3. Pandora

116 31 22
                                    

Saat mengantri untuk masuk ke dalam club, Bianca dan Jiselle saling berpegangan tangan. Merasa gugup karena ini pertama kalinya mereka datang ke club elit seperti ini.

Sofia yang lebih berpengalaman menggelengkan kepalanya kesal. "Lo berdua jangan bikin gue malu dong!" Bisik Sofia.

"Gue diem!?" Balas Bianca dan Jiselle berbarengan, dengan masih berbisik.

Sofia melotot kearah tangan Bianca dan Jiselle yang bertautan, seperti anak SD yang sedang karyawisata. "Gaya lo mesti kerenan dikit, kayak gini nih," Bisik Sofia lagi dan melipat kedua tangannya di depan dada, dan memasang ekspresi dingin.

"Tuh Bi, lo norak sih!" Bisik Jiselle dan mengikuti gaya Sofia.

"Kan lo yang megang tangan gue duluan?!" Balas Bianca dan akhirnya mengikuti gaya kedua temannya itu.

"Eits, kok wanita-wanita ini mukanya tegang-tegang amat kayak lagi kebelet?" Ujar penjaga club. "Tiketnya, mbak"

Sofia langsung memberikan tiket berwarna emas kepada penjaga itu. Sedangkan Bianca dan Jiselle berusaha menahan malu.

"Buat tiga orang ya, oke mbak silakan masuk. Toiletnya di ujung kanan ya." Penjaga club itu membukakan gate dan menyilahkan tiga sekawan itu untuk masuk.

"Gak waras itu satpam. Muka macem Indonesia Next Top Model gini dibilang kebelet? Bego," Gerutu Jiselle.

"Udah biarin aja, mending lo fokus kesini." Bianca mengarahkan kepala Jiselle untuk melihat isi club itu. Interior clubnya sangat mewah, kualitas DJ dan sound systemnya sangat bagus, dan yang terpenting, orang-orangnya. Para pria dan wanita yang sudah jelas memiliki wangi uang yang khas berkumpul di satu tempat.

"Oh my god Abi, gue harus dapet satu."

"Oke kita mencar ya! Gue mau sama cowok gue. Lo pada bebas kemana aja asal jangan bikin malu!" Titah Sofia.

Jiselle menyenggol Bianca.

"Lo emang pengen ribut ya!?"

"Ya kan lo suka gak waras!"

"KAN KAN KAN, MULAI!" Bentak Sofia yang langsung membuat keduanya diam.

"Sekarang jam sepuluh, sebelom jam tiga udah ngumpul disini lagi ya! Kalo lewat dari jam tiga gak disini, gue tinggal."

"SIAP BUNDA!"

"Oke, dismissed."

Ketiganya pun berpencar. Sofia yang entah kemana bersama pacarnya, Jiselle yang pemanasan di bar, dan Bianca yang tujuan awalnya bukan untuk mabuk memutuskan untuk ke tengah kerumunan dan ikut menikmati irama musik seperti orang-orang lain.

"Wah, wangi orang-orang elit emang beda," Batin Bianca. Ia tahu dengan pasti parfum-parfum yang dipakai orang-orang disini berharga sepuluh juta keatas. Tiba-tiba, wangi parfum Sauvage Dior menusuk hidung Bianca, bersamaan dengan sebuah tangan yang merangkul pinggangnya.

Bianca menoleh, mendapati seorang pria tampan dan sudah pastinya kaya raya dibelakangnya.

"Hai?" Sapa pria itu.

"Ya Tuhan, ini sih Chris Patt lokal," Batinnya lagi. "Hai!" Balas Bianca, dan memberikan senyumnya.

Wajah pria itu mendekati telinga Bianca dan berbisik, "You look amazing!"

"Thanks, i guess?"

Wah, Bianca kagum. Di club-club biasa mentok-mentok mirip Afgan. Tidak ada yang semodel Chris Patt lokal begini. Rasanya Bianca mau sungkem didepan Sofia.

Harta, Tahta, Bianca x hanseungbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang