"Ngaku! Lo masukin apa ke minuman Yedam hah?!""G-gue gak masukin apa-apa kak"
"Masih aja ngehindar lo!"
"Hoon udah, gak usah buat keributan di kuburan." Junkyu mencoba memisahkan tangan Jihoon yang sedang menarik kerah baju Doyoung.
"Kak lepasin dulu." Kali ini Jeongwoo berusaha menarik tubuh kakaknya itu dari hadapan Doyoung, Jihoon langsung saja menghempaskan kerah Doyoung lalu mendorongnya kuat.
"Lo semua inget kan? Minuman Yedam dipindahin sama dia dulu ke gelas satu lagi, jangan-jangan lo kasihin racun kan?!" Tuduh Jihoon sambil menunjuk Doyoung.
"Tapi..." Haruto menjeda ucapannya lalu menatap kearah Mashiho, "Ada kak Mashi juga yang ikut sama kak Doyoung."
Mereka semua langsung menatap kearah Mashiho dan Doyoung bergantian.
"Jangan-jangan kalian kerjasama ya?" Tanya Jaehyuk penuh selidik, Doyoung menggelengkan kepalanya ribut sedangkan Mashiho hanya diam saja.
"Lo berdua kerjasama kan buat bunuh Yedam? Kalian masukin racun kedalam minumannya." Jihoon melipat tangannya didepan dada lalu menatap keduanya sinis.
"Bukan gue sumpah kak, gue gak naro apa-apa di minuman kak Yedam"
"Alasan"
"Terima Kasih." Kepala Jaehyuk langsung dijitak Junkyu, bisa-bisanya dia bercanda disaat serius kayak gini.
"Terserah apa kata lo semua, yang pasti bukan gue." Ujar Mashiho, dia langsung pergi dari hadapan mereka semua, lagian berantem kok ditengah kuburan, engga malu gitu sama arwah yang lagi nonton?
"Maling mana ada yang ngaku." Sindir Jihoon sengaja dikeraskan agar Mashiho yang sedang berjalan pergi dapat mendengarnya.
"Gimana doy? Partner lo pergi tuh." Sahut Jaehyuk memanas-manaskan.
Doyoung menatap kepergian Mashiho dengan pandangan yang sulit diartikan. Kak Mashi gak bantuin gue nih? Kurang ajar, Batin Doyoung.
"Gue pulang duluan deh, males lama-lamaan sama pembunuh disini. Woo, ayo." Jihoon dengan segera berjalan meninggalkan mereka semua, Jeongwoo pun ikut mengekori Jihoon. Serius, untuk pertama kalinya dia lihat Jihoon kayak gini, makanya dia gak berani ngomong apa-apa.
"Gue juga cabut deh." Ujar Jaehyuk, dia juga langsung pergi darisana.
"Yok kak pulang, udah mau ujan nih." Junkyu mengangguk lalu mengikuti Haruto yang ikut pergi.
"Eh kak Kyu tunggu! Junghwan ikut!"
Sisalah Doyoung dan Asahi yang masih berada didepan makam Yedam. Gerimis mulai turun, tapi keduanya masih tetap terdiam tanpa berkata apapun.
"Kak," Doyoung memberanikan diri memanggil Asahi, Asahi menoleh kearahnya lalu menaikkan satu alisnya.
"Lo percaya kan sama gue, kalau bukan gue yang bunuh kak Yedam?" Mata Doyoung berkaca-kaca, dia menunduk agar Asahi tak dapat melihat matanya, tetesan air hujan turun dari ujung rambutnya tapi Doyoung tetap tidak bergeming dari tempatnya.
Asahi membuang nafasnya kasar, "Gak tau." Jawabnya datar. Kemudian Asahi berjalan pergi meninggalkan Doyoung sendirian.
;grudge
Jaehyuk berjalan kearah lemari pendingin lalu mengambil dua buah susu pisang, setelah itu dia berjalan kearah kasir minimarket dan membayarnya.
Dia berjalan kearah gang komplek rumahnya, dengan tangan kiri yang memegang plastik berisikan susu pisang dan tangan kanan yang memegang susu pisang yang sedang dia minum sekarang.
Jaehyuk sesekali bernyanyi dan berbicara sendiri untuk menghilangkan rasa takutnya karena malam ini komplek rumahnya sangat sepi, tidak seperti biasanya.
"Gomsemariga hanjibeisseo, appa gom, eomma gom, aegi gom..."
"Sepi banget dah, ngopi apa ngopi"
Jaehyuk itu satu komplek perumahan sama Junkyu, dua Park, Asahi, dan Yoshi. Tadi dia baru aja ngelewatin rumah Yoshi, rumah Jaehyuk itu di ujung, pojok pokoknya deket pohon pisang, bukannya naik motor tapi dia malah milih jalan kaki, katanya sih sekalian olahraga malem tapi sekarang dia sendiri yang ketakutan.
Dan waktu Jaehyuk mau buang sampah susu pisangnya itu, dia ngeliat seseorang yang kayak dia kenal, orang itu berdiri didepan rumah seseorang. Pas Jaehyuk liat, ternyata orang itu berdiri didepan rumah Junkyu.
Dari proposi tubuhnya, Jaehyuk yakin kalau orang itu salah satu dari yang dia curigain, cuma orang itu yang punya tinggi badan berbeda dari yang lain.
"Ngapain dia didepan rumah Junkyu?" Tanya Jaehyuk sambil memperhatikan orang itu.
"WOI!" Jaehyuk spontan teriak pas orang itu mau masuk kedalem rumah Junkyu, dia takut kalau orang itu mau bunuh Junkyu, sama kayak temen-temennya yang lain.
Orang itu terkejut lalu menatap kearah Jaehyuk, sialnya dia make masker dan Jaehyuk yang min itu gak bisa liat jelas wajahnya walaupun proposi tubuhnya dia tau.
Orang itu langsung aja lari menjauh, Jaehyuk pengen ngejar tapi dia yakin pasti dia gak bakal bisa nangkep karena emang dia gak jago lari, jadi Jaehyuk pergi kearah rumah Junkyu, untuk ngasih tau apa yang tadi dia liat.
Jaehyuk mengetuk pintu rumah Junkyu berkali-kali, "JUN! JUNKYU! KIM JUNKYU!"
"Santai dong, salam dulu ngapa." Terdengar suara Junkyu dari dalam lalu sesaat pintu terbuka lebar menampilkan Junkyu dengan piyama koalanya sambil menggosok-gosok matanya.
"Apaan?" Tanya Junkyu dengan nada gak nyantai. Lagi mau hibernasi diganggu, siapa sih yang gak kesel?
"Tadi gue ngeliat ada yang berdiri didepan rumah lo, dan itu salah satu dari temen-temen kita." Jawab Jaehyuk.
Junkyu yang tadinya merem sambil nguap langsung kaget, dia ngebuka matanya terus matanya celingak-celinguk ngeliat keluar, mencoba cari orang yang Jaehyuk maksud.
"Orangnya dah pergi, gue cuma ngingetin lo aja, takutnya lo mati nanti dibunuh dia, udah gue duga sih dia pelakunya." Ujar Jaehyuk dengan wajah songongnya.
Junkyu berdecak, "Gak bakal mati gue mah, langkahin dulu mayat gue kalau mau gue mati."
Jaehyuk mengerutkan alisnya bingung, tapi karena udah tau kalau Junkyu itu rada-rada jadi dia memaklumkan aja, apalagi kalau Junkyu udah nanya tentang teori konspirasi gitu, udah up dia mah.
"Terserah"
"Eh Jae, siapa yang pertama kali buat bahasa inggris? Kenapa bisa kayak gitu? Cara dia buat bahasa inggris itu gimana? Terus gimana caranya dia memperluas bahasa yang dia buat? Emangnya bahasa inggris itu ada yang buat? Kok bisa ada?"
Tuh kan, Jaehyuk bilang juga apa. Dia udah nyerah kalau Junkyu nanya kayak gitu, masalahnya tuh dia juga jadi ikut overthinking, pokoknya kadang malem-malem sebelum tidur yang biasanya dia gak ngapa-ngapain malah jadi overthinking sama apa yang Junkyu omongin, kayak 'kenapa bumi bentuknya bulat?' 'kenapa kita punya tulang ekor tapi gak punya ekor?' 'apa fungsi bibir?'.
"Gak dulu Jun." Ujar Jaehyuk sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Junkyu hanya mendengus kesal.
"Yaudah gue pergi dulu, hati-hati lo." Jaehyuk berbalik hendak pergi.
"Harusnya lo yang hati-hati." Sahut Junkyu sambil melambaikan tangannya kearah Jaehyuk. Saat Jaehyuk sudah pergi Junkyu masih berada didepan pintu sambil menyenderkan badannya dipinggir pintu, dia melipat tangannya didepan dada, sekali-kali melirik kedalam untuk melihat jam dinding.
Gak lama orang yang ditunggu dateng juga, sambil bawa plastik yang isinya sate.
"Lama lo, ditungguin juga daritadi." Junkyu langsung aja ngerebut plastik ditangan orang yang dia tunggu tadi.
"Tadi ada kendala bentar"
"Yaudah cepet, masuk"
"Hm"
;grudge