2. Kim Seokjin.

1.5K 134 42
                                    







Seokjin sedang mengelap meja ketika dua orang temannya sedang menunggu sembari meminum kopi. Menjelang pukul sembilan malam ini jam kerjanya sudah berakhir. Seokjin sebetulnya hendak pulang tetapi ia tahu ia harus menunda keinginannya itu saat melihat Ken dan Sandeul menjemputnya.

Tak mau berbasa-basi, Seokjin langsung bertanya setelah ia selesai dengan pekerjaannya. Pertanyaan Seokjin yang terdengar ketus membuat sang teman terkekeh. Ia menyuruh lelaki itu untuk duduk sebentar.

"Mari makan malam dengan kami, tenang saja akan kutarktir."

"Aku sibuk, bisa tidak jangan sering mampir?" Seokjin merengut sebal. Ia tak senang melihat kedua sahabatnya itu datang. Seokjin bosan. Mereka hampir setiap hari datang kemari. Tapi selalu pada akhirnya lelaki malang itu tetap tak bisa menghindar.

"Aku tak bisa sehari tak melihatmu, jangan seperti itu." Lelaki mancung bernama Ken itu meraup dagu Seokjin singkat. Seokjin malam ini terlalu lelah untuk mengamuk.

"Kemana? Aku tak bisa pulang larut," jawab Seokjin pasrah.

"Restoran seafood, kita patungan mentaktirmu lobster, mau kan?"

Tawaran itu sudah pasti takkan Seokjin sia-siakan.

Mereka akhirnya pergi meninggalkan cafe menuju mobil yang Ken bawa.

.

.

.

Di restoran seafood, Seokjin langsung memesan lobster lebih dari satu porsi. Walau menyebalkan, Ken sama sekali tak bisa protes karena ia yang bilang mau mentraktir. Sedangkan Sandeul hanya terkekeh kecil melihat tingkah temannya yang seperti balas dendam itu. Mengingat Seokjin adalah yang paling muda di antara mereka bertiga, mungkin karena itu juga Seokjin merasa nyaman untuk bersikap kekanakkan seperti ini.

Setelah cukup lama mereka makan tanpa percakapan, akhirnya Sandeul membuka mulut.
"Besok kau ada klien?"

Seokjin mengangguk sebagai jawaban.

"Siapa?"

Seokjin melirik sebentar. "Nenek Kim. Ia bilang ingin ditemani karena takut hantu yang kemarin datang lagi."

"Ditemani? Kan kau kerja?"

"Beliau tak keberatan aku temani sepulang bekerja."

"Nenek Kim nenek yang waktu itu?" Ken ikut bertanya penasaran. Seokjin hanya mengangguk membalasnya.

"Sehabis bekerja? Itu berarti kau menginap dong?" Ken bertanya lagi sebelum ia meminum jus miliknya untuk menjernihkan kerongkongan. Mereka berdua sangat paham jika Seokjin sangat tidak suka diganggu waktu istirahatnya. Tak ada yang bisa membujuk Seokjin, kecuali jika berhubungan dengan
uang.

"Tidak sampai menginap, Nenek Kim bilang aku boleh pulang saat dia sudah tidur. Bayarannya setara total gajiku selama sebulan, mana bisa aku tolak." Seokjin menjawab santai. Satu jari bekas bumbu dari seafood ia kecap, lalu tangannya meraih memanggil pramusaji di sana.

"Saya mau order lagi," celetuk pemuda ramping itu dengan tak tau malu. Mata Ken melotot seperti nyaris mau keluar. Sial, umpatnya dalam hati. Namun Sandeul segera menahan lengan Ken yang seperti akan mencengkram bahu Seokjin.

"Sudahlah, kan jarang-jarang." Sandeul mengingatkan.

Porsi makan Seokjin memang banyak. Ia juga jarang makan enak seperti saat ini. Makanya Sandeul masih bisa memaklumi teman berparas manisnya satu ini.

Meski Seokjin selalu terlihat konsisten dan tak pernah kedapatan dalam kondisi buruk, Sandeul tetap saja selalu mengkhawatirkannya. Keadaan Seokjin yang menjadi tulang punggung keluarga mengharuskan ia bekerja ekstra di dua tempat. Tapi bukan itu yang Sandeul khawatirkan. Kim Seokjin memiliki pekerjaan lain yang tak biasa.

BAD DEBT. (taejin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang