1. Dipecat

1.1K 87 9
                                    

Mobil Range Rover warna hitam mengkilap memasuki pelataran gedung PT. Atmajaya Karya Husada. Perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi dan merupakan anak cabang dari perusahaan Atmajaya Group.

Mobil itu berhenti di depan lobi, menarik atensi setiap mata yang memandang ketika beberapa orang berpakaian formal berjejer di depan lobi utama. Pria berpakaian serba hitam segera memosisikan diri di depan pintu penumpang, membukakan pintu untuk orang penting di perusahaan Atamjaya Karya Husada atau biasa disebut AKH.

"Selamat pagi Pak," sapa pria itu dengan sopan, membungkukkan sedikit badannya sebagai penghormatan pada atasannya.

"Pagi," balas pria yang keluar dari mobil, ekspresinya datar. Namun, sorot matanya begitu tegas, menatap lurus ke depan seiring dengan langkah kakinya. Ia tampak berkharisma.

Pria berstelan jas rapi yang membalut tubuh atletis, dipadu dengan wajah tampan, berahang tegas, hidung mancung, alis tebal dan kaca mata hitam bertengger di atas hidung menutup mata beriris kecoklatan yang mampu mengeluarkan pesona luar biasa. Ditambah tatanan rambut klimis menjadikan penampilan pria itu terlihat nyaris sempurna.

Pria keturunan blasteran Indonesia-Jerman yang menyandang gelar Direktur paling muda, serta meraih penghargaan CEO Safety Leadership Award - Contractor Stateowned Company tahun ini di ajang INDONESIA CONSTRUCTION SAFETY AWARDS (ICSA). Pria itu bernama, William Atmaja, putra pertama dari tiga bersaudara anak Surya Atmaja selaku CEO Atmajaya Group.

"Selamat pagi Pak Liam." Serempak deretan orang yang berjajar di sepanjang menuju pintu masuk gedung AKH memberikan salam hormat pada William Atmaja yang lebih akrab dipanggil Liam.

"Pagi." Liam berjalan melewati mereka, kemudian satu per satu dari mereka berjalan mengikutinya di belakang, memasuki gedung AKH yang sudah ramai oleh para karyawan.

"Bagaimana persiapan pembangunan perumahan di Tangerang?" Seraya berjalan memasuki lift, Liam bertanya pada para staff yang berjalan di belakangnya.

"Sudah selesai Pak, tinggal menunggu peresmian untuk memulai pembangunan," ucap pak Danu selaku Project Manager (PM).

"Pembebasan lahan di Jogja?" Liam kembali mengajukan pertanyaan, sembari menunggu lift yang berjalan ke atas menuju lantai lima belas di mana ruangannya berada.

"Masih dalam proses Pak," jawab pak Danu, suaranya ragu-ragu dengan wajah pucat.

Liam berdecak, mengendurkan ikatan dasinya yang serasa mencekik dan membuatnya gerah dalam lift berisikan lima orang itu. "Kendala apa lagi sekarang? Bukankah saya sudah bilang untuk segera membebaskan lahan di sana!" Suara Liam mulai meninggi. "Para investor sudah mulai mempertanyakan kinerja kita, harusnya kamu bisa bekerja lebih gesit. Kecuali kamu siap untuk diganti!"

"Ba-baik Pak." Pak Danu menelan ludah, ia paham betul maksud ucapan Liam yang dipenuhi peringatan. Atasannya itu memang terkenal tegas dan tidak pandang bulu, siapa pun yang dianggap lamban dan tidak becus akan langsung dipecat saat itu juga. Tak heran jika Liam dijuluki sebagai bos dingin berhati batu.

"Saya mau besok semuanya sudah beres. Lakukan pendekatan, ajak bermusyawarah, kasih harga tinggi. Harusnya seperti itu tidak perlu saya kasih tahu!" kata Liam, berjalan keluar ketika pintu lift terbuka. "Ingat, jangan pakai kekerasan. Saya tidak mau ada kontroversi apalagi sampai masuk ke media. Kalian tahu, 'kan, akibatnya kalau sampai hal itu diendus media?" Liam menoleh ke belakang, membuat para staff di belakangnya seketika terpaku dan menunduk takut. "Jangan sampai saham perusahaan anjlok karena kecerobohan kalian!"

"Baik Pak," seru kelima staff.

Liam mengibaskan tangannya. "Kalian boleh pergi, kecuali kamu Putra."

Istri Kontrak CEO GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang