4. Interview

105 28 26
                                    

Bianca terbangun dari tidurnya. Kepalanya sangat sakit dan perutnya mual. Pasti efek dari satu setengah gelas cognac kemarin malam. Baru saja Bianca melangkah keluar dari kamarnya, ia disambut oleh ocehan Jiselle dan adiknya.

"Nah bangun juga si kebo! Sini makan, gue udah beliin sop ayam!"

"Kakak gila. Bisa-bisanya sampe se-wasted kemaren. Kalo papi tau pasti marah!"

Tanpa menghiraukan keduanya, Bianca duduk dan langsung menyeruput sup ginseng yang dibeli Jiselle.

"Makanya lo tuh kalo gak kebiasa minum minuman mahal, jangan sok!" Jiselle memukul pelan kepala Bianca dengan sendok.

Bianca melotot. "Lo mau gue ketekin?"

Jiselle dan Wina tertawa dibuatnya.

"Asik ya di Pandora? Gue mau kesana lagi deh," Ujar Jiselle yang dibalas anggukan oleh Eunbi.

Ya, walaupun harus mabuk berat, Eunbi merasa pengalamannya di Pandora kemarin malam sangat menyenangkan. Mulai dari mengobrol bersama Malvin,

Hingga kejadian ia hampir tidur dengan seorang pria yang bahkan sekarang ia tidak ingat wajahnya.

"Oh iya, kak Abi. Kok tumben kemeja putih kakak udah rapih di depan lemari? Kakak ada urusan?" Tanya Wina.

Bianca dan Jiselle menghentikan kegiatan makan mereka dan saling berpandangan.

"Sel, sekarang jam berapa?"

"... Jam 11."

Matilah. Bianca lupa dia ada interview.

Bianca dengan bergegas berlari ke kamar, mengenakan setelan kemeja dan celana bahan hitamnya dengan terburu-buru.

"LO KENAPA GAK BANGUNIN GUE PAGIAN SEL!?!" Teriak Bianca dari kamarnya.

"GUE JUGA MANA INGET BI! LAGIAN SALAH LO YA MABOK-MABOKAN AMPE LUPA DIRI!"

"Emang ada apaan, kak?" Tanya Wina.

"Abi ada interview, Win. Idiot banget kakak kamu."

Wina hanya menggeleng dan melanjutkan makannya. Sudah biasa, bahkan kakaknya itu pernah terlambat di hari kelulusan kuliahnya beberapa tahun yang lalu.

Bianca keluar dari kamarnya dengan outfit interview dan kedua tangan yang dipenuhi pouch makeup dan map CV.

"Bi, udah jam 11 anjir! Udah telat kali, daripada malu-maluin mending gak usah deh!" Cegah Jiselle melihat Bianca memakai heels-nya.

Bianca tidak menghiraukan Jiselle. "Wish me luck!" Sentaknya dan menghilang dibalik pintu.

"Udahlah kak Jisel, wong kayak batu gitu si kak Abi. Mending kita drakoran aja yuk!"

Sementara itu, walaupun hampir tertinggal Bianca berhasil menaiki bus. "Sekarang jam 11 lewat 10, sampe di terminal kira-kira 12 kurang. Jalan, enggak, lari ke kantor kira-kira 5 menit. Oke harusnya gue bisa sampe sebelom jam makan siang," Gumamnya sembari mengikat rambut hitam panjangnya yang belum sempat ia sisir.

Dengan cekatan Bianca mengeluarkan alat-alat makeupnya dan mempersolek wajahnya. Bianca harus bersyukur karena hobinya yang suka terlambat. Karena itu ia terbiasa menggunakan make up diatas kendaraan, sehingga guncangan buspun bukan masalah untuk wanita itu menggambar alisnya.

"Perfect banget lo Arbianca!" Batinnya bangga sembari melihat hasil makeup kilat dirinya. "Gue juga masih wangi bekas parfum kemaren. Fix aman. Gue pasti lolos."

***

"Maaf, mbaknya udah telat."

Bianca melotot mendengar perkataan staff Foenix tersebut.

Harta, Tahta, Bianca x hanseungbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang