2. Gosip

597 83 5
                                        

"Kamu dipecat!"

Mata Carla berkedut ketika mendengar suara lantang bosnya. Seminggu, memang waktu yang singkat untuk mengenali kepribadian bosnya. Tapi dalam seminggu Carla sudah hapal kebiasaan bosnya yang sering memakai nada tinggi dan tegas. Seperti saat ini, harusnya Carla sudah terbiasa, lagipula ini bukan yang pertama kalinya ia kena semprot bosnya yang super galak itu, tapi hampir setiap hari atau bahkan setiap waktu ia kena omel atasannya.

Namun, hari ini berbeda, Carla bukan hanya kena omel, tapi juga nyaris kena serangan jantung karena ucapan lantang yang bosnya lontarkan. Dipecat! Carla tidak menyangka jika dirinya akan menjadi korban kebiadaban seorang Liam seperti pegawai-pegawai sebelumnya yang juga dipecat tanpa diberi kesempatan untuk menjelaskan.

Enggak! Aku nggak boleh dipecat! Aku nggak boleh jadi pengangguran lagi! Carla menjerit frustrasi dalam benaknya, memikirkan nasib ke depannya jika ia sampai benar-benar kehilangan pekerjaan ini. Meskipun ia tahu kesalahannya tidak bisa ditolerir lagi, tapi Carla tetap menolak untuk berhenti bekerja dari perusahaan yang akan membuat hidupnya sedikit lebih baik. Setidaknya jika ia bekerja, maka ia tidak perlu mengkhawatirkan soal biaya rumah sakit ibunya.


Demi kelangsungan hidupnya dan sang ibu, Carla pun memasang ekspresi iba, memperlihatkan raut wajahnya yang begitu mengenaskan dan menjual rasa kasihan demi sebuah pengampunan serta kesempatan kedua dari bosnya itu. "Tapi Pak ... tolong beri saya kesempatan, saya bisa jelaskan kenapa saya terlambat hari ini. Karena saya----"

"Kamu paham bahasa manusia 'kan? Mengerti dengan baik bahasa Indonesia? Atau perlu saya pakai bahasa alien agar kamu mengerti maksud ucapan saya sebelumnya!" sarkas Liam, sama sekali tak terpengaruh akan tatapan memelas yang ditunjukkan oleh Carla. Ia sama sekali tidak punya belas kasihan, jadi percuma saja Carla memasang ekspresi menyedihkan sampai nangis darah sekalipun Liam tidak akan terenyuh.

Carla menelan ludah, frustrasi memikirkan cara apa lagi agar selamat dari vonis mengerikan ini. Tapi menembus dinding kokoh seorang Liam jelas hal yang sangat sulit, mengingat pria itu memiliki hati sekeras batu, mana mungkin bosnya yang kejam itu akan iba dan luluh oleh wajah memelasnya. Tentu saja itu hal yang sangat mustahil. Oleh karena itu Carla memutar otaknya, berpikir lebih keras untuk mencari cara agar ia bisa mendapatkan pengampunan dan kesempatan kesekian kali dari bosnya.

"Pak, saya mohon. Jangan pecat saya, kalau saya dipecat terus saya menganggur dan jadi gelandangan gimana?" tutur Carla, lagi-lagi menjual kesengsaraannya.

"I don't care, Carla! Itu bukan urusan saya. Mau kamu jadi gelandangan, jadi ondel-ondel sekalipun, saya tidak peduli!" Liam benar-benar tegas dengan keputusannya. Sama sekali tidak tergoyahkan meski berkali-kali Carla meminta maaf.

"Tapi Pak ...." Carla mengigit bibir bawahnya, teringat akan nasib mamanya yang sedang dirawat di rumah sakit. Bagaimana ia bisa menyiapkan uang untuk operasi mamanya nanti kalau ia sekarang dipecat. Padahal niatnya Carla ingin kasbon pada perusahaan untuk biaya pengobatan mamanya, tapi harapannya harus pupus gara-gara tragedi bus mogok yang mengakibatkan ia terlambat setengah jam. Sial!

"Tunggu apa lagi? Silakan keluar," seru Liam, menyadarkan Carla dari lamunan singkat. "Apa perlu saya panggilkan security kemari untuk menyeretmu?"

Tidak punya pilihan lain, demi mempertahankan pekerjaannya yang sangat beharga. Carla terpaksa merendahkan diri, ia berlutut kepada bosnya. "Saya mohon Pak, beri saya kesempatan terakhir. Saya janji, saya tidak akan terlambat lagi, saya rela kalau harus potong gaji ...." Carla terdiam, merutuki mulutnya yang asal nyeplos. Kalau sampai ia beneran potong gaji, pasti gajinya tidak akan bersisa. Bodohnya. Lantas dengan cepat Carla meralat ucapannya. "Maksud saya, saya rela menerima hukuman apa pun. Asal jangan pecat saya, jangan potong gaji saya yang seuprit juga," mohon Carla, menunjukkan tampang paling memelas, "saya benar-benar butuh pekerjaan ini Pak, saya mohon, tolong ... maafkan saya. Beri saya kesempatan sekali lagi."

Istri Kontrak CEO GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang