Jihoon baru saja pulang dari pemakaman Junghwan, tadi dia sama Jaehyuk ketemu Mashiho doang, sisanya engga dateng gak tau kenapa, minus Junkyu sih.Sekarang Jihoon memutar bola matanya bosan ngeliat Junkyu yang lagi main uno sama Jaehyuk, heran aja gitu loh, kan Junkyu udah tau kalau yang nabrak dia itu si Jaehyuk, kok masih aja deket? Harusnya Junkyu itu kemusuhan sama Jaehyuk, kayak Jihoon.
"Uno! Hahaha, mampus kau jun kartu gue tinggal satu!"
"Mampus apaan? Tuh plus 4, lo yang mampus jamet!"
"Anjir," Umpat Jaehyuk, dia melempar satu-satunya kartu yang dia pegang keatas meja, menampilkan angka 2 merah, tiba-tiba moodnya menurun, "Gue mau ke toilet dulu deh."
Jaehyuk langsung aja pergi keluar ruangan, meninggalkan Jihoon yang masih diam dan Junkyu yang sudah menggerutu kesal.
"Dasar, giliran kalah aja kabur! Huh!"
Junkyu mendengus kesal lalu membereskan kartunya yang tadi Jaehyuk lempar, Jihoon langsung duduk dikursi sebelah ranjang Junkyu.
Ting!
Jihoon mengambil ponselnya ketika mendengar suara notifikasi pesan, dia melihat isi pesan tersebut.
0807-1101-12xxx
Kalau mau gak ada korban lagi
Datang ke lokasi ini, besok, jam 1
/send a pictureJihoon tau, sangat tau kalau orang yang mengirimnya pesan itu adalah pembunuhnya, dan dia ingin Jihoon menjadi tumbal agar teman-temannya yang lain selamat.
Diamnya Jihoon membuat Junkyu melirik kearah ponsel Jihoon lalu melirik kearahnya, "Kenapa woi?"
Jihoon tersentak, dia langsung mematikan ponselnya lalu menggeleng, tapi karena Junkyu ini orangnya kepo plus pengen tau banget jadi dia menatap intens kearah Jihoon.
"Lo mau nyerahin diri?"
Jihoon mengangguk kecil.
"Kalo begitu, gue ikut!"
Jihoon langsung aja melotot, "Apaan? Enggak-enggak! Kaki lo masih sakit juga!"
"Kan bisa pake kursi roda!"
"Gak usah, nyusahin!"
'Nyusahin!'
Junkyu terdiam, kata-kata itu ngebuat dia jadi mikir kalau emang dia dari awal gak berguna banget. Perlahan dia menunduk.
Jihoon yang ngeliat Junkyu diam jadi merasa bersalah, dia berdeham kecil, berdiri dari tempat duduknya terus pindah duduk di sofa, dia ngambil plastik nasi padangnya terus dibuka.
"Mau gak?" Tawar Jihoon, Junkyu melirik kemudian menggeleng, "Maunya sate padang."
"Miinyi siti piding"
Jihoon mencibir ketika mendengar jawaban Junkyu, lagi sakit banyak maunya banget, mana mukanya cemberut gitu lagi.
"Laperrr jii!" Rengek Junkyu.
"Laper? Makan. Cape? Tidur. Haus? Minum." Jawab Jihoon sambil memakan nasi padangnya, jangan lupa kaki kanannya diangkat satu.
"Gofud in dong"
"Pake uang lo ya?"
"Iya iya, beef burger 1, spaghetti bolognese 1, mcflurry yang oreo 1, sama minumnya teh botol aja deh"
'Pantes aja badannya bongsor, makan nya aja banyak.'
Tenang aja kok, Jihoon ngomongnya dalam hati, kalau ngomong langsung udah dilemparin Junkyu pake ranjang rumah sakit. Jadi Jihoon cuma ngangguk-ngangguk doang sambil lanjutin makan nasi padangnya.
Tanpa mereka berdua ketahui, didepan pintu ruangan Junkyu, Jaehyuk mendengar semua pembicaraan mereka, dia hanya diam ditempatnya kemudian tersenyum kecil.
Tangannya memasukkan kembali ponsel yang sedari tadi dia genggam kedalam saku celananya. Dia membuang nafasnya pelan sebelum membuka pintu ruangan.
;grudge
Seungwoo melototkan matanya ketika mendengar ucapan dari bawahannya itu.
"Coba ulangin sekali lagi!"
Wooseok tersenyum memaklumkan, atasannya ini emang ganteng, tapi budek. Kadang dia suka heran, kok bisa orang kayak Seungwoo ini nyelesain banyak kasus, emang bener kata orang-orang, jangan nilai orang dari penampilannya.
"Ada laporan dari seseorang, tentang kasus yang lagi bapak selidiki, bahwa pembunuhnya akan beraksi." Jelasnya lagi.
Seungwoo mengangguk-ngangguk mengerti, "Pukul berapa? Kapan?"
"Saya tidak tahu pasti, tetapi dia bilang bahwa dia akan mengabari pihak kepolisian lagi nanti." Jawab Wooseok.
"Baiklah, laporan diterima. Tapi sebelum itu, kamu harus mengisi laporan-laporan yang sudah saya siapkan dimeja itu!" Seungwoo menunjuk tumpukan laporan diatas meja disebelahnya.
Wooseok kembali tersenyum kecut, udah budek, pemaksa pula. Pengen banget Wooseok pukul mukanya pake kanebo kering, tapi dia masih punya tata krama, jadi dia cuma ngangguk terus jalan kearah meja yang Seungwoo tunjuk tadi.
Seungwoo duduk dikursinya, dia kembali fokus pada komputernya.
Setelah beberapa menit, dia baru menyadari, kalau dia pernah mendapat laporan tentang kasus yang dia tangani ini, tentang tanda kematian korban kedua.
Seungwoo mengecek tentang laporan tersebut, laporan itu diberi tepat sehari sesudah kematian korban kedua, dia melihat-lihat lagi isi laporan tersebut.
Tak menyadari waktu terus berlalu, Seungwoo dikejutkan dengan dehaman dari orang didepannya, siapa lagi kalau bukan Kim Wooseok.
"Ada apa?" Tanya Seungwoo.
"Saya sudah mengisi semua laporan yang bapak berikan." Jawabnya.
Seungwoo mengangguk, dia melirik Wooseok dari bawah sampe atas, berpikir sebentar kemudian berucap kembali, "Waktunya istirahat kan? Tolong sekalian ambilin saya kopi dari kantin, sama Tiramisu Cake nya juga, nanti saya ganti."
Muka Wooseok udah sepet banget, dia udah ancang-ancang mau mukul kepala atasannya tapi gajadi, dia gak mau pekerjaannya ilang cuma karena hal kecil kayak gitu.
Wooseok mengangguk, dia berjalan kearah pintu lalu membukanya, sebelum dia benar-benar keluar, Seungwoo memanggilnya yang membuat dia menggeram rendah kemudian menatap Seungwoo dengan senyum manisnya.
"Ada apa lagi pak?" Tanyanya, Seungwoo sedikit meringis melihat senyuman itu, bukannya keliatan bagus malah lebih keliatan kayak campuran Joker sama Chucky.
"Emm... Itu... Siapa nama pelapor atas laporan yang baru aja kamu berikan tadi?"
Seungwoo cuma pengen tau, apa nama si pelapor ini sama kayak si pelapor sebelumnya juga.
Wooseok terlihat berpikir sejenak, setelah beberapa detik, dia baru ingat nama pelapor tersebut.
"Hamada Asahi."
Ah, ternyata bener kalau pelapornya itu orang yang sama.
;grudge
tau ga sih? aku kaget banget waktu baca salah satu komentar kalian yang jawabannya bener😭
gampang banget ketebak ya?😭