Sore itu, Bianca pulang dalam keadaan kacau. Rambut hitam panjangnya yang tergerai sudah sangat berantakan dan wajah yang tidak sempat ia cuci pagi tadi sudah terlihat berkilau karena minyak, ditambah dengan ekspresi Bianca yang sudah sangat siap untuk membunuh seseorang. Jiselle bergidik ngeri melihat sepupunya itu.
"Muka kok kusut banget kayak jemuran baru kering," Sindir Jiselle yang tidak dihiraukan Bianca. Dengan tidak tahu dirinya Bianca mendudukan dirinya di sebelah Jiselledan memeluk sepupunya itu, membuat Jiselle berteriak.
"IDIHH LO NGAPAIN!? MANDI TOLOL LO BAU ALKOHOL CAMPUR MATAHARI!" Pekik Jiselle sambil mendorong badan Bianca menjauh.
"Sel, kalo gue bunuh orang terus kabur ke luar negeri, bakalan ketauan nggak ya? Gue lagi kesel banget rasanya mau nyucuk orang."
Jiselle kembali bergidik ngeri dibuatnya dan langsung beranjak dari ruang tamu menuju kamarnya, meninggalkan Bianca sendirian. "Lo ngelantur! Buruan mandi, abis itu makan!"
***
Tepat seminggu setelah interview kedua Bianca, ia mendapat email yang menyatakan bahwa ia lolos dan siap untuk mengikuti tahap terakhir sebelum akhirnya ia bisa mulai bekerja sebagai karyawan resmi di Foenix.
Dengan semangat 45 Bianca masuk ke kamar Jiselle dan memeluk sepupunya dengan erat. "SEL SEPUPU LO INI OTW KERJA DI FOENIX!"
Jiselle melotot dibuatnya dan melepaskan pelukan Bianca. "LO SOGOK BERAPA HRDNYA ANJIR?"
"Pantat lo gue sogok! Udah sekarang siap-siap ke Namaaz, gue udah bilang ke Sofia!"
Bianca senang, berarti memang benar Ian tidak memanipulasi hasil wawancaranya. "Ternyata gak sejahat orang-orang di drama toh," Batinnya. "Tapi tetep aja ngeselin."
Tanpa ia ketahui, justru hasil interviewnya terdapat campur tangan Ian. Walaupun memang Bianca berhasil melewati interview dan tahap-tahap berikutnya dengan lancar, Campur tangan Ian membuat Bianca menjadi kandidat karyawan yang paling kuat sehingga tidak mungkin Bianca ditolak.
Di Namaaz, ketiga serangkai itu sedang menikmati gastronomy dinner mereka dengan perasaan senang, kecuali Sofia yang harus keluar uang sebanyak tiga juta rupiah selama dua hari. Semuanya gara-gara taruhan idiotnya itu.
"Gue nggak percaya banget sumpah, lo pasti ada nyogok kan Bi?" Curiga Sofia.
"Atuh tolong lah Sof, gue aja belom bayar shopeepay later bulan ini! Udah gitu gue juga sempet ribut sama bossnya waktu itu! Gimana ceritanya bisa nyogok!?"
Mendengar itu Sofia dan Jiselle yang memang belum mendengar cerita sepupunya hari itu menatap Bianca, siap mendengar teh yang akan dituangkan oleh wanita itu. "Spill."
Dengan menggebu-gebu, Bianca menceritakan kejadian seminggu lalu dengan lengkap, termasuk kejadian Pandora di malam sebelumnya.
"Gue rasa lo kebanyakan nonton drama penthouse, Bi. Jadinya lo halu," Ujar Jiselle.
"Emangnya gue si Wina?!"
"Tapi kalo emang cerita lo bener,"
"Cerita gue emang beneran!? Lo berdua kok nggak percayaan gitu sih sama gue!?" Potong Bianca tidak terima melihat respon kedua wanita di depannya itu.
"Ck, dengerin dulu nyonya! Kalo emang bener lo masih diterima padahal udah bikin kesel si pak boss, gue rasa si pak boss sengaja bikin lo diterima biar dia bisa bales dendam." Terang Sofia dan melahap makanannya. "Kayak di drama-drama. Biasalah."
Bingo! Tebakan Sofia benar 100%. Hanya saja Bianca belum tahu dan menolak untuk percaya hal seperti itu.
Bianca terlihat berpikir sejenak sebelum mengendikan bahunya. Bodo amat, ini bukan drama What's Wrong with Secretary Kim atau Penthouse.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta, Tahta, Bianca x hanseungbi
RomanceHarta, Tahta, Wanita. Ketiga hal itu harus Tristian Jayendra miliki. Tidak lebih, tidak kurang. Sampai ia bertemu Arbianca Karissa pada suatu malam, yang membuat keduanya saling memasuki hidup satu sama lain, dan mengakibatkan Tristian, pada akhirny...