7. Hari Yang Gila.

977 106 40
                                    











Istirahat kali ini, Seokjin pamit pada Soobin untuk pergi duluan. Ia sudah ada janji dengan bakal klien Jin's Service, siang ini, di salah satu café di hotel ini.

Kemarin, selepas pulang dari rumah nenek Taehyung dan Café Melon, Seokjin mendapat telepon malam-malam. Ternyata itu adalah dari calon klien Jin's Service. Akhir-akhir ini bisnis pelayanan jasa Seokjin tak pernah kosong. Selesai satu, datang lagi yang baru. Sepertinya kontak dan informasi tentang Jin's Service sudah menyebar layaknya kabar burung. Meski Seokjin tak tahu secara pasti bagaimana itu bisa menyebar. Seokjin diketahui tak pernah melakukan promosi, kecuali sekali saat awal perilisan Jin's Service. Seokjin menaruh kontaknya dalam koran mingguan.

Kliennya yang satu ini belum mengatakan ingin Seokjin melakukan apa. Ia hanya ditelepon satu kali kemarin dan memberikan tempat dan waktu janjian untuk bertemu. Peneleponnya adalah seorang wanita. Seokjin menurut saja. Toh kalau Seokjin tak sanggup dengan pekerjaannya pun ia akan menolak.

Memasuki kawasan café yang tentu saja adalah tempat bersua kaum borjuis, Seokjin masuk masih menggunakan seragam tukang bersih-bersih. Ia tak terlalu menarik perhatian karena sudah biasa petugas kebersihan berlalu-lalang di sini untuk bersih-bersih.

Sewaktu Seokjin baru saja tiba, seorang wanita bertubuh gempal melambaikan tangan dari tempatnya kepada Seokjin. Ia wanita paruh baya. Di belakang wanita itu duduk, ada beberapa lelaki yang berdiri tegak--tiga orang. Lelaki-lelaki itu memakai jas, sepertinya bodyguard. Seokjin sempat heran, apa wanita itu adalah calon kliennya? Bagaimana ia bisa mengenali Seokjin padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya?

Seokjin akhirnya menghampiri wanita bertubuh gempal tersebut yang pakaiannya sangat glamor. Ia memakai topi floppy berwarna merah, serta kacamata hitam bulat berbingkai putih lebar.

"Kim Seokjin, benar?" tanya wanita itu dengan senyuman ramah. Ia sedikit menundukkan kepala hingga kacamatanya melorot di tengah tulang hidung.

Para bodyguard itu sigap menarik kursi supaya Seokjin bisa duduk. Seokjin merasa kikuk setelah diperlakukan seperti orang penting saat sedang memakai seragam janitor.

"Aku sudah lama sekali ingin bertemu denganmu. Perkenalkan, aku Jiah."

.

.

.

Kim Taehyung berjalan dengan terburu memasuki lobi hotel. Siang ini setelah kelasnya selesai, ia segera menyetir menuju hotel ayahnya. Ada beberapa hal yang ingin ia lakukan. Pertama, ia sudah ada janji dengan Jimin. Anak itu menjanjikan Taehyung untuk mengenalkannya pada salah satu influencer di bidang fesyen. Katanya kalau mau berbisnis pakaian, akan lebih mudah jika dengan bantuan kenalan Jimin tersebut. Kedua, ia ingin menemui ayahnya sebelum beliau kembali ke Jepang. Taehyung ingin memastikan lagi perjanjian yang ia buat kemarin. Lalu yang ketiga, ia ingin menemui Kim Seokjin.

Soal Seokjin, Taehyung merasa tak tenang sekali jika tak sengaja memikirkan dia. Padahal ia baru kenal orang itu beberapa minggu, tapi rasanya ada hal-hal tertentu yang membuat Taehyung merasakan ada kelekatan dengan pria itu. Rasanya Taehyung selalu ingin menemuinya, tapi ia tak punya alasan. Dan jika sudah bertemu pun, Taehyung tak tahu akan melakukan apa. Rasanya begitu aneh. Ia baru pertama kali mengalami hal seperti ini.

"Taehyung, di sini!"

Taehyung bisa melihat Jimin sudah menunggu nya. Lelaki mungil bersweatshirt krem itu melembai ke arahnya dengan senyum. Taehyung langsung bisa melihatnya karena ia memilih tempat duduk yang tak jauh dari pintu masuk.

"Jadi bagaimana? Kapan kau akan kenalanku pada temanmu?"

"Wow, santai. Aku harus tahu dulu progres produkmu sudah sampai mana."

BAD DEBT. (taejin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang