1.8

5K 1.2K 239
                                    

Asahi berjalan cepat di lorong fakultas psikologi, dia sesekali melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah satu lewat, dia semakin mempercepat langkah kakinya.

Akhirnya dia sampai didepan ruangan yang sedaritadi dia cari, saat hendak membuka pintu, ada seseorang dari balik ruangan itu membuka pintu juga, mereka berdua terkejut melihat satu sama lain.

"Ada Mashiho nya?" Tanya Asahi.

"Ada, tuh didalem." Jawab Yoonbin, dia pergi nyelonong ninggalin Asahi yang masih diem didepan pintu, bodo amat harga diri, Asahi langsung aja masuk kedalem kelas tersebut. Dia ngeliat Mashiho lagi ngobrol bareng temen-temennya, Asahi kemudian menarik Mashiho untuk pergi darisana.

"Eh eh!" Mashiho kaget ngeliat Asahi narik dia sampe ke lorong fakultasnya.

"Lo mau bawa gue kemana hah?!"

Mashiho menatap Asahi tak percaya ketika tangannya semakin ditarik oleh teman Jepang nya itu.

"Urusai"
(trans : berisik)

"Saisho ni kotaete kudasai! Watashitachi wa doko ni iku no?!"
(trans : jawab dulu! Kita mau kemana?!)

"Kikoemasu ka? Damare"
(trans : bisa denger ga? Diem)

"Cih, mijikai"
(trans : cih, pendek)

"Ngaca"

Mashiho memutar bola matanya bosan, dia mengerutkan dahinya ketika mereka sampai diparkiran kampus, Asahi kemudian melepaskan cengkramannya pada tangan Mashiho saat mereka sampai didepan mobil berwarna putih.

"Ngapain ke mobil Jaehyuk?" Tanya Mashiho.

Iya, itu mobil Jaehyuk. Tapi pemiliknya gaada, dan Asahi lagi megang kunci mobil Jaehyuk.

"Kok kunci mobilnya ada di lo?" Tanya Mashiho.

"Udah gak keburu buat jelasin, sekarang kita susul Jaehyuk dulu!" Asahi masuk kedalam mobil Jaehyuk atau kita sebut aja si lawoo.

Nama asli mobilnya itu siti lawooliyah, tapi karena kata Jeongwoo namanya terlalu islami untuk ukuran setan macam pemiliknya, jadinya dipanggil lawoo aja. Padahal Jaehyuk lebih suka dikasih nama siti, biar dia gak keliatan jones banget, soalnya nanti kan kalau ditanya temen pergi sama siapa dia tinggal jawab sama siti, padahal mah pergi sendiri.

"Emangnya Jaehyuk kemana?" Tanya Mashiho lagi.

Asahi membuka pintu sebelahnya agar Mashiho cepat masuk kedalam lawoo, dia sedikit kesal karena Mashiho terlalu banyak tanya, "Gedung kosong, kita harus nyelametin kak Jihoon!"

"Emangnya kak Jihoon kena—"

Asahi langsung aja narik tangan Mashiho dari dalam mobil biar duduk dikursi disebelahnya, agak meleset sih karena kepala Mashiho kejedot kepala mobil.

"Anjir sakit!" Umpat Mashiho, dia mengelus-elus kepalanya. Sedangkan Asahi memutar bola matanya kemudian menyalakan mobil.

Dengan kecepatan diatas rata-rata, Mashiho menatap horor Asahi yang tengah fokus mengemudikan mobil.

"Lo kalau mau cari mati jangan ngajak-ngajak!" Teriak Mashiho, Asahi sedikit menurunkan kecepatannya, dia masih fokus pada jalanan didepannya, mengabaikan Mashiho dengan segala keastetikan umpatannya.

"Kasih tau gue, lo pasti tau semuanya kan?"

Asahi melirik Mashiho sebentar kemudian tersenyum sinis, "Iya, gue mah gercep. Gak kayak yang selalu ngikutin orang eh ternyata salah target dan malah gak dapet apa-apa."

"Nyindir gue maksudnya?"

"Siapa lagi kalau bukan lo?"

"Cih." Mashiho menyilangkan tangannya didepan dada, memang bener sih apa yang Asahi omongin, dia emang gak dapet apa-apa dari awal, salahin aja otak dia yang gak mau diajak kerjasama.

;grudge

Jihoon menatap kearah jam tangannya, dia melangkahkan kakinya lebih cepat dari sebelumnya. Sembari berjalan, dia memikirkan banyak hal.

Salah satunya ya, 'Apa gue rela jadi tumbal yang lainnya?'

Pertanyaan itu terus berputar dikepala Jihoon, dia sempat berhenti berjalan, hendak berbalik, tapi sekelabat memori pada saat Doyoung menyelamatkannya tiba-tiba saja datang.

Jihoon kembali membalikkan badannya, dia menggelengkan kepalanya kemudian melanjutkan jalannya.

"Kalau bukan gue, siapa lagi?" Gumannya menyemangati diri sendiri. Dia mengambil ponselnya dari saku celananya, mencari lokasi gedung kosong yang ditujunya itu.

Jihoon berhenti tatkala lampu lalu lintas menunjukkan warna hijau, dia berpikir apa dia harus memberitahu yang lain dan menyuruhnya dateng ke gedung kosong itu juga?

Ah, engga.

Jihoon menggelengkan kepalanya lagi, dia tidak butuh bantuin, dia bisa ngadepin ini sendirian.

Lampu lalu lintas kembali berwarna merah, tanda pejalan kaki boleh jalan melewati zebra cross, Jihoon langsung saja bergegas pergi, dia melirik jam tangannya kemudian semakin mempercepat langkahnya.

Setelah berjalan cukup lama, disinilah dia. Didepan gedung kosong itu.

Jihoon melihat kembali alamat di ponselnya lalu menatap gedung kosong didepannya.

"Oke," Jihoon mengambil nafasnya dalam-dalam lalu menghembusnya kasar, "Takut tapi tetap percaya diri."

Jihoon memasukkan ponselnya kedalam saku celananya, dia lalu berjalan memasuki gedung kosong tersebut.

Tanpa Jihoon sadari.

Dari kejauhan, Haruto yang sedang menyenderkan badannya ke tembok gang sempit sambil memasukkan tangannya kedalam saku hoodie menatap intens kearah Jihoon sampai Jihoon memasuki gedung kosong tersebut, dia menutup tudung hoodie nya sehingga menutupi sebagian kepalanya, Haruto berjalan perlahan kearah gedung kosong dengan tangan kanan yang memutar-mutar pisau sambil sesekali bersiul.

Haruto kemudian terkekeh sendiri, lalu menyeringai.

;grudge

greget banget pengen up, karena udah up jadinya mau hiatus satu tahun dulu.g

grudge | treasure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang