6. Semangat..?

91 22 18
                                    

Sejak hari dimana Ian kembali dibuat kesal oleh Bianca karena perkara kopi susu, pekerjaan Bianca jadi berlipat ganda.

"Suruh Arbianca ke ruangan saya."

"Laporan bulan ini kasih ke Arbianca."

"Kamu mau cuti? Kerjaan kamu biar si Arbianca yang handle."

"Bianca, pak Ian suruh review ini."

"Bianca, kata pak Ian kamu yang gantiin kerjaan saya besok ya?"

Bianca ini, Bianca itu, Kasih ke Bianca, Bianca yang handle, semuanya Bianca.

"Aaakgh!" Bianca berteriak tertahan dan menidurkan kepalanya di meja yang dipenuhi beberapa tumpukan kertas-kertas laporan. Gila, baru sekitar dua bulan bekerja di Foenix rasanya kepala Bianca mau pecah. Ia harus sedang berada di masa-masa untuk beradaptasi dengan tempat kerja baru, rekan-rekan baru, dan pekerjaan barunya, tapi sepertinya tidak perlu. Bianca sudah merasa bekerja lebih dari tiga tahun.

Wanda, yang menyadari tugas Bianca sangat berat, terlebih untuk karyawan yang masih bau kencur menatapnya iba. Wanda mengetuk pelan meja Bianca. "Bi."

Bianca yang hampir terlelap itu terlonjak. "Eh iya mbak Wanda, kenapa?"

Wanda mengambil setumpuk laporan dari meja Bianca. "Aku bantuin ya? Kamu istirahat aja dulu bentar."

"Eh jangan mbak! Biar aku aja!"

"Udah udah, aku lagi kosong kok! Kamu merem aja dulu sepuluh menit." Senyum Wanda.

Bianca menatap Wanda haru. Pasti Wanda adalah malaikat yang Tuhan kirim untuknya di bumi, Bianca yakin. "Mbak, makasih banyak ya! Nanti aku traktir Sushi Tei!"

***

Sesuai omongannya siang tadi, sekarang Bianca dan Wanda, juga ditambah Egi sedang menikmati makan malam mereka di sebuah outlet Sushi Tei yang kebetulan berada tidak jauh dari kantor. Karena ketiganya yang sama-sama mudah bergaul, mereka sudah cukup dekat untuk bercerita mengenai kehidupan masing-masing.

"Woah berarti adek kamu sekarang masih sekolah, Bi?" Tanya Egi setelah mendengar bahwa Bianca dan adik perempuannya terpaut 10 tahun.

Bianca mengangguk. "SMA kelas 3, mbak."

"Terus adek kamu gak masalah jauh dari orang tua, Bi?"

"Justru dia lebih seneng begini mbak, kalo sama aku kan lebih bebas."

Wanda dan Egi mengangguk mengerti. Ketiganya melanjutkan makan malam mereka sebelum Wanda membuka suaranya.

"Bi, pasti capek banget ya akhir-akhir ini?"

"BANGET SETAN!!" Batinnya. Tapi Bianca hanya tersenyum dan mengangguk. "Mungkin karena aku belom terbiasa aja kali ya, mbak."

"Bukan belom terbiasa! Tugas kamu tuh emang nggak wajar, Bi! Pak Ian keterlaluan deh."

Egi mengangguk. "Tapi mungkin karena pak Ian suka sama kinerjanya Bianca kali, makanya semuanya dikasih ke Bianca?"

"Ck. Ya tetep aja gak wajar! Apalagi Bianca kan masih baru, Gi. Liat tuh Bianca jadi lebih kurusan dari waktu kita liat pertama kali!"

Bianca menatap kedua seniornya dengan berbinar. "Aku kurusan, mbak?"

Egi memperhatikan Bianca dengan seksama. "Eh iya loh Bi! Aduh pak Ian gimana sih, ini mah namanya nyiksa anak orang!"

"Iya kan! Pak Ian tuh gak punya hati apa gimana deh! Protes aja apa ya?"

"Yaudahlah mbak, lumayan sekalian diet," Lerai Bianca. "Emangnya ini bukan tradisi mbak?"

Harta, Tahta, Bianca x hanseungbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang