11. Mantan Gebetan

232 12 1
                                    

Kesepian di keramaian. Mungkin itu definisi yang tepat untuk Carla sekarang. Duduk sendiri menikmati minuman bewarna merah menyala dengan rasa manis yang membekas di lidahnya. Ditemani hingar bingar musik fun yang malah terdengar membosankan di telinganya. Tatapan Carla beralih dari gelas di tangannya menuju ke arah pelaminan, memperhatikan sejenak wajah cantik mempelai wanita dengan gaun putih bagaikan princess disney.

Menakjubkan!

Membayangkan betapa megahnya pesta pernikahan yang diadakan di salah satu ballroom hotel ternama di kota metropolitan. Dari dekorasi sampai makanan dan pengiring musik, Carla sudah bisa menebak budget yang dikeluarkan pasti gila-gilaan dan perempuan miskin sepertinya hanya bisa bermimpi untuk pesta pernikahan semewah ini.

Ngomong-ngomong soal pesta pernikahan, sejujurnya Carla tidak mengenal siapa yang menikah. Semua orang yang ada di ruangan besar ini tampak asing baginya, bahkan ia merasa kecil di antara para tamu undangan dengan dandanan glamor ala sosialita papan atas. Walau gaun yang diberikan bosnya tak kalah anggun dan berkelas, tetap saja Carla merasa ia tidak pantas berada di tempat ini.

Sungguh, Carla tak mengerti kenapa bosnya itu harus membawanya ke acara pernikahan orang yang sama sekali tidak ia kenal. Meski tadi Liam sempat memperkenalkan kalau kedua mempelai merupakan temannya waktu kuliah, tapi tetap saja tidak ada hubungannya dengan dirinya. Jika keberadaan Carla hanya untuk menemani, sepertinya bosnya tidak butuh teman karena sekarang saja lelaki itu tengah sibuk berkumpul dengan teman-teman semasa kuliahnya dan Carla? Ya, Carla hanya jadi kambing congek yang terlepas dari induknya.

Mengenaskan!

Carla mendengkus pelan, mencengkram erat gelas tangkai di tangannya. Rasa kantuk mendominasi, matanya terasa berat, tapi sepertinya tanda-tanda pulang masih teramat jauh. Entah sampai kapan bosnya akan mengobrol dan mengabaikan eksistensinya, membiarkan ia jadi tamu asing yang tak kasat mata.

"Hello." Suara renyah seorang lelaki menginterupsi keterdiaman Carla, menarik atensinya yang langsung berpaling pada sumber suara yang berasal dari hadapannya. "Boleh aku duduk di sini?" Seorang lelaki tampan, berpakaian rapi mengenakan kemeja putih lengan panjang yang digulung sampai siku dan celana bahan warna navy, dengan potongan rambut agak gondrong di bagian atas tapi tertata sangat rapi dan tampak begitu klimis seperti memakai gel rambut untuk mempertahankan kerapiannya.

Wah!

Untuk sesaat Carla terpesona melihat betapa sempurnanya sosok lelaki itu. Wajahnya yang kebule-bulean sungguh memanjakan mata, hidung mancung, rahang yang tegas dan bola mata coklat seterang mata kucing. Perfect. Carla sampai tak berkedip melihat wajah tampan itu, nyaris sempurna, tak ada cela sedikit pun. Carla seperti melihat aktor Hollywood dan jangan lupakan dada bidang yang mencetak jelas dari balik kemeja putih itu. Tak heran jika mulut Carla tanpa sadar terbuka sedikit, mungkin sebentar lagi air liurnya akan jatuh jika ia tidak segera mengatupkan mulutnya.

"Hello." Lelaki tampan itu menggoyangkan tangannya di depan wajah Carla yang terbengong-bengong melihatnya. "Anda baik-baik saja, nona?"

Nona?

Yes, pangeran, aku baik-baik saja. Batinnya menyahut tanpa melihat sikon. Hingga kewarasan menamparnya, memaksa Carla kembali tersadar. Ia buru-buru menggeleng, menepis semua bayangan laknat yang sempat mengisi otak nakalnya.

"Oh, aku ... aku baik-baik saja." Carla tersenyum kikuk, malu luar biasa. Ia mengutuk diri habis-habisan, selalu saja bertingkah memalukan diri sendiri.

"Apa aku boleh duduk di sini?" Lelaki tampan itu kembali meminta izin dan Carla dengan cepat memberikan anggukan kepala sebagai tanda mengizinkan. "Thanks, nona cantik."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri Kontrak CEO GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang