, walaupun ada Lucas tapi dia bangga dengan dirinya sendiri karena tadi menjawab semua pertanyaan bagiannya dengan benar.

"Hebat banget kelompok lu tadi." Ujar Sita dengan takjub.

Sekarang mereka sedang berada di kantin dengan makanan masing-masing.

"Kelompok lo enak-enak sih, selain ada Lucas, ada lo juga yang bantu!" Sambung Sita disela kunyahan batagornya.

Senja sedari tadi hanya mengangguk-nggangguk setuju.

Dia tak merasa pintar tapi dia setuju dengan kata Lucas berada di kelompoknya maka itu sangat membantu untuk mengembangkan nilai.

Nilainya terselamatkan untuk hati dan jantung jangan ditanya, beredekatan dengan Lucas ialah anugerah tersendiri untuk Senja, dia senang bisa sedekat tadi tapi jantungnya berdetak lebih cepat.

"Lo gak tau sih tadi jantung gue udah kek apa." Bisik Senja. Dia masih tidak mau orang-orang tau kalo dia suka sama Lucas.

Sita greget sendiri dengan kelakuan Senja, jika saja dia yang ada di posisi Senja maka sudah dari lama dia mulai mendekatkan diri kepada Lucas.

"Kenapa lo gak deketin dia aja sih?"

"Hm.. gimana ya?"

"Malah mikir dua kali ye lu!" Tuh kan kebiasaan Senja selalu shy-shy cat.

"Kita itu beda Ta! Dia pinter banget lah gue?"

"Lo juga pinter! Ngaca dong, apa perlu gue beliin kaca?"

"Apasih!" Senja selalu tak setuju dengan kata-kata Sita, dia selalu nengatakan bahwa dirinya itu pintar dan setara dengan Lucas padahal nyatanya beda jauh. Bagai langit dan bumi ah- mungkin bagai bumi dan matahari.

"Tapi gue takut abang gue marah." Senja masih mengingat janjinya kepada sang abang.

Dia sudah berjanji bahwa tidak akan berpacaran sampai dia lulus SMK, Senja juga masih takut belum bisa ngatur waktu, dimana dia harus berpacaran dan belajar.

Dilain sisi Sita jengah dengan Senja, menurutnya dia terlalu polos, apa Senja tidak bisa berbohong terhadap sang kakak?

"Nanti gue ke rumah lo ah." Ujar Sita

"Ngapain?"

"Kangen bunda lo, hehe."

"Abang gue belum balik!"

"Gue bilang kangen bunda lo!"

Sita, sudah lama dia mencintai skala, terhitung sejak kelas sepuluh dia sudah jatuh cinta kepada abangnya Senja itu.

Bagaiman Sita tidak klepek-klepek, abangnya cool, pinter dan banyak lagi hal yang kaum hawa kagum-kagumi.

"Cih! Mau ngambil hati ibu gue lo?"

Sita mengacungkan jempolnya.

"Binggo! 100 buat lo!"

Tentang bang Skala, dia tidak mempunyai ketertarikan terhadap cewek yang bar-bar seperti Sita, Sita selalu mendatangi rumahnya dan mengganggu Skala jika sedang libur panjang, dia tidak suka tipekal cewek seperti itu. Skala lebih suka cewek yang pemalu, tidak ceroboh dan pintar seperti dirinya.

"Dahlah yu ke kelas, udah mau masuk nih!" Senja melihat jam tangannya, dia berlalu meninggalkan Sita menuju abang-abang tukang batagor untuk mengembalikan mangkok bekas dirinya.

"KEBIASAAN YA LO! TUNGGUIN KEK!" Tak menghiraukan kata Sita, Senja berlalu begitu saja menuju kelasnya, dia tidak suka dengan teman yang lelet, menurutnya itu sangat menyebalkan.

PHARMACYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang