Yedam menatap kertas yang sudah dicoret-coret oleh Doyoung, kertas itu bercoretkan tanda yang dibuat Yoshi pada saat itu.Dia memiringkan kepalanya, mencoba mencari jawaban tentang tanda tersebut, "Apa ini kode-kode gitu?" Tanya Yedam, Doyoung hanya mengangkat bahunya tak tahu.
Yedam berpikir keras, setahu dia, Yoshi itu dulu sangat berbakat, dia pernah mengikuti olimpiade matematika, lomba cerdas cermat, dan juga lomba pramuka. Dan mungkin, tanda tersebut ada hubungannya dengan bakat yang Yoshi punya.
"Apa mungkin dia ngambil dari sandi? Kan kak Yoshi anak pramuka dulu." Tanya Doyoung, Yedam menatap kearahnya sambil terdiam, "Sandi morse gitu?"
Doyoung mengangguk, dia berjalan mendekati Yedam lalu mengambil alih pensil yang dipegangnya, Doyoung mencoret lagi satu tanda disebelah tanda Yoshi, "Coba kalau garis lurus yang ditengahnya diilangin, jadinya gini,"
━ ━
Itulah yang digambar Doyoung.
"Tapi gak mungkin juga sih, soalnya kalau dihilangin kenapa gak sekalian gak usah digambar aja." Lanjut Doyoung, Yedam menatap gambar tersebut agak lama, tanpa memperdulikan ucapan Doyoung tadi dia dengan cepat membuka ponselnya dan segera mencari sandi morse dari Google.
"Di Google, itu artinya... Huruf M." Jelas Yedam, dia menatap kearah Doyoung, seperti mengerti dengan tatapan Yedam, Doyoung menggelengkan kepalanya, "Bukan, bukan kak Mashi pembunuhnya."
Yedam mengerutkan dahinya, "Kenapa lo bilang gitu?"
"Gue yakin bukan kak Mashi"
"Kasih alasannya ke gue"
"Ga-gak bisa"
"Doy, jangan bikin gue curiga sama lo sekarang"
"Enggak! Bukan kak Mashi!"
"Jelasin alasan—"
Brak!!!
Pintu basecamp terbuka lebar, menampilkan sosok Jaehyuk dan Asahi yang masuk kedalam, tadinya basecamp ini telah digaris polisi untuk beberapa hari, tapi mereka memaksa polisi untuk tetap membuka tempat ini karena hanya tempat inilah yang mereka punya untuk berkumpul.
"Kak Jaehyuk? Kak Asahi? Ngapain kesini?" Tanya Doyoung terheran ketika Jaehyuk dan Asahi menghampiri keduanya.
"Gue yang nyuruh." Jawab Yedam. Doyoung menatapnya bingung, "Kak Asahi udah cerita kalau kak Jihoon, dia, sama lo yang nemu mayat kak Yoshi."
Doyoung menatap takut-takut kearah Asahi, "Kak Asahi gak curiga sama gue?" Tanyanya. Asahi menaikkan satu alisnya, "Gue belom denger penjelasan lo."
Doyoung menunduk, "Kalau mau denger penjelasan kenapa gue belom lapor polisi pas liat mayat kak Yoshi, i-itu karena gue terlalu shook, pikiran gue kosong dan gue gak tau mau ngapain lagi. Tapi... Kak Jihoon disitu langsung nuduh gue kalau gue pembunuhnya."
Asahi hanya mengangguk-anggukan kepalanya, dia percaya tidak percaya dengan perkataan Doyoung, dia hanya ingin mendengar semua bukti dan menyatukan semuanya, agar dapat mengetahui siapa pembunuhnya.
"Jadi, kalian udah tahu maksud dari tanda itu?" Tanya Jaehyuk, Yedam hendak menjawab tapi perkataannya dipotong oleh Doyoung, "Belum, tadi cuma iseng-iseng nyoba dari sandi, tapi kayaknya salah."
Jaehyuk mengangguk, dia menoleh kearah kertas yang sudah dicoret-coret oleh Yedam dan Doyoung, diikuti dengan Asahi dibelakangnya.
"Apa ini disatuin gitu?" Tanya Yedam.
"Maksudnya?" Bukannya menjawab, Jaehyuk malah balik bertanya.
"Garisnya disatuin gitu, kalau disatuin jadi tanda 'tambah'." Jawabnya kemudian menggambar tanda tambah.
"Yoshi pinter matematika, bisa jadi sih. Pinter juga lo." Puji Jaehyuk, Yedam hanya mengendikkan bahunya, "Gue emang pinter, baru tau lo?"
"Dih, sombong"
Sementara itu, Asahi menatap tanda '+ ' (tambah) itu lama sembari berpikir, "Kalau tanda 'tambah' itu dijadiin huruf, jadi kayak huruf 't '." Gumannya sendiri yang tentu saja tidak dapat didengar yang lainnya.
"Takata..."
;grudge
Junghwan dan Mashiho sekarang berada dicafe dekat dengan basecamp mereka, tadi mereka tidak sengaja bertemu dan Mashiho mengajaknya kecafe dan mentraktir Junghwan, tentu saja Junghwan tidak menolak, apalagi kalau soal traktir.
"Gimana sekolah lo? Nilainya bagus-bagus gak?" Tanya Mashiho, Junghwan hanya cengengesan tidak jelas sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Agak menurun sih dari biasanya."
Mashiho menggelengkan kepalanya kecil, "Dasar, tiru tuh Yedam, gak pernah bosen belajar terus, lo juga harus kayak dia biar bisa masuk universitas yang bagus nanti." Ujarnya.
Gak tau aja dulu kak Yedam itu kayak gimana, batin Junghwan.
"Iya iya, nanti kak Mashi bantuin gue ya ngerjain tugas bahasa inggris?"
"Tenang aja, gue kalau bahasa inggris jago kok, tapi kalau soal itung-itungan mah up." Mereka berdua tertawa kecil mendengar ucapan Mashi tadi.
"Permisi, pesanan no 13, satu cappuchino, satu banana milkshakes, dan 4 donutnya"
Suara familliar sang waiter itu membuat keduanya menoleh bersamaan, dan mereka bertiga terkejut melihat satu sama lain.
"Kak Junkyu?" Ujar Mashiho dan Junghwan bersamaan.
"Mashi? Junghwan?" Sahut Junkyu juga, dia segera meletakkan pesanan keduanya diatas meja mereka, "Ngapain disini?" Tanyanya.
"Ya jelas makan lah, ngapain lagi? Ngemis?"
"Bercanda elah"
"Lo kerja disini kak?" Tanya Junghwan sambil memakan donutnya, Junkyu hanya mengangguk.
"Dari kapan?" Tanya Mashiho, Junkyu terlihat berpikir-pikir dengan menaruh telunjuknya dibawah dagunya, "Dari SMA mungkin? Ini Cafe punya temen mama gue, dan mama gue sendiri yang nyuruh gue kerja sampingan." Jawabnya.
"Eh, gue balik dulu ya, masih ada kerjaan. Baiii!" Junkyu melambaikan tangannya lalu berjalan kembali ke meja barista.
Tidak, sebenarnya dia tidak ada kerjaan sama sekali, dia hanya menghindar dari mereka berdua. Junkyu menatap kearah Junghwan yang sedang memakan donutnya dengan lahap sambil sesekali tertawa dengan Mashiho.
"Hoodie yang Junghwan pake, sama kayak hoodie yang gue liat waktu malam itu, malam pas gue ngeliat ada orang yang keluar dari basecamp dan malam dimana Yoshi meninggal disana..."
;grudge
Jeongwoo menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil, dia berjalan kearah ruang tamu lalu duduk disofa sambil bermain ponselnya.
"Woo, besok lo ikut ke basecamp?"
Suara Jihoon membuat Jeongwoo mau tak mau menoleh kearahnya, agak sedikit kaget karena ngeliat Jihoon yang lagi pake Face Mask, ditambah dia pake baju putih-putih.
"Hooh." Jawab Jeongwoo seadanya, dia kembali fokus main game di ponselnya sebelum suara Jihoon mengalihkan pikirannya lagi, "Bukan lo kan woo?"
Jeongwoo menghentikan game di ponselnya, dia menatap kearah Jihoon sejenak, "Harusnya gue yang bilang gitu."
Jihoon mengerutkan dahinya, "Kok gue? Lo nuduh gue?"
"Gue nanya, bukan nuduh"
"Ya bukan lah, lagian kenapa sih? Lo curiga sama gue? Sama kakak kandung lo sendiri?"
"Lo setiap sore selalu pergi entah kemana, bisa aja kan lo yang ngebunuh?"
"Lo gak tau apa-apa, jadi diem aja." Ujar Jihoon dingin, menahan amarahnya.
"Terserah." Jeongwoo beranjak dari tempatnya, kemudian berjalan menuju kamarnya meninggalkan Jihoon yang langsung membuang nafasnya kasar.
;grudge