10. Tentang Ciuman.

1.3K 104 48
                                    







.

.

.

.

Seokjin tengah berdiri di jalanan di antara bangunan-bangunan. Lampu temaram. Sunyi. Anehnya, langit yang menaungi tempat ini begitu asing. Tidak. Kalau dipikir lagi, bangunannya juga nampak berbeda. Tapi Seokjin merasa pusing. Ia juga masih mengecap rasa pahit dan aroma alkohol dari mulutnya sendiri. Mungkin aku mabuk? Seberapa mabuknya aku?

Seokjin mengedarkan pandangan, sampai pupilnya menangkap sosok lelaki di sorot lampu jalan tengah berjalan ke arahnya. Jalannya sedikit terseok. Surai panjang khasnya membuatnya mudah dikenali. Seokjin tak ingat ia sedang apa tapi kalimat yang terucap darinya kala itu adalah,

"Kemana saja kau, Taehyung-sshi."

Seokjin ingin pulang karena ia harus bekerja besok. Tak ada hal lain selain pulang bersama ke apartemen Taehyung, bukan? Benar.

"Kau tahu kadang aku benci minum karena toleransiku pada alkohol begitu lemah. Aku hanya minum tiga seloki tapi sudah pusing," ucap Taehyung begitu sampai di dekat Seokjin.

Seokjin mengangguk. Mungkin kurang lebih situasinya adalah aku dan Taehyung habis minum bersama dan kita mabuk, benar?

Seokjin ingin mengajak Taehyung pulang,  tapi ia kemudian sadar, jika sama-sama mabuk, maka Taehyung tak akan bisa menyetir dengan benar.

"Padahal kau hanya minum sedikit tapi sudah mabuk," ledek Seokjin.

"Sudah kubilang aku tidak bisa minum."

Seokjin mengangguk saja. "Kita pesan taksi saja. Mobilmu bisa kok ditinggal di parkiran sini dengan membayar ekstra-ugh. Aku mual." Di luar dugaan Seokjin malah hangover. Ia merasa sesuatu hendak keluar dari perutnya setelah merasakan pening. Seokjin terbungkuk. Ia menopang tubuhnya dengan berpegangan pada bahu Taehyung.

"Hey kau baik-baik saja?"

"Hakuu- muah hoeeekk-"

Seokjin akhirnya muntah juga di tengah jalan yang kosong ini. Seiring dengan keluarnya isi perut, ia merasa peningnya sedikit berkurang. Taehyung membantunya mengurut tengkuk.

"Hahahaha! Kau bilang kau kuat minum." Taehyung membantu tapi ia juga menertawakan Seokjin yang membuat Seokjin meliriknya sinis.

"Berisik! Ayo kita pulang."

Seokjin melap bekas bibirnya yang terasa asam. Ia butuh minum atau berkumur. Tapi di sini tidak ada air. Sebenarnya Seokjin juga belum paham ini tempat apa.

Sementara itu Taehyung hanya tersenyum. Ia memandang Seokjin yang sepertinya lebih mabuk darinya dengan cukup intens. Mungkin tidak lebih mabuk sebetulnya. Bisa saja ia muntah karena angin sedang tidak enak.

"Mulutku tak nyaman, aku ingin air."

Taehyung mengangguk, "Oke. Kita akan mencari air."

Ia berjalan mendekati Seokjin hingga jarak yang tersisa hanyalah ujung kaki mereka saja. Suara alunan musik mulai terdengar. Paduan suara yang diiringi organ dan biola mengiring merdu. Musik-musik gereja. Seokjin baru sadar bangunan besar bergaya Eropa yang tengah berdiri di sisinya ini adalah gereja.

Tunggu,

rasanya familiar.

"Kau memikirkan apa yang aku pikirkan?" tanya Taehyung dengan senyum lembut. Seokjin mengerti maksud Taehyung, tapi ia menggeleng.

Tanpa persetujuan, Taehyung meraih lengan dan pinggul Seokjin. Membawanya bergerak satu langkah ke kanan dan satu langkah ke kiri secara berulang, mengikuti irama musik. Seokjin hendak berontak, kalau saja ia tidak dihadapkan dengan tayapan sayu nan tajam milik Taehyung. Menghanyutkan.

BAD DEBT. (taejin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang