"KAK! OH MY GOD LIAT INI KAK!" Heboh seorang remaja perempuan kepada kakaknya sambil menunjuk layar ponselnya.
"KENAPA-KENAPA? HARGA DOLLAR TURUN?" Kakaknya pun tak kalah heboh.
"LEBIH KECE DARI ITU!"
"PEMERINTAH MAU KASIH EMAS KE SELURUH WARGA?"
"APA SIH KAK ABI GAK JELAS! LIAT INI, SI AYUMI AKHIRNYA NIKAH SAMA BOSNYA! KEREN BANGET GAK SIH!?"
Arbianca Karissa, si kakak langsung menjatuhkan senyumnya. Ternyata yang dimaksud adiknya adalah karakter webtoon.
"Keren banget Alwina Kalissa, sekarang kembali kerjakan pr."
"Ih kak, keren banget tau si Ayumi ini. Masa dari gadis desa biasa tiba-tiba nikah sama CEO muda, ganteng, kaya pula! Aku juga mau deh..." Ujar Alwina, yang biasa dipanggil Wina.
"Itu cuma komik, Wina. Ini real life, gak bakal ada kejadian kayak gitu. Lagian kamu kalo ada waktu buat baca webtoon, mending kerjain tugas aja sana! Katanya mau cepet-cepet kuliah!" Oceh Bianca, membuat Wina mencibir.
"Cih, kak Abi gak asik. Cerita ke kak Jiselle aja lah. KAK JISEEEL!"
Bianca menggeleng pasrah. "Ck, bocah."
Arbianca, atau lebih akrab dipanggil Abi, wanita yang sedang sibuk-sibuknya mencari pekerjaan baru itu tinggal bertiga bersama adik dan sepupunya. Mereka termasuk golongan yang berkecukupan. Tidak kekurangan juga tidak kelebihan harta. Orang tua mereka tinggal di Surabaya, sedangkan mereka bertiga merantau ke Jakarta dan tinggal di sebuah rumah sewaan dii daerah Puri.
"Kak," Panggil Wina dari atas tangga.
"Apa lagi?"
"Kak Jiselle gak ada di kamarnya."
"Lagi boker kali, coba cek di kamar mandi."
Wina menggeleng, "Nihil. Gak ada tanda-tanda kak Jiselle."
Bianca mengacak rambutnya. Pasti anak itu sedang berada di club, mabuk-mabukan, dan sebentar lagi akan ada telepon dari seseorang dari club itu untuk menjemput Jiselle yang sudah tidak sadarkan diri. Heran, padahal Bianca tidak pernah sampai separah Jiselle.
"Bodo amat, gak ngurus," Batinnya.
Seperti dugaannya, tidak lama ponselnya berdering dan menunjukkan nama 'Jitolol' di layarnya.
Tadinya Bianca berniat mengabaikan panggilan tersebut, tapi mengingat Jiselle masih sepupu kandungnya, dengan berat hati ia menekan tombol hijau.
"Kali ini dimana?"
"Dimana apanya?! Lo bener-bener ngira kerjaan gue cuma mabok ya!?" Kesal Jiselle dari ujung sana.
"Loh, tumben! Biasanya jam segini lo udah ga sadar diri."
"Udah-udah, mending sekarang lo siap-siap."
"Hah?"
"Ck makanya punya grup chat tuh dibuka, Abi! Kita diundang ke club Pandora sama si Sofi, lo sekarang siap-siap pake dress yang keren, terus dandan yang cantik! Gue tunggu di mobil!" Jiselle langsung mematikan sambungan.
Dengan senang hati, Bianca berlari ke kamarnya dan melakukan apa yang Jiselle suruh. Setelah bertahun-tahun hanya main ke club biasa di Jakarta, akhirnya Bianca bisa menyicipi dunia malamnya kaum elit. Thanks to Sofia, temannya yang memiliki banyak koneksi dengan kalangan atas.
"Wina! Aku sama Jiselle main ya! Jangan cariin kita!" Lapor Bianca dari luar kamar Wina dan langsung berlari keluar rumah, dimana mobil teman-temannya sudah menunggu.
"Gimana? Udah siap teler sama CEO tajir?" Tanya Sofia sesaat Bianca memasuki mobilnya.
Bianca tertawa. "Enggak, gue gabakal mabok malem ini. Besok mau interview."
"Ya elah Bi, lo kalo udah bisa nikah sama yang tajir kan enak gak usah interview-interview kerja segala!" Ujar Jiselle yang ditanggapi anggukan Sofia.
"Terus gelar sarjana gue dibiarin sia-sia? No thanks!"
"Halah sok banget lo. Liatin aja, disosor sama orang ganteng harta tujuh turunan juga langsung minta kawin."
"Emangnya gue kayak lo?!"
"Lo berdua ribut sekali lagi gue turunin di jalan tol," Lerai Sofia dan menatap kedua saudara itu dengan tajam dari kaca spion dalam, membuat Bianca dan Jiselle terdiam.
"Emang lo interview dimana besok?" Tanya Jiselle sambil melirik Bianca.
"Foenix Group," Jawabnya enteng.
Jiselle dan Sofia saling melirik.
"BI UDAH LO NIKAH AJA YA? GAK BAKALAN MASUK GUE YAKIN!"
"NANTI DI PANDORA GUE CARIIN CEO GANTENG, UDAH LO GAUSAH MALU-MALUIN GUE YA?"
Bianca menatap sepupu dan temannya tidak percaya. "Gue udah sampe tahap kedua gini, harusnya lo pada tuh dukung gue nggak sih? 'Abi, semangat ya lo pasti lolos!' Seenggaknya kalian bisa ngomong gitu nggak sih!?"
Jiselle menepuk keningnya. Bukannya apa, tapi perusahaan startup Foenix Group yang bisa dibilang sedang naik daun itu cukup dikenal dengan karyawan-karyawannya yang sangat disiplin dan pokoknya sangat berbanding terbalik dengan Bianca yang ceroboh dan sangat ceplas-ceplos kalau berbicara. Pokoknya Jiselle yakin Bianca tidak akan kuat bekerja disana.
"Sof, menurut lo bakal keterima gak?" Jiselle menoleh pada Sofia.
Sofia menggeleng.
"Gila, dosa apa gue dulu sampe bisa kenal sama kalian."
"Kalo Abi keterima," Tutur Sofia. "Gue traktir lo berdua Namaaz. 2 hari."
Jiselle membalikan badannya ke kursi penumpang menghadap Bianca.
"Bi, good luck. Lo pasti keterima."
"Deal!"
additional characters
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta, Tahta, Bianca x hanseungbi
RomansaHarta, Tahta, Wanita. Ketiga hal itu harus Tristian Jayendra miliki. Tidak lebih, tidak kurang. Sampai ia bertemu Arbianca Karissa pada suatu malam, yang membuat keduanya saling memasuki hidup satu sama lain, dan mengakibatkan Tristian, pada akhirny...