3. Aku Lelaki Tulen.

1.4K 148 55
                                    


















Sudah lama Seokjin tak bangun sendiri dan jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Entah karena terlampau lelah kemarin atau tak ada bunyi alarm seperti biasa, Seokjin bangun sesiang ini.

Ia memang langsung tidur begitu Ken mengantarnya pulang kemarin dan bahkan belum sempat membersihkan badannya sendiri. Rasanya seperti mata Seokjin sudah ingin tertutup rapat saja semalam. Tapi Seokjin cukup senang karena sudah lama ia tidak bangun tanpa alarm.

Dengan pikiran yang masih belum utuh, Seokjin bergegas ke kamar mandi. Ia menghabiskan waktu singkat karena perutnya sudah sangat lapar. Keluar dari kamar mandi dan masih hanya menagenakan handuk, Seokjin melangkah menuju dapur untuk mendidihkan air. Dirinya kemudian membuka kabinet atas tempatnya menyimpan ramen instan--harta karunnya. Seokjin terdiam cukup lama, hari ini masak rasa apa ya?

Pilihan Seokjin jatuh pada rasa kaldu ayam. Baru saja ia membuka bungkusan, bel apartemennya berbunyi. Tanpa mematikan kompor Seokjin lekas melangkah menuju pintu.

"Hyung," sapa lelaki manis dengan senyumnya yang penuh karisma. Tapi Seokjin tak senang dengan kedatangannya.

"Ada apa pagi-pagi kesini?"

"Ini sudah jam sebelas. Kau baru bangun?"

"Iya. Memangnya tak boleh aku baru bangun? Orang lain juga melakukan ini."

Sang lawan bicara hanya menggulung senyum. Ia sudah biasa disikapi seperti ini oleh Seokjin. Seokjin yang terlihat galak ini sebetulnya baik, ia tahu itu. Tapi mata Seokjin yang selalu memandangnya malas pun adalah kejujuran, ia pun tahu itu.

"Tidak apa, hyung. Tapi boleh aku masuk? Kau pun seharusnya berpakaian dulu biar tidak masuk angin," balasnya tetap ramah. Seokjin memutar matanya malas. Ia segera masuk meninggalkan tamu yang tak dipersilakan itu lalu berlari setelah ingat sedang masak ramen instan.

Selesai berpakaian lengkap dan membawa panci kecil berisi ramen ke ruang depan, Seokjin melihat tamunya tadi duduk dengan manis menunggu Seokjin dengan sabar. Ia menyalakan televisi sendiri. Segala perilakunya yang seenaknya itu yang membuat Seokjin malas terhadapnya.

"Kenapa kau kesini, Jungkook."

"Aku ingin bertanya apa kau masih melakukan pekerjaan sewa jasamu itu, hyung? Bisa hentikan saja? Aku khawatir padamu."

Seokjin menyeruput ramennya dengan terburu-buru karena kelaparan. Lawan bicaranya, Jungkook, menatap mangkuk dan sumpit lain yang disiapkan Seokjin untuknya. Tapi ia lebih senang melihat Seokjin menikmati ramen dan tak menyentuh mangkuk buatnya sama sekali.

Sebetulnya ini adalah hal langka Jungkook berkunjung. Ia sangat sibuk sampai tak punya waktu luang. Kali ini pun sama, ia hanya bisa mampir sebentar.

"Kau ingat tidak aku pernah bilang jangan campuri urusanku?"

"Tapi, hyung, aku hanya khawatir. Bekerja bersamaku saja, ya? Tinggalkan pekerjaan itu."

"Tidak, terima kasih. Aku juga tahu kau sibuk, jadi jika tidak ingin makan ramenmu maka pergilah."

Jungkook menghela napasnya sejenak. Ia tahu Seokjin sangat keras kepala. Ia pun tahu Seokjin selalu ingin mandiri. Tapi rasa khawatir yang ia rasa saat ini membuat Jungkook tak bisa tinggal diam. "Kau tidak berbuat aneh dan melakukan hal di luar moral, kan?"

Seokjin melirik sinis.

"Lalu apa Kim Taehyung itu klienmu?"

Seokjin hampir tersedak mendengar pertanyaan Jungkook barusan. "Kenapa kau bisa tahu dia?"

BAD DEBT. (taejin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang