Operasi pengangkatan tumor otak mama Carla berjalan lancar. Namun, kondisi beliau masih lemah dan harus terbaring di ruangan ICU, bahkan untuk bernafas dibantu ventilator dan Carla hanya bisa memandangi tubuh lemah mamanya dari balik jendela kaca ruang ICU.
"Ma." Carla meratapi tubuh ringkih mamanya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Dadanya terasa nyeri melihat satu-satunya orang yang disayang masih belum juga sadarkan diri sejak operasi berakhir dini hari tadi. "Mama cepetan bangun ya, Ma. Jangan tinggalin Carla sendirian, Carla nggak siap," lirih Carla, perasaannya makin tidak karuan. Terlebih ketika bayangan masa lalu kembali mengingatkannya akan sakitnya kehilangan sosok yang paling disayang.
Ya, Carla pernah berada di posisi itu. Momen di mana dirinya sampai terpuruk karena harus menghadapi kenyataan bahwa papanya meninggalkannya untuk selamanya karena kecelakaan. Tidak hanya itu, sepeninggalan papanya merubah drastis kehidupan Carla dan mamanya, membuat ia makin terpuruk. Satu-satunya alasan Carla bisa bangkit karena ia ingin membahagiakan mamanya, membalas semua jerih payah dan perjuangan beliau yang selama ini telah berkorban banyak hal untuk membesarkannya. Itu kenapa Carla rela kerja banting tulang sampai mengabaikan kehidupan pribadinya, termasuk urusan percintaan.
Bukannya Carla tidak mau berkencan seperti wanita seusianya, bahkan ketika banyak wanita seusianya mulai merencanakan pernikahan. Carla juga sama, ia terkadang ingin menikmati masa-masa mudanya dengan berkencan atau syukur-syukur bisa menikah cepat seperti kebanyakan wanita di usianya. Namun, sayangnya Carla harus mengenyampingkan semua itu demi kelangsungan hidupnya dan sang mama. Bahkan Carla harus mengubur impiannya untuk menikah secepatnya. Carla tidak punya waktu untuk berkencan, hari-harinya ia habiskan untuk bekerja dan merawat mamanya. Alasan kenapa ia betah menjomlo sampai detik ini.
Tunggu, apakah ia masih bisa disebut jomlo, ketika statusnya kini sebagai kekasih atasannya? Ya, walaupun status itu hanya kepalsuan semata, tapi tetap saja sekarang dirinya adalah kekasih sang bos otoriter sialan itu. Mengingat bosnya darah di otak Carla seketika mendidih, apalagi saat satu pesan masuk dari orang itu mengalihkan atensinya.
Bos Rese!
Hari ini ada rapat penting dan kunjungan lapangan, jangan telat dan siapkan semua berkas yang diperlukan!
Carla mengembuskan napas kasar, memejamkan mata berusaha meredam amarahnya atau jika tidak akan meledak saat ini juga. Bisa jadi Carla akan berteriak menyumpah serapah dan mengutuk bosnya yang tidak tahu caranya berbasa-basi. Bisa-bisanya sang atasan mengiriminya pesan di pagi buta begini.
Carla melirik waktu di bagian atas pop bar, baru jam lima lewat lima belas. Jarak rumah sakit menuju rumahnya lumayan jauh, ditambah jalanan yang dilalui merupakan kawasan macet di jam-jam pagi. Mau tidak mau Carla harus bergegas pulang sekarang jika dirinya tidak mau terjebak macet, meski kakinya seakan enggan meninggalkan tempat ini. Tapi Carla tidak punya pilihan lain, ia tetap harus profesional bekerja mengingat atasannya itu manusia tidak berperasaan yang tidak mau tahu dengan kondisi bawahannya.
"Ma, Carla pulang dulu ya. Maafin Carla karena nggak bisa nemenin mama. Tapi Carla janji, setelah kerjaan Carla selesai, Carla bakal langsung ke sini," ucap Carla, sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu.
Carla terus melirik layar ponselnya, melihat waktu yang terus bergulir. Sudah sepuluh menit dirinya berdiri di halte busway depan rumah sakit, tapi belum ada satu pun busway maupun angkot yang lewat. Carla terlihat gelisah, celingukan ke kanan kiri berharap ada angkutan umum yang lewat. Sebenarnya bisa saja ia memesan ojek online, tapi jiwa perhitungannya meronta-ronta ketika melihat ongkosnya yang mahal, mengingat jarak tempuh yang memang lumayan jauh.
Bos Rese!
Siapkan laporan pembangunan perumahan di Tangerang. Pagi ini harus sudah ada di meja saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kontrak CEO Galak
RomanceCinta? Bagi William Atmaja, cinta hanyalah omong kosong belaka. Ia tak percaya cinta, menolak untuk jatuh cinta dan tidak tertarik dengan lawan jenisnya. Ketimbang musti repot-repot berkencan, Liam lebih senang menghabiskan waktunya untuk bekerja. S...